Ø
Di Bumi ini terdapat dua bongkahan batu mega
besar, yaitu Uluru atau Ayers Rock di Australia, satunya lagi di Bukit Kelam, Kalimantan
Barat. Tapi kenapa dunia lebih mengenal Uluru?
Ø
Di dunia ini hanya terdapat dua danau air asin
yang menjadi habitat Ubur-Ubur jinak (Unsting
Jellyfish). Yang pertama ada di negara Palau, Oseania, dan satunya lagi Danau
Kakaban di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Tapi kenapa Jellyfish Lake di Palau lebih populer?
Ø
Di Asia Tenggara terdapat 3 pulau indah yang
letaknya saling berdekatan, sehingga disebut golden triangle (segitiga emas). Ketiga pulau tersebut adalah Puket
(Thailand), Langkawi (Malaysia), dan Sabang (Indonesia). Tapi kenapa Sabang
yang paling sedikit dikunjungi turis asing?
Ø
Pulau Kalimantan atau Borneo terkenal dengan
hutannya yang eksotis dan menjadi habitat berbagai spesies langka, sehingga punya
daya tarik wisata yang tinggi. Tapi kenapa turis lebih ramai ke Serawak dan
Sabah (Malaysia) ketimbang Kalimantan bagian Indonesia?
Ø
Tahun 2007 silam masyarakat Indonesia cukup
heboh dengan tidak masuknya Candi Borobudur ke dalam New 7 Wonders. Berbagai spekulasi
muncul. Benarkah Candi Borobudur tak layak masuk 7 Wonders?
Ø
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah dengar
Hawaii yang terkenal sebagai tempat selancar terbaik sedunia. Tapi sebagai orang
Indonesia, pernahkah kita mendengar Pantai Sorake, Pantai Tanjung Setia ,
Kepulauan Mentawai, dan pantai Plengkung?
Untuk
pertanyaan terakhir bisa dicari sendiri di google. Tapi beberapa pertanyaan
diatas adalah sebagian kecil ironi tentang potensi pariwisata Indonesia.
Artikel dibawah ini mungkin dapat membantu kita dalam mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan diatas :).
***
Bulan
Desember, penghujung tahun 2010. Dalam acara malam bertajuk anugerah Pariwisata
Indonesia, Pemerintah mengumumkan bahwa jumlah turis asing yang berkunjung ke
Indonesia mencatatkan rekor. Sebanyak 7 juta turis asing telah mengunjungi
negeri ini sepanjang tahun 2010 dan merupakan jumlah tertinggi sepanjang
sejarah. Guna menarik turis agar lebih banyak lagi di tahun berikutnya, Menteri
Budaya dan Pariwisata yang kala itu masih dijabat Bapak Jero Wacik mengeluarkan
branding baru untuk pariwisata
Indonesia, yaitu Wonderful Indonesia.
Branding ini kiranya untuk disandingkan dengan slogan-slogan wisata Negara lain
seperti Truly Asia milik Malaysia, Amazing Thailand, Incredible India, Kaohsiung City of Love, Uniquely Singapore dan
sebagainya. Dengan branding baru plus dana pengembangan wisata yang meningkat,
diharapkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang lebih banyak di
tahun selanjutnya.
Tepat satu
tahun kemudian, bulan Desember 2011, harapan tersebut kiranya berhasil
tercapai. Jumlah wisman yang mengunjungi Indonesia tahun kemarin tercatat
mencapai 7,65 juta dan menghasilkan devisa 8,5 Milyar US dollar. Fakta ini sekaligus
memecahkan rekor tahun sebelumnya. Pencapaian ini pun menjadi kado sambutan
yang manis bagi Ibu Marie Elka Pangestu yang baru 3 bulan menjabat sebagai
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pasca reshuffle kabinet.
Pencapaian
tersebut memang patut diapresiasi karena jumlah wisman ke Indonesia meningkat
8,5% atau melebihi angka pertumbuhan pariwisata dunia yang “hanya” 4,5%. Kita
memang boleh saja bangga akan fakta tersebut. Tapi bagaimana jika kita
membandingkannya dengan Negara lain? Kita tengok dulu jiran terdekat kita. Wow,
ternyata tahun 2011 kemarin jumlah turis asing yang mengunjungi Malaysia
berjumlah 24,6 juta jiwa. Kita cuma seperberapanya tuh?? Geser ke Thailand.
Sepanjang tahun kemarin ternyata negeri gajah putih berhasil menarik 19,1 juta
turis. Jangankan Thailand, Singapura yang cuma Negara mungil tak sampai se-Jabotabek
saja mampu meraup 13,2 juta turis! How
can it be??
Bila ditanya
mengenai hambatan dalam pengembangan wisata, mungkin yang pertama soal
infrastruktur yang minim. Memang benar, infrastruktur yang ada di berbagai
wilayah negeri ini memang masih kurang. Apalagi daerah-daerah yang punya
potensi wisata biasanya terletak di daerah yang sulit dijangkau. Sebut saja
Kepulauan Togian di Sulawesi tengah, Kepulauan Derawan di Kaltim, dan
sebagainya. Sulitnya akses menuju daerah-daerah wisata tertentu membuat biaya
transportasi membengkak dan memakan waktu lama bagi wisatawan.
Tapi kalau
menurut pandangan saya, ada satu hal yang paling menentukan suksesnya
penyelenggaraan pariwisata. Satu hal tersebut terdengar sederhana, tapi punya
pengaruh yang sangat besar. Satu hal tersebut adalah promosi. So, apakah selama
ini pemerintah tidak melakukan promosi wisata? Tentu saja sudah melakukan. Hanya
saja, masih kurang maksimal. Hal ini bisa dilihat salah satunya dari kurangnya intensitas
iklan pariwisata Indonesia di luar negeri bila dibandingkan dengan Negara lain.
Saya tidak tahu pasti apakah dana yang dikucurkan untuk biaya penayangan iklan
kurang, padahal promosi punya perananan penting untuk menaikkan pamor atau daya
tarik yang dimilki objek yang ditawarkan. Sama halnya dengan produk atau barang
dagangan, bila gencar dipromosikan sembari ditingkatkan mutunya, pasti akan
laku di pasaran.
Saya tinggal
di tempat saudara yang kebetulan mampu menangkap siaran dari chanel-chanel luar
negeri. Saat jeda komersial, sering chanel-chanel itu menyayangkan iklan resmi
pariwisata dari berbagai Negara, khususnya Asia. Semua iklan wisata itu dikemas
menarik dan menggambarkan berbagai keunggulan yang dimiliki Negara yang
bersangkutan seperti keanekaragaman budaya maupun keindahan alam. Bukan hanya
iklan, beberapa Negara bahkan sampai membuat acara TV khusus membahas
pariwisata di negaranya. Tapi saya sangat jarang sekali melihat iklan
“Wonderful Indonesia” di chanel-chanel tersebut. Padahal chanel-chanel itu
sangat potensial karena disiarkan di seluruh dunia dan mempunyai pemirsa yang
tidak sedikit jumlahnya. Apakah menayangkan iklan di chanel-chanel itu begitu
mahal? Tapi kenapa iklan Garuda Indonesia Airways sering muncul di National
Geographic Chanel dan BBC? Kalau BUMN-nya saja mampu, masa’ negaranya (yang
memiliki) sendiri malah nggak mampu? Pernah suatu ketika saya nonton Star
Sport, ada satu iklan yang menayangkan berbagai adegan mulai orang pakai baju
adat tengah membuat layangan dengan bentuk artistic, lalu seorang turis tengah
menikmati durian, beberapa wanita dayak tengah menari tarian adat diiringi
gitar sape, kemudian sekelompok orang bule berlatih silat di pinggir pantai,
dan beberapa orang bule bercengkerama dengan tukang sate yang tengah mengipasi
tungkunya. Suasana iklan itu tampak damai dan menyenangkan. Awalnya saya sempat
ge-er kalau itu iklan pariwisata
Indonesia. Eh.. ternyata di akhir iklan muncul tulisan Malaysia Truly Asia…. Toeng! :P
Tidak
masuknya Candi Borobudur ke dalam daftar New 7 Wonders memang membuat sebagian
orang bertanya mengapa hal demikian bisa terjadi. Padahal selama ini Candi
Borobudur dikenal sebagai candi terbesar di dunia, sempat masuk 7 keajaiban
dunia yang lama, dan diakui UNESCO sebagai Warisan Dunia (World Heritage). Namun setelah pengumuman di Lisabon tanggal 7
bulan 7 tahun 2007 silam, masyarakat Indonesia dibuat bertanya, apa yang kurang
dari Candi Borobudur? Berbagai spekulasi merebak. Ada yang bilang kurang
terawat, kurang bersih, kurang ini, kurang itu, dan sebagainya. Tapi cobalah
untuk mengamati sejenak, sebenarnya bagaimana mekanisme New 7 Wonders Fondation
dalam memilih 7 keajaiban dunia yang baru? Cukup sederhana, lewat voting. Siapa
yang melakukan voting? Tentu saja para wisatawan. Bagaimana wisatawan bisa
memilih sebuah tempat? Karena mereka sudah mengunjunginya atau setidaknya
mengetahui informasi mengenai tempat yang dipilih. Dari mana awal wisatawan
bisa tahu soal tempat-tempat itu? Anda tentu bisa menjawabnya sendiri.
Okelah Candi
Borobudur diakui sebagai warisan dunia oleh PBB melalui UNESCO. Fakta mengenai
hal tersebut sudah tertera di situs resmi UNESCO World Heritage, whc.unesco.org
. Akan tetapi yang namanya turis bila hendak berlibur pasti refrensinya antara
majalah, situs wisata di internet, atau iklan di berbagai media. Rasanya jarang
ada turis mau plesir, yang jadi refrensinya situs resmi PBB ! Wah, pasti idealis
betul turis itu.
Untung saja
bangsa Indonesia mampu belajar dari pengalaman candi Borobudur. “Kesempatan
kedua” pun datang ketika New 7 Wonders Fondation (N7WF) kembali mengadakan
voting untuk keajaiban dunia yang baru untuk kategori alam (new 7 wonders of nature). Pulau Komodo
menjadi salah satu finalis ajang tersebut. Dengan segenap daya yang dimiliki,
pemerintah mengucurkan dana tak sedikit untuk mempromosikan dan
mensosialisasikan Pulau Komodo untuk dipilih sebagai keajaiban duna, baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Respon masyarakat pun tinggi. Mereka cukup
antusias memilih Komodo baik lewat sms mapun voting langsung di internet. Saya
pun juga beberapa kali sempat melihat iklan Vote Komodo di stasiun TV AXN. Alhasil,
meski sempat diwanai ancaman N7WF untuk mencoret Komodo sebagai daftar finalis
karena suatu hal (baca sendiri beritanya), akhirnya pada tanggal 11, bulan 11,
tahun 2011, N7WF secara resmi mengumumkan bahwa Pulau Komodo masuk dalam 7
Kejaiban Alam yang baru. Sesuatu banget ya :).
Dari
kesuksesan pulau Komodo masuk new 7 wonders pun kita juga bisa menarik pelajaran
mengenai betapa pentingnya promosi yang maksimal dengan memanfaatkan berbagai
media yang ada. Branding sudah punya, Wonderful
Indonesia menurut saya cukup klop di telinga. Lebih akrab dari slogan
sebelumnya, Ultimate in Diversity.
Selanjutnya, Pemerintah hendaknya jangan terlalu “pelit” untuk mengucurkan dana
besar untuk promosi pariwisata Indonesia, toh ini juga untuk kepentingan Negara
juga. Hanya saja saya menyarankan, dalam teknis promosi, hendaknya focus ke
daerah-daerah yang potensial tapi belum terlalu dikenal. Tanpa bermaksud
mengecilkan potensi Bali, menurut saya pulau dewata berjuluk Island of God tersebut sudah cukup
terkenal di kalangan turis asing,
sehingga pemerintah tak perlu lagi repot-repot mempromosikan Bali.
Dengan
berbagai potensi yang dimiliki, seharusnya sektor pariwisata bisa menjadi
andalan Negara untuk meraup devisa dan membuka lapangan kerja
sebanyak-banyaknya, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Terlebih lagi untuk tahun 2012 ini pemerintah menargetkan jumlah
wisatawan asing sebanyak 8 juta turis dengan target pemasukan 9 Milyar US
dollar. Tentu saja perlu usaha yang lebih keras demi mencapai target tersebut.
Apalagi bila untuk mengejar taget jangka panjang telah dicanangkan, yakni 20 juta
turis pada tahun 2025. Semakin rajin kita membangun citra lewat promosi,
semakin banyak perhatian yang tertuju oleh para turis kepada Indonesia, dan pada
akhirnya semakin ramailah pelancong yang menikmati indahnya negeri yang
dijuluki “Jamrud Khatulistiwa” ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar