Rabu, 30 Desember 2015

Kumpulan Harapan dalam Kapsul Impian

Source: https://beritagar.id/
Gambar diatas adalah tulisan tangan Presiden Joko Widodo tentang impian Indonesia tahun 2015-2085. Tulisan pada kertas tersebut merupakan satu dari ratusan "kertas impian" dari seluruh provinsi di Indonesia, dimana tulisan Jokowi merupakan rangkuman dari berbagai impian bangsa . Kumpulan kertas itupun disimpan dalam benda yang disebut "Kapsul Waktu Impian Indonesia 2015-2085". 
Sebagai bagian dalam Peringatan HUT RI ke-70, kapsul impian telah berekspedisi mengumpulkan harapan mulai dari Sabang hingga berakhir di Merauke, tempat dimana kapsul impian diresmikan secara permanen sebagai "Monumen Kapsul Waktu: Impian Indonesia". 
Dengan tajuknya sebagai impian bangsa 70 tahun ke depan (2015-2085), maka kapsul simbol harapan kolektif bangsa Indonesia akan dibuka kembali pada tahun 2085, guna membuktikan kemampuan bangsa ini dalam mewujudkan impiannya. Semoga terwujud!


Selasa, 17 November 2015

La Cita (12.1.q)

"Jangan sengaja pergi agar dicari, jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu."
      - Sudjiwo Tedjo -

Senin, 02 November 2015

Sajak Materi Kehidupan

 
Pixabay


 Jikalau tuan belajar fisika
Pastilah faham konsepsi materi
Materi terbentuk dari partikel-partikel
Bisa atom, molekul, juga ion

Pun begitu di kehidupan
Jika kehidupan itu sebuah materi
Maka partikelnya bernama "pilihan"
Kerna hidup terdiri atas pilihan-pilihan

Mulai dari pilihan sederhana
Seperti pilihan tuan membaca sajak ini
Hingga pilihan-pilihan rumit
Yang mana kompleksitasnya
Hanya tuan yang mengerti

Karena tuan-tuan
Adalah tuan atas kehidupannya sendiri
Anda bebas memilih, tuan...
Dengan segala konsekuensi
Asal jangan diintimidasi
Bukan begitu, Aristoteles?


Jakarta, 31 Oktober 2015

Written by: ali-aliyonk

Minggu, 01 November 2015

Sajak Cokelat Kacang

 
Pixabay


Malam minggu, malam panjang
Bercengkerama dengan kawan
Menikmati kacang badam
Dilapisi cokelat

Manis di awal
Gurih nan renyah di akhir
Lidahku manja malam ini

Butir demi butir ku lahap
Tanpa terasa habislah sekantong
Mereka menyebutnya cokelat kacang
Atau kadang kacang cokelat?
Suka-suka mereka...

Cokelatnya mahal
Kerna diimpor dari Eropa
Sejenak hati bertanya
Dari mana orang Eropa dapat cokelat?

Jawabnya bisa dari Ghana
Atau Pantai Gading
Atau jangan-jangan Sulawesi?

Ah, masa bodoh dari mana
Yang penting enak, halal
Dan aku suka...



Jakarta, 31 Oktober 2015

Written by: ali-aliyonk


Jumat, 30 Oktober 2015

Sajak Kenangan Rumah Tiga Lantai

Hai kau yang di Jogja
Apa kabarmu disana
Ya, sudah tiga bulan terlewat
Sejak terakhir kita bersua
Saat liburan hari raya

Kau sudah tahu bukan...
Apa yang kusampaikan kala itu
Ya, semua tentang aku dan kau
Dan ternyata pun kau sama saja
Meski sedikit berat, tak mengapa
Pikirku kala itu
Dan kembalilah aku, momen pun berlalu

Tapi, setiba aku di ibukota
Inilah kenyataan yang harus ku kabarkan
Semuanya benar-benar lenyap kawan...
Dan semakinlah nyata
Setelah segenap upaya ku jalankan

Nampaknya
Kita memang harus merelakan
Maafkan kelengahanku kawan
Semua tentang kita
Dari kita, oleh kita, untuk kita
Tapi ternyata, tidak untuk selamanya...

Entah seberapa banyak
Waktu yang kita lalui bersama
Entah seberapa besar
Nilai kenangan yang terbingkai

Ruangan itu...
Saksi bisu rangkaian kisah kita
Dari malam yang masih muda
Hingga menjelang dini hari
Hari berganti tanpa kita hiraukan!


Adanya hanya tawa, heran,
Takjub, alunan nada
Plus kadang sedikit ketakutan
Ya, aku belum lupa!

Kita kumpulkan alunan-alunan nada itu
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit!
Sesekali kita amati mereka
Luar biasa juga ternyata
Kita berhasil kumpulkan sebanyak itu!

Dan hey, jangan lupakan pula
Sepanjang waktu itu kita susun bersama
Onggokan-onggokan besi baja
Menjadi sebuah kerangka
Di atas pondasi yang telah diperkuat
Dari yang kosong menjadi isi
Dari yang belum ada menjadi ada

Yang kosong kita isi
Yang rendah kita tinggikan
Yang kecil kita besarkan
Yang kurang kita tambahkan
Hasilnya memang tak sempurna
Tapi seperti ku bilang sebelumnya
Dari kita, oleh kita, untuk kita!

Belum pula aku lupa
Sore hari pukul setengah lima
Dengan sepatu ala kadarnya
Kita menuju Mandala Krida

Larilah kita disana
Empat hingga lima putaran
Kita rasakan peluh menyertai lelah
Rasa lelah yang kelak 'kan kita kenang
Dan malam ini,
We are doing it, mate...

Ya, aku ingat
Sajak yang aku buat
Bulan April 2013...
Kita goreskan tinta bersama
Tuangkan apa yang dirasakan bersama

Dan kala itu pula
Kita berjanji untuk mengenangnya
Masa-masa pergulatan itu kawan...
Senja di Mandala Krida
Itulah judulnya

Tapi, ku rasa kau juga tahu soal ini
Ketika misi harus melenceng dari visi
Kau turut merasakannya bukan?
Berkompromi dengan kondisi
Berdamai dengan situasi

Ah, itu sudah lewat
Sudah tak relevan bung...
Garis-garis besar haluan Tuhan
Sungguh sempurna tiada cela

Hari ini
Aku menulis khusus untuk kita
Ihwal sesuatu yang hanya kita
Dan juga Tuhan yang tahu

Rangkaian kisah semu
Di rumah tiga lantai itu
Saksi bisu selama empat tahun
Dan separuh dari sesuatu itu
Kini telah tiada...

Melalui sajak ini pula
Aku mengabarimu
Akan ku kunjungi rumah itu
Barang untuk sejenak
Mengenang masa-masa itu
Yang telah berakhir tahun lalu
Menyisakan kenangan yang kini hilang
Kendati hanya sebagian

Tunggulah saja,
El otro me
Moga tiada aral melintang

See you on december!


Written by: ali-aliyonk


Rabu, 21 Oktober 2015

La Cita (12.1.p)

"Kehidupan lebih nyata daripada pendapat orang-orang tentang kenyataan."
      - Pramoedya Ananta Toer -

Minggu, 18 Oktober 2015

Mendukung Kebangkitan Industri Dirgantara

Industri strategis nasional tampak bergairah akhir-akhir ini. Setelah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sukses meluncurkan Satelit LAPAN-A2 akhir September lalu, misi berikutnya adalah menuntaskan proyek pesawat turboprop N-219 yang rencananya roll out 2015 ini. Sebuah kabar yang cukup membanggakan khususnya bagi perkembangan industri dirgantara nasional yang juga tengah menunggu proyek R80 karya PT Reggio Aviasi Industri (RAI), besutan keluarga Habibie.

Source: http://jakartagreater.com/
Pesawat N-219 sendiri merupakan proyek kolaborasi LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang diproyeksikan sebagai pesawat ringan untuk transportasi antar pulau di Indonesia.[1] Nantinya bukan hanya sebagai pesawat penumpang/komersial saja, melainkan juga akan diproduksi sebagai pesawat angkut militer, barang, hingga pesawat amphibi. Dengan kemampuan landing di landasan pendek, diharapkan pesawat N-219 bisa menjadi solusi kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan transportasi antardaerah dan pulau-pulau terpencil di pelosok negeri. Kabar baiknya lagi, beberapa negara sudah siap mengantri memesan pesawat karya anak bangsa itu.
Sebetulnya misi menerbangkan pesawat buatan dalam negeri bukan hal yang baru. Beberapa dekade silam industri dirgantara kita sempat dua kali menghasilkan produk yang menjadi kebanggaan nasional. Keduanya adalah pesawat CN-235 (kerjasama dengan Cassa Spanyol), dan yang fenomenal N-250, pesawat turboprop pertama di dunia yang menerapkan sistem fly by wire. Dua variannya bahkan sudah terbang perdana pada tahun 1995 (N-250 Gatotkaca) dan 1996 (N-250 100 Kerincing Wesi), sebelum akhirnya dibatalkan proyeknya karena Krisis Ekonomi 1997. IPTN sendiri merupakan perusahaan yang kini berganti nama menjadi PTDI.
Ya, industri dirgantara merupakan salah satu industri strategis yang berperan vital bagi negara kepulauan, layaknya Indonesia. Benefit yang dihasilkan bukan hanya kemandirian dalam memenuhi kebutuhan transportasi udara yang besar prospeknya, melainkan juga prestis sebagai sebuah bangsa. Pengembangan teknologi dirgantara merupakan yang paling sulit setelah teknologi antariksa, atau setara dengan teknologi energi nuklir. Oleh karena itu, B.J. Habibie (Presiden RI ke-3, Bapak Teknologi Indonesia) melalui teori “lompatan kodok”-nya, menyatakan bahwa bila kita mampu menguasai teknologi yang paling rumit, maka teknologi lain yang tingkat kesulitannya dibawah akan lebih mudah dikuasai. [2]
Proyeksi pesawat buatan dalam negeri yang dirancang LAPAN (selain satelit) tidak berhenti pada N-219. Rencananya setelah pesawat tersebut diproduksi masal, selanjutnya bakal menyusul seri-seri pesawat lain seperti N-245 dan N-270. Terlebih jika Pesawat R80 produksi PT RAI yang juga made in Indonesia turut berhasil nantinya, maka industri dirgantara nasional tengah menatap masa depannya yang cerah.
Dengan memahami arti pentingnya, maka seyogyanya agar industri dirgantara didukung oleh berbagai kalangan, baik dukungan materil maupun non-materil. Info-info positif mengenai industri strategis kiranya perlu dipublikasikan dengan porsi yang layak. Mengingat industri dirgantara ataupun industri strategis pada umumnya-- merupakan bagian dari pembangunan nasional, maka masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan perlu mendapat informasi yang cukup agar dapat memahami dan ikut mengawasi.
Semoga industri dirgantara pada khususnya, dan industri strategis pada umumnya, terlindung dari kepentingan-kepentingan yang menghambat perkembangannya dan mengancam eksistensinya.
Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Sebagai bangsa yang 70 tahun merdeka, maka sepatutnya dinding yang bernama inferiority complex itu dihancurkan, lalu dibangun benteng kokoh bernama Kedaulatan Nasional.


Selasa, 13 Oktober 2015

Asa Mengubah Dunia (Sebuah puisi di Westminster Abbey)

Sebaris puisi terukir pada salah satu nisan di Westminster Abbey, London, Inggris. Sebuah puisi inspiratif tentang mimpi besar untuk merubah dunia. Puisi ini menginspirasi pembacanya bahwa untuk mencapai sebuah tujuan besar, maka mulailah dari hal-hal yang terkecil terlebih dahulu.
Mulai dari yang terdekat, dari yang termudah, dari yang sederhana, maka waktu akan menuntun kita menuju fase yang tertinggi. Berikut puisi yang dimaksud, beserta terjemahannya...

When I was young and free 
and my imagination had no limits,
I dreamed of changing the world

As I grew older and wiser,
I discovered the world would not change,
so I shortened my sights somewhat 

and decided to change only my country

But it too seemed immovable
As I grew into my twilight years,
in one last desperate attempt,
I settled for changing my family,
those closest to me,
but alas they would have none of it

And now as I lay on my deathbed,
I realize,
If I had only changed myself first,
then by example I might have changed my family

From their inspiration and encouragement,
I would then have been able to better my country 

And who knows,
I may have even changed the world


Terjemahan:

Ketika aku masih muda dan bebas 
Dan imajinasiku pun tanpa batas,
aku bermimpi mengubah dunia

Ketika aku bertambah tua dan bijaksana,
Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah,
Maka cita-citaku kupersempit

Dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku

Namun tampaknya itupun tak berhasil
Ketika usia senja mulai kujelang,
Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,
Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku

Namun sayangnya,
Mereka pun tak kunjung berubah
Dan sekarang, 

Ketika aku berbaring menjelang kematianku,
Tiba-tiba kusadari

Jika pertama-tama 

Yang kuubah adalah diriku sendiri,
Maka teladan yang kuberikan 
Mungkin dapat mengubah keluargaku

Dan mungkin inspirasi dan dorongan mereka 

Membuat negeriku menjadi lebih baik
Dan siapa tahu, 

Pada waktu itu aku telah mengubah dunia

(taken from the Anglican Bishop's Tomb at Westminster Abbey, 1100 AD)

Kamis, 24 September 2015

La Cita (12.1.o)

"Jagalah LBH/YLBHI, teruskan pemikiran dan perjuangan untuk masyarakat miskin dan tertindas."
 (Pesan terakhir Alm.  Adnan Buyung Nasution kepada Todung Mulya Lubis)

Senin, 21 September 2015

Siklus Sepakbola Jerman dan Italia

Sudah lama saya tidak menulis postingan tentang sepakbola, olahraga yang dulu amat saya gemari. Kali ini saya ingin membahas dua tim nasional sepakbola dari negara yang memiliki beberapa kesamaan. Kedua tim dimaksud adalah Der Panzer Jerman dan Gli Azzurri Italia. Keduanya sama-sama dari Eropa dan sama-sama pula mengoleksi gelar juara dunia 4 kali. Namun lebih dari itu, baik Jerman maupun Italia juga mempunyai statistik penampilan yang kurang lebih sama pada dua turnamen besar sepak bola, yaitu Piala Dunia FIFA dan Piala Eropa (Euro).
Statistik kedua negara tersebut pada Piala Dunia dan Euro membentuk sebuah siklus yang membuahkan hasil yang kurang lebih sama setiap 6 tahun sekali. Hanya saja, perputaran siklus keduanya terjadi di tahun-tahun yang berbeda.


Rekor penampilan Italia sejak Piala Dunia 1990
Source: Wikipedia

Okay, kita bahas yang pertama adalah Italia. Tim berjuluk Gli Azzurri ini sudah 18 kali ikut Piala Dunia sejak 1934 dan 8 kali ikut Euro sejak 1968. Apabila kita perhatikan statistic penampilan Italia pada gabungan dua turnamen tersebut, maka siklus 6 tahunan telah terjadi sejak Piala Dunia 1994. Enam tahun setelah mereka menjadi runner-up Piala Dunia 1994, Gli Azzurri kembali mencatat raihan yang sama sebagai runner-up Euro 2000.


Rekor Italia di Piala Eropa sejak 1996
Source: Wikipedia

Enam tahun berikutnya, Piala Dunia 2006 menjadi panggung Italia setelah meraih juara dunia keempat kalinya sepanjang sejarah mereka. Namun 6 tahun setelah itu, Azzurri kembali menjadi runner-up Euro 2012. Artinya, sejak Piala Dunia 1994 Italia memutari sebuah siklus 6 tahunan untuk mecapai babak final sebuah turnamen besar sepak bola.
Demikian pula Timnas Sepak Bola Jerman. Jika Italia memulai siklusnya pada Piala Dunia 1994, maka siklus Der Panzer berputar 4 tahun lebih awal, saat mereka menjuarai Piala Dunia 1990. Enam tahun kemudian, keperkasaan Jerman kembali terbukti dengan sukses merebut Trofi Euro 1996. Enam tahun berselang, Jerman kembali mencapai Final Piala Dunia 2002. Sayang, nasib waktu itu lebih memihak Brazil yang keluar sebagai juara dunia.



Rekor penampilan Jerman sejak Piala Dunia 1986
Source: Wikipedia

Berselang enam tahun berikutnya, Die Mannschaft kembali menggapai babak final. Tetapi lagi-lagi harus gigit jari setelah merelakan Trofi Euro 2008 menjadi milik Spanyol. Akan tetapi pada Piala Dunia 2014, atau 6 tahun setelah kegagalan mereka di Euro 2008, kota Rio de Janeiro (Brazil) menjadi saksi kesuksesan Jerman meraih gelar juara dunia keempat kalinya sepanjang sejarah.

Rekor Jerman di Piala Eropa sejak 1996
Source: Wikipedia
Nah, setelah menyimak siklus 6 tahunan yang dijalani Jerman dan Italia pada Euro  dan Piala Dunia, maka seharusnya Babak Final Euro 2016 tahun depan bukan diperuntukkan kepada dua tim tersebut. Karena jika skenario terus berjalan, Italia yang terakhir mancapai babak Grand Final Euro 2012 akan kembali mendapatkan grand final-nya pada Piala Dunia 2018.
Sedangkan bagi Der Panzer, tampaknya mereka harus menunggu sampai Euro 2020 untuk menggapai babak Grand Final. Lantas, apakah siklus akan terus berlanjut? Meski statistik begitu meyakinkan, absoluteness is nothing...




Senin, 17 Agustus 2015

Kemajemukan Nusantara, Warisan Abadi Bangsa (Catatan Hari Kemerdekaan)

Tahun 2015. Republik Indonesia memperingati hari jadinya yang ke-70. Sebuah usia yang terhitung tua untuk negara yang lahir pasca Perang Dunia II. Selama 70 tahun itu pula, Tuhan memberi amanat Republik ini untuk merawat dan mengelola berbagai kekayaannya, berupa potensi alam dan heterogenitas manusia-manusianya. Perlu diingat, kekekayaan-kekayaan tersebut bukanlah sesuatu yang baru untuk dimiliki republik ini. Kekayaan-kekayaan tadi merupakan warisan yang didapat dari peradaban-peradaban yang terlebih dahulu ada, jauh sebelum lahirnya republik ini.

Source: https://blogbiografi.wordpress.com/
Ya, sudah sejak dahulu kala tanah air kita memiliki potensi alam dan kemajemukan masyarakat yang sama hebatnya. Penghuni Nusantara adalah sekumpulan manusia yang beranekaragam suku, budaya, agama dan kepercayaan. Mereka hidup membaur antara satu dengan lainnya tanpa memandang perbedaan sebagai halangan, terlebih ancaman. 
Termasuk pula dalam hal ini adalah kerukunan antar umat beragama. Bangsa kita adalah bangsa yang religius. Tetapi bukan berarti negaranya berupa Negara Agama atau Teokrasi, melainkan bangsa kita adalah bangsa yang percaya akan adanya Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan sejarah seperti bangunan Punden Berundak yang diyakini sebagai tempat pemujaan terhadap "Kekuatan Besar". Sehingga ketika agama Hindu dan Buddha dibawa masuk oleh saudagar-saudagar negeri seberang, maka dengan mudah nenek moyang kita menerimanya. 
Di zaman Kerajaan Hindu-Buddha, kerukunan antar umat beragama semakin berkembang. Hal ini terbukti dengan ditemukannya beberapa candi yang menunjukkan perpaduan dua corak agama yang dianut masyarakat kala itu, seperti Candi Batujaya di Kerawang dan Candi Jawi di Jawa Timur (https://hurahura.wordpress.com). Fakta itu kian diperkuat dengan kalimat Bhineka tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa, yang termuat dalam Kitab Kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, seorang pujangga era Majapahit. Adapun kalimat tersebut artinya "Berbeda-beda tapi satu jua", yang maksudnya untuk mendeskripsikan kerukunan masyarakat kala itu (http://www.sejarah-negara.com).
Sederet fakta historis telah menunjukkan bahwa kerukunan dalam kehidupan masyarakat majemuk Nusantara telah ada sejak lama. Toleransi di tengah kemajemukan merupakan suatu yang lazim di negeri ini. Hal itu pula yang berhasil "dimonumenkan" oleh Bung Karno pada era awal kemedekaan. Beliau menginisiasi pembangunan Masjid Istiqlal yang berdekatan dengan Katedral Jakarta. Tujuannya untuk dijadikan simbol kerukunan umat beragama yang saling hidup berdampingan di Republik ini. Uniknya, Masjid Istiqlal yang notabene rumah ibadah umat Islam termegah di Asia Tenggara, konstruksinya dirancang oleh seorang arsitek Nasrani bernama Frederich Silaban.

Source: http://www.crystalbae.com/travels/indonesia/

Hingga sampailah kita pada tahun ke-70 berdirinya republik ini. Sebagaimana kita ketahui, telah terjadi beberapa peristiwa yang bertentangan nilai-nilai toleransi dan berujung konflik. Tak perlu saya sebut peristiwa dan dimana saja terjadinya, yang jelas kondisi dan potensi ke arah itu memang harus dieliminasi.
Nilai-nilai kebangsaan kiranya perlu direaktualisasi dalam kehidupan masyarakat, terlebih guna mencegah konflik horizontal bernuansa SARA. Gagasan Majelis Permusyawaratan Rakyat mengenai "Sekolah Konstitusi" kiranya perlu segera ditindaklanjuti untuk direalisasikan. Sudah cukup lama sejak Orde Baru, kita tidak ada lagi penataran nilai-nilai kebangsaan semacam P4. Padahal kegiatan semacam itu memang diperlukan untuk memperkuat rasa kebangsaan dan mereduksi paham-paham radikal yang mengancam eksistensi ideologi nasional.
Sebut saja potensi konflik yang ditebar kelompok-kelompok fundamentalis  yang mengatasnamakan agama. Bergabungnya segelintir orang ke organisasi ekstrim fundamentalis adalah buah dari minimnya nasionalisme dalam diri yang bersangkutan.
Meski demikian, hal serupa juga dapat berlaku sebaliknya. Jika Nasionalisme yang ditanam tanpa "siraman" pengetahuan agama yang cukup, bisa mengarahkan kepada Sekularisme. Oleh karena itulah, perlu keseimbangan dalam memahami dua ajaran tersebut, dan Pancasila telah mengarahkan keseimbangan itu sejak lama.
Demikian sekelumit pikiran dan pendapat yang saya tuangkan dalam tulisan ini. Semoga setelah memasuki dekade yang ketujuh, republik ini semakin matang dalam berdemokrasi, semakin adil dalam penegakan hukum, semakin makmur rakyatnya, serta berdaulat dan bermartabat di mata dunia. Dirgahayu Indonesia...



Referensi:
https://hurahura.wordpress.com/2010/09/14/toleransi-beragama-di-masa-lampau/
http://www.sejarah-negara.com/2013/10/kerukunan-umat-hindu-dan-budha-masa.html
http://news.detik.com/berita/2930109/gandeng-lemhannas-mpr-ingin-buat-sekolah-konstitusi
http://www.leimena.org/id/page/v/314/indonesia-bukan-negara-agama-dan-bukan-negara-sekuler

Selasa, 11 Agustus 2015

La Cita (12.1.n)

Beberapa Kutipan dari seorang Bung Hatta


Source: wikipedia.org

"Biarlah pengalaman masa lalu kita menjadi tonggak petunjuk, dan bukan menjadi tonggak yang membelenggu kita."
"Membaca tanpa merenungkan itu bagaikan makan tanpa dicerna."
"Selama dengan buku, kalian boleh memenjarakanku dimana saja, karena dengan buku aku merasa bebas."
"Keberanian bukan berarti tidak takut, keberanian berarti menaklukkan ketakutan."
"Betul, banyak orang yang bertukar haluankarena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan dimana semangat terlalu tertindas,tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh dari godaan iblis itu."
"Pahlawan yang setia itu berkorban bukan untuk dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita."
(Muhammad Hatta, 1902-1980)

Minggu, 02 Agustus 2015

Tips bagi Pemudik/Pulang Kampung

Source: https://www.flickr.com/photos/alancleaver/5577108264
Well, untuk kali pertama saya mencurahkan sesuatu yang sifatnya pribadi di blog imaginarium ini. Belum lama ini saya mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan berkenaan dengan Laptop saya. Berawal ketika saya meninggalkan kamar indekos dalam kondisi terkunci saat hendak berangkat mudik, 5 hari kemudian saya kembali ke tempat yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Pintu kamar yang sedianya terkunci, tiba-tiba sudah tak lagi kala saya memasukkan kunci ke lubang gagangnya. Dengan rasa heran bercampur cemas, saya bergegas masuk dan memeriksa kondisi di dalam kamar. Kondisi kamar memang sedikit berantakan, persis seperti terakhir kali saya pergi. Namun ketika saya memeriksa tumpukan kertas tempat saya "menyembunyikan" Laptop, Bingo!!! Barang berharga itu sudah hilang entah kemana, bersamaan dengan charger-nya yang turut raib.
Kemudian saya melihat resleting Ransel yang saya tinggalkan di kamar selama mudik sudah dalam kondisi terbuka semua. Pemandangan itu sudah cukup menunjukkan bahwa ada "tamu tak diundang" yang masuk kamar, lalu mempraktekkan "keahliannya" melakukan perbuatan haram demi keuntungan yang sama sekali tak mendatangkan berkah baginya, serta merugikan orang lain yang menjadi korbannya.
Sungguh bila teringat file-file yang tersimpan dalam Laptop saya, rasanya seperti membangun sebuah peradaban super power yang gemah ripah loh jinawi, tiba-tiba terjadi letusan super volcano yang disusul gempa 11 magnitude, lalu diakhiri megatsunami setinggi 600 meter, hingga musnahlah sebuah peradaban madani, sirna ilang kertaning bhumi. #excessivemodeon. #tsaah.
Dari pengalaman diatas saya akan berbagi tips bagi anda para perantau yang sering mudik/pulang ke kampung halaman untuk mengamankan barang berharga yang ditinggalkan. Saya tidak akan mengajarkan anda untuk memeriksa apakah lampu sudah dimatikan, colokan listrik sudah aman atau memastikan barang di kamar sudah tersusun rapi lalu pintu terkunci rapat. Disini saya hanya menyarankan anda untuk membawa barang berharga anda ke kampung bila memang khawatir untuk "meninggalkannya sendirian di kamar" selama mudik.
Atau jika kondisinya tak memungkinkan untuk membawa barang-barang berharga tersebut ke kampung, seperti saya yang merasa tak perlu bawa Laptop karena selain menambah berat bawaan dan tak akan berguna selama di kampung halaman, silahkan titipkan barang tersebut ke orang yang anda percayai seperti pemilik indekos/kontrakan atau teman anda yang tidak mudik.
Satu lagi tambahan, pasanglah kunci gembok untuk melengkapi kunci gagang pintu anda agar memastikan bahwa pintu anda benar-benar terkunci dengan aman dan maksimal.
Demikian sedikit tips dari saya yang rasanya sangat singkat dan sederhana, tetapi saya harap dapat mendatangkan manfaat bagi anda yang membaca dan menerapkannya kelak saat mudik atau pergi meninggalkan indekos/kontrakan dalam waktu yang lama.
Have a nice day...

Sabtu, 04 Juli 2015

La Cita (12.1.m)

"Cintailah kekasihmu dengan tidak berlebihan, siapa tahu kelak ia akan menjadi musuhmu... Bencilah musuhmu dengan tidak berlebihan, siapa tahu kelak ia akan menjadi kekasihmu..."
 - Ali bin Abi Thalib - 

Minggu, 28 Juni 2015

Olahraga Indonesia Masih Butuh "Hambalang"?


Source: http://energitoday.com

Hari Minggu, 28 Juni 2015. Dua belas hari lalu Kontingen Indonesia baru saja mengakhiri kiprahnya di SEA Games Singapura 2015. Sebuah event olahraga  yang menempatkan kontingen kita berada di peringkat 5 dari 11 negara yang berpartisipasi, dengan torehan 47 medali emas, 61 perak dan 74 perunggu. Catatan tersebut terbilang jauh dari  harapan mengingat target yang dicanangkan Kemenpora adalah 72 medali emas dan bertengger di peringkat 2 daftar perolehan medali.[1]
Jika melihat track record Indonesia pada ajang SEA Games, peringkat 5 daftar raihan medali bukan pertama kalinya mengingat kontingen kita juga pernah berada di peringkat yang sama pada SEA Games Manila 2005. Sedangkan torehan 47 medali emas masih sedikit lebih baik dari raihan medali emas pada SEA Games 1999 yang “hanya” 44 medali emas kendati tetap saja raihan emas tahun ini sangat rendah.
Dan bila kita lebih cermati lagi, catatan rekor Indonesia pada SEA Games memang menunjukkan tren yang kurang baik sejak SEA Games (SEAG) 1999 di Brunei Darussalam. Ya, dulu Indonesia adalah “Raja SEA Games” yang hampir selalu juara umum. Dari rentang SEAG 1977-1997, hanya 2 kali Indonesia berada di peringkat 2 pada tahun 1985 dan 1995. Selebihnya, Merah-Putih selalu juara satu dalam torehan total medali.
Catatan emas tersebut mulai memudar pada akhir Abad XX. Ironisnya terjadi setelah kulminasi raihan medali pada SEA Games Jakarta 1997. Setelah mencatatkan rekor 194 medali emas pada SEAG 1997 (rekor emas terbanyak sepanjang sejarah SEA Games), 2 tahun kemudian justru mencatatkan rekor terburuk dengan hanya meraih 44 emas di Bandar Seri Begawan 1999 dan menduduki posisi ke-3. Sejak itu Indonesia tak pernah lagi merasakan juara umum sebelum akhirnya menjadi tuan rumah 2011.
Bicara prestasi olahraga memang tak dapat terlepas dari pembinaan intensif usia dini. Dan tentu saja untuk mewujudkannya butuh sarana dan infrastruktur yang memadai. Dari sini ingatan saya tertuju pada proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang yang sedianya ditujukan untuk tempat pembinaan atlet-atlet nasional.
Gagasan P3SON Hambalang memang penting karena setelah Sekolah Olahraga Ragunan diserahkan kepada Pemprov DKI pasca otonomi daerah, belum ada lagi fasilitas pembinaan olahraga bertaraf nasional yang dikelola pusat.[2] Selain itu, perkembangan zaman membuat Indonesia butuh tempat semacam SKO Ragunan yang lebih besar, lengkap dan modern. Oleh karena itulah pembangunan proyek Hambalang merupakan suatu hal yang perlu.
Sayang, sebagaimana kita ketahui, proyek tersebut menemui kendala berupa kasus korupsi yang menjadi isu nasional. Akan tetapi, kasus yang mendera hendaknya tidak menjadi halangan untuk menyelesaikan pembangunan proyek tersebut. Terlebih setelah para pelakunya telah dijatuhi vonis pengadilan. Alangkah baiknya jika fokus kembali ke track awal  untuk melanjutkan pembangunan Hambalang hingga tuntas.
Sempat pula saya dahulu mendengar gagasan dari kalangan yang kurang setuju dengan pembangunan Hambalang. Mereka lebih setuju pada pembangunan fasilitas untuk menunjang pembinaan olahraga berdasar minat daerah. Misalnya sepak takraw banyak diminati warga Sulawesi, maka dibangun sekolah sepak takraw di Sulawesi. Kemudian sekolah atletik di NTT, sepak bola di Papua dan sebagainya.
Gagasan itu juga menarik. Tetapi perlu diingat bahwa perkembangan sosial masyarakat sangat dinamis seiring perputaran waktu. Termasuk pula minat kolektif masyarakat terhadap suatu hal tertentu. Mungkin bisa saja saat ini masyarakat Papua suka sepak bola atau orang Sulawesi minat sepak takraw. Namun seiring perkembangan zaman, pengaruh-pengaruh luar makin masif, siapa bisa jamin pandangan mereka tak mungkin berubah?
Oleh karena itu saya lebih mendukung PPLP yang memadai di tiap daerah, serta memandang pentingnya P3SON Hambalang sebagai wadah pembinaan olahraga nasional yang terintegrasi, plus P3SON khusus Olahraga Bahari sebagai pelengkap. Dengan  penerapan sport science yang maksimal dan talent scouting yang intens ke daerah, kelak P3SON akan menjadi “kawah candradimuka” atlet-atlet nasional yang siap membawa nama bangsa ke puncak kejayaan.

Salam olahraga...

Kamis, 25 Juni 2015

Makna Sebuah Titipan (puisi alm. W.S. Rendra)


Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
“aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah…
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja.”

-W.S. Rendra-


Senin, 01 Juni 2015

La Cita (12.1.l)

“Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan 'gotong-royong'. Alangkah hebatnya Negara Gotong-Royong!”
         (Penggalan pidato Bung Karno tentang Pancasila pada Sidang BPUPKI, 1 Juni 1945)


Sabtu, 30 Mei 2015

Video Renungan untuk para Ibu (dan Calon Ibu...)

Sosok ibu sebagai orang yang melahirkan, mendidik dan membesarkan anak kandungnya, sudah pasti memiliki hubungan emosional yang amat kuat terhadap anak. Dalam konsep keluarga mainstream, Ayah berperan sebagai kepala rumah tangga yang bertugas memberikan nafkah kepada anak dan istri (ibu dari anaknya) dengan bekerja di luar rumah. 
Selanjutnya peran ibu adalah mengisi kekosongan tempat dan waktu yang ditinggalkan Ayah untuk memberi perhatian secara langsung (physical) terhadap anak-anaknya yang sedang atau ketika berada di rumah. Dengan kata lain, keberadaan ibu di rumah lebih tinggi frekuensinya ketimbang Ayah yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja mencari nafkah.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman, kadang tuntutan ekonomi mengarahkan ibu/istri untuk turut bekerja di luar layaknya peran Ayah, sehingga waktu yang digunakan Ibu untuk anak-anaknya pun turut pula berkurang. 
Dalam mengatasi hal itu, tak jarang mereka membayar jasa pembantu/asisten rumah tangga yang bertugas membereskan urusan rumah, tak terkecuali urusan mengasuh anak di rumah. Ternyata hal ini tak jarang memberikan dampak negatif terhadap anak-anak. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak membuat si anak menjadi lebih akrab dengan pembantu/pengasuhnya yang selalu mereka jumpai di rumah. 
Konkretnya? Berikut adalah video dari Singapura yang berisi perbandingan antara pengasuh dengan ibu yang bekerja, tentang tingkat pengetahuan terhadap kondisi anak yang menjadi tanggung jawabnya.
Tapi sebelum beralih ke video, perlu digaribawahi bahwa tulisan ini tak bermaksud untuk menyampaikan ketidaksetujuan atas ibu/istri yang bekerja di luar rumah, melainkan hanya memberi masukan kepada para ibu yang bekerja agar tetap memprioritaskan perhatian terhadap anaknya. Manfaatkanlah waktu senggang anda di kantor (saat istirahat misalnya) untuk menelepon anak anda, dan maksimalkanlah hari libur sebagai waktu spesial antara anda dan anak anda untuk bercengkerama se-intens mungkin. Ingat, dalam konsep tripusat pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara, Keluarga diposisikan sebagai yang pertama dan yang utama sebagai tempat pendidikan anak.
Okay, mari kita simak videonya, semoga bermanfaat.


Source: Youtube


Senin, 18 Mei 2015

La Cita (12.1.k)

"Winning or losing is a dynamic proccess of being a world class champion. Winning is an attitude, and keeping it is a commitment."
          -Taufik Hidayat- 

Senin, 27 April 2015

Dilatasi Rasa

Sungguh kau tak tampak olehku
Di puncak Gunung Es ku
Namun siluet bayangmu
Samar terpampang di depanku
Dalam temaram mata kalbu

Berpikir aku dibuatnya
Bagaimana bisa ku beranjak
Dari kursi realita
Di kala cipta 
Tersapu oleh rasa

Pesona Dewi Sriwijaya
Cantikmu laksana alga
Tersemai subur dalam samudera
Sejukkan bumi seisinya
Tersembunyi di balik jelita
Daya pikirmu istimewa

Datang dari swarna dwipa
Mengabdi karya di ibukota
Bagai Saturnus yang menyapa
Di langit Jayakarta 

Tidak, itu berlebihan
Kata ciptaku
Tapi aku perlu menerokanya
Itu bisik rasaku

Dan kala itulah
Dilatasi dimulai

Terbayang
Ketika kau menatap
Ketika kau bercakap
Ketika kau tersenyum
Ketika kau bergurau

Magis
Ini jauh dari logis
Sungguh kita jarang bersenda
Namun, bagaimana bisa?

Kelu aku yang berlidah
Bersamaan dengan...
Luminositasku yang terpacu
Oleh rona magismu

Adakah waktu 'kan menjawab
Enigma yang kini berubah
Menjadi senarai tanda tanya
Dalam peti esoterika?

Untunglah buatku
Belum surut upaya ciptaku
Ia pun terus menahanku
Membisikkan kata-kata untukmu

Actually, I can do anything for you
But literally, friendship is everything for us

Written by: Ali-aliyonk

Rabu, 22 April 2015

Pidato Jokowi pada Pembukaan Konferensi Asia-Afrika (22/4/2015)

60 Tahun lalu, bapak bangsa kami, Presiden Soekarno, Bung Karno mencetuskan gagasan tersebut demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia Afrika mendapatkan hak hidup yang menentang ketidakadilan, menentang imperialisme. 60 tahun lalu solidaritas kita perjuangkan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita itulah semangat gelora KAA 1955. Itulah esensi dari semangat Dasa Sila Bandung

Kini 60 tahun kemudian kita bertemu kembali di negeri ini di Indonesia dengan suasana berbeda, bangsa-bangsa telah merdeka namun perjuangan kita belum selesai. Dunia yang kita warisi ini masih sarat dengan ketidakadilan dan kesenjangan. Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh. 

Ketidakseimbangan global masih terpampang. Ketika negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, mengkonsumsi sekitar 70 persen sumber daya dunia, maka ketidakseimbangan global tidak dapat dihindari.

Ketika banyak orang di belahan dunia sebelah utara (negara maju) menikmati hidup mewah, sementara 1,2 miliar negara di wilayah selatan (negara berkembang) hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan global menjadi jelas.

Di saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan niatnya sendiri, maka ketidakseimbangan global telah menghancurkan kita semua. semantara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan apa-apa.

Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, telah memperlihatkan bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional itu. Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi sesemua bangsa.

Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka.

Ketidakadilan global juga tampak jelas ketika seklompok negara menolak perubahan realitas yang ada. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang. 

Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global. Saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerjasama dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu.

Hari ini dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita.

Pertama kesejahteraan, kita harus mempererat kerjasama menghapuskan kemiskinan, mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja. Kedua, solidaritas, kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas. 

Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. OKI dan Indonesia memprakarsai pertemuan informal organisasi kerjasama Islam. Kita juga harus bekerja keras menciptakan.

Kita menuntut sengketa antarnegara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekuatan dan kita rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini.

Melalui forum ini saya ingin sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar equator, di tangan kita bangsa Asia Afrika yang ada di dua benua.

Dengan mengucap Bismilahirrahmanirrahim, Konferensi Asia Afrika tahun 2015 dibuka.


(Sumber: www.merdeka.com)


Selasa, 14 April 2015

Sepenggal cerita inspiratif (4)

Dr. Arun Gandhi, cucu mendiang Mahatma Gandhi bercerita :

Pada masa kecil ia pernah berbohong kepada ayahnya. Saat itu ia terlambat menjemput ayahnya dengan alasan mobilnya belum selesai diperbaiki, padahal sesungguhnya mobil telah selesai diperbaiki hanya saja ia terlalu asyik menonton bioskop sehingga lupa akan janjinya.

Tanpa sepengetahuannya, sang ayah sudah menelpon bengkel lebih dulu sehingga sang ayah tahu ia berbohong.

Lalu wajah ayah tertunduk sedih; sambil menatap Arun sang ayah berkata :
"Arun, sepertinya ada sesuatu yang salah dengan ayah dαlαm mendidik dan membesarkan kamu, sehingga kamu tidak punya keberanian utk berbicara jujur kepada ayah.

Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarlah ayah pulang dengan berjalan kaki; sambil merenungkan di mana letak kesalahannya"
Dr. Arun berkata :
Sungguh saya begitu menyesali perbuatan saya tersebut. Sejak saat itu seumur hidup, saya selalu berkata jujur pada siapapun.

Seandainya saja saat itu ayah menghukum saya, mungkin saya akan menderita atas hukuman itu, dan mungkin hanya sedikit saja menyadari kesalahan saya. Tapi dengan tindakan mengevaluasi diri yang dilakukan ayah, meski tanpa kekerasan, justru memiliki kekuatan luar biasa utk mengubah diri saya sepenuhnya.

Mari kita membiasakan diri untuk selalu bertanya, "Apa yang salah dari saya, mengapa anak saya bisa seperti itu....??"
Selamat menjadi orang tua yang bijak αnd Have quality time with your lovely family...

(Cerita didapat dari kiriman teman)

Jumat, 10 April 2015

Sepenggal Cerita Inspiratif (3)



Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.


Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”
Sebagian besar murid-murid menjawab, “Aku benci kamu!” “Kamu tau aku buta!!” “Kamu egois!” “Nggak tau malu!”
Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam itu menjawab. Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’”.
Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”
Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”
Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”
Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.
Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”
Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.
Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.
Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.
Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.
Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.
Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.
Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.
Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya.
Sekian, terima kasih.
(Cerita didapat dari kiriman teman)

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...