Kamis, 13 Desember 2012

Happy Birthday Miss Taylor...


Setelah membuat postingan special tentang pesohor favorit Agustus lalu, bulan Desember ini saya kembali menulis postingan special hari ulang tahun penyanyi favorit saya dan juga banyak orang di dunia. Tokoh satu ini merayakan hari jadinya yang ke-23, tepat pada tanggal dipostingkannya artikel ini, 13 Desember 2012. Siapakah dia? Seorang diva, muda usia dan penuh prestasi, bahkan diyakini sebagai penyanyi wanita tersukses di dunia saat ini. Here she is… The princess country : Taylor Swift.

Taylor Alison Swift atau lebih dikenal dengan nama Taylor Swift, lahir di Readling, Pennsylvania (AS) pada tanggal 13 Desember 1989. Ia terlahir dari pasangan Scott Kingsley Swift dan Andrea Gardnera. Ayahnya (Scott Swift) bekerja di perusahaan financial sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Swift punya adik laki-laki bernama Austin dan mereka sekeluarga tinggal di Pennsylvania (negara bagian pesisir timur AS) sebelum hijrah ke Nashville, Tennessee (bagian tenggara AS), ketika Swift menginjak usia 14 tahun.
Dapat dikatakan bahwa dara berambut pirang itu merupakan penyanyi wanita tersukses sepanjang sejarah musik modern saat ini. Terdengar berlebihan? Sederet fakta dan penghargaan menjadi alasan. Sepanjang karirnya ia telah mengoleksi 6 penghargaan (untuk berbagai kategori/nominasi) Grammy Awards, 6 gelar Academy of Country Music Awards, 11 trofi American Music Awards, satu titel BenBoard Music Awards, 7 piala Country Music Association Awards, satu achievement dari The Hal David Starlight Award (reward tahunan untuk song-writer), 4 penghargaan Billboard Music Awards, 1 gelar MTV Music Award, 11 gelar Billboard Year End Chart, 14 titel BMI Awards, 6 penghargaan CMT Music Awards, 3 titel People’s Choice Awards,  17 gelar Teen Choice Awards dan masih banyak lagi… (sampai capek yang ngetik :P).
Bukan hanya itu saja, kesuksesan Taylor Swift makin nyata setelah tiga kali berturut-turut albumnya menjadi worldwide top-selling. Dimulai dari album keduanya bertajuk Fearless (2008), yang menjadi the first album to sell one million copies in 2009. Ketika pertama dirilis, album Fearless langsung terjual 592.000 kopi dalam seminggu sehingga mendapat sertifikat platinum 6 kali dari Recording Industry Association of America (RIAA). What a fantastic…
Kesuksesan terus berlanjut ke album ketiganya bertajuk Speak Now (2010). Kesuksesan album ini ternyata melebihi album sebelumnya. Dalam tempo seminggu pasca rilis, album Speak Now terjual 1.047.000 keping! Tidak heranlah jika album ini mendapat tanggapan positif dari para kritikus music. Hingga September 2011, album Speak Now telah laku lebih dari 5 juta kopi di seluruh dunia sehingga mendapat sertifikasi (lagi) Quadruple Platinum dari RIAA.
Dan di album keempatnya yang baru dirilis 22 Oktober 2012 lalu, lagi-lagi rekor baru ia pecahkan. Dalam tempo sehari setelah resmi dirilis, album bertajuk Red itu langsung terjual 500 ribu keeping! Sebagai gambaran, single perdana album Red yang berjudul We Are Never Ever Getting Back Together saja sudah memimpin ITunes Charts dan sold 623.000 kopi dalam seminggu sekaligus mencetak rekor sebagai lagu yang paling sering diunduh sejak 2009. Selain album, ada pula single-nya yang menjadi yang laku di pasar berkat menjadi soundtrack sebuah film. Today was a Fairytale, OST film Valentine’s Day terjual 325.000, lagi-lagi dalam kurun 7 hari. Deretan prestasi yang rasanya sulit ditandingi penyanyi lain. Great job… 
Bakat Swift di bidang seni memang sudah terlihat sejak usia yang terbilang sangat dini. Ketika usia 3 tahun, ia sudah berani tampil menghibur wisatawan dalam sebuah acara dengan menyanyikan lagu “I just can’t to be wait to be King”  yang mejadi OST Film Lion King yang tengah naik daun kala itu. Talentanya pun terus berlanjut di usia 9 tahun, tatkala tampil sebagai juara kontes membaca puisi tingkat nasional. Kala itu ia membacakan puisi karangannya sendiri berjudul “Monster in My Closet” setebal 3 halaman.
Namun bakatnya di bidang musik baru mulai serius diasah ketika umur 10 tahun. Menurut situs Wikipedia, adalah seorang tukang reparasi computer, yang mengajari Swift kecil memainkan 3 akord gitar yang akhirnya mendorong minatnya untuk mempelajari instrument tersebut. Taylor Swift pun menulis lagu pertamanya berjudul “Lucky You” yang ia buat tak lama setelah lancar belajar gitar. Dan ketika libur musim panas tiba, ia memanfaatkannya untuk menulis novel. Musik dan sastra. Menyanyi, memainkan musik, serta menulis syair dan cerita. Itulah sederet bakat seorang Taylor Swift kecil…
Ungkapan “sedekah melapangkan rejeki” kiranya memang terbukti benar. Sosok Taylor Swift adalah salah satu contoh yang dapat kita lihat. Hidup dalam lautan kesuksesan dan ketenaran tidak lantas mengikis sisi humanis penyanyi yang mendapat standing ovation saat perform di Grammy Award 2012 itu. Hal ini terbukti dengan seringnya ia mendonasikan sebagian uangnya untuk berbagai kegiatan amal, baik untuk pendidikan, anak-anak penderita penyakit, hingga korban bencana alam. Bahkan pada Bulan Maret 2012 lalu ia mendapat penghargaan istimewa dari Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama, berkat donasinya terhadap korban banjir dan tornado di negaranya. Ia dianugerahi “The Big Help”, sebuah reward untuk seseorang atau pihak yang berkontribusi di bidang kemanusiaan. Selang empat bulan  kemudian (Juli 2012), Swift dinobatkan oleh Majalah Forbes sebagai artis muda terkaya nomor 1 di Amerika Serikat dengan total kekayaan 57 juta US Dollar, menggeser Justin Bieber yang di urutan kedua. Beautifully done...
Namun diantara sederet kisah manis yang menghiasi perjalanan hidup Swift, ternyata juga terselip pengalaman pahit yang mungkin tidak ia lupakan seumur hidupnya. Pengalaman tersebut adalah peristiwa yang terjadi di Malam Anugerah MTV Music Award 2009, dimana video klip lagunya yang berjudul You Belong With Me mendapat gelar Best Female Video. Ketika namanya dipanggil, lantas ia maju ke panggung untuk menerima trophy dan berkomentar singkat atas keberhasilannya. Namun ketika telah menerima piala dan hendak berkomentar, tiba-tiba penyanyi rap Kanye West naik ke panggung, mengarah ke Taylor Swift dan merebut mikrofon dari tangan Swift yang hendak berbicara. Kanye West menginterupsi penyerahan trofi tersebut dan secara blak-blakan mengatakan bahwa lagu Taylor Swift tidak layak menyabet nominasi Best Female Video dan menyebut nama penyanyi lain yang menurutnya lebih pantas mendapatkan penghargaan tersebut.

Taylor Swift speechless.  Ia tampak terdiam dan shock menghadapi situasi yang jelas sangat tidak disangka bahkan oleh orang lain sekalipun. Di sebuah event bergengsi, disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia, disiarkan secara live melalui TV maupun Internet Streaming. Tentu saja ini peristiwa ini sangat memukul dan juga memalukan bagi wanita seperti Taylor Swift. Entah apa motivasi Kanye West melakukan perbuatannya, yang jelas dua hari kemudian penyanyi berkulit gelap itu meminta maaf dan menyatakan penyesalannya kepada Taylor Swift. Setahun kemudian, di ajang MTV Video Music Award (VMA) 2010, Taylor Swift menyanyikan lagu berjudul Innocent (masuk album Speak Now) yang berisi pernyataan sikapnya yang berbesar hati memaafkan Kanye West.
Yup, just the way Taylor Swift is. Ia memang sering menuangkan perasaannya (curhat) melalui lagu. Banyak diantara lagunya yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya, tak terkecuali yang berkaitan dengan percintaan. Ia pun tidak jarang menyanyikan lagu yang mengisahkan tentang mantan-mantan pacarnya . Selain itu, Swift juga tergolong pribadi dengan banyak keunikan. Ia mengaku suka dengan angka 13 (tanggal kelahirannya), angka yang menurut sebagian orang barat dianggap sebagai simbol kesialan. Dalam tiap aksi panggungnya sering dimeriahkan dengan aksi teatrikal para penari latarnya yang tampak unik dan kocak sehingga menjadi hiburan tersendiri. Dalam situs resminya (http://taylorswift.com/), ia juga mengaku suka berimajinasi tentang romansa kehidupan ratusan tahun yang lalu. Lagu Love Story dan Long Live adalah contoh buah "imajinasi liar"-nya. Keistimewaan lainnya adalah genre musik yang diusungnya, yakni musik country. Bisa dibilang cukup jarang generasi muda yang berminat dengan musik tersebut, tapi Taylor Swift justru melesat karirnya berkat genre satu ini.
Humanis, bertalenta dan inspiratif. Tiga sifat itu memang layak disematkan ke cewek yang juga terlibat promo produk parfum bermerk "Wonderstruck Enchanted" ini, bersamaan promo album Red. Pernah ia ditanya mengenai resiko public figure  menghadapi banyak godaan yang berpotensi menjerumuskan, Swift menjawab : "Saya pikir itu semua bermuara kepada siapa anda mengelilingi diri anda dan seberapa kuat moral anda. Sebelum saya membuat keputusan, saya berhenti dan berpikir tentang gadis berusia 10 tahun yang saya lihat semalam di konser saya di barisan depan. Saya berpikir tentang ibunya, saya berpikir bagaimana mereka membeli CD, berpikir bahwa saya adalah panutan yang baik. Lalu saya berpikir tentang apa yang akan mereka rasakan jika saya melakukan sesuatu yang mengecewakan mereka. Saya tak dapat membayangkan rasa sakit yang lebih besar ketika membuat salah seorang dari ibu mereka kecewa. Terus terang saya tidak bisa..."
Kepada penggemarnya, Swift juga pernah berpesan bahwa the most important things di dunia ini ada dua, yakni belajar dan persahabatan. Belajar membuat kita tahu akan banyak hal, sedangkan sahabat membuat hidup tidak terasa sepi. Lagu-lagu Swift pun banyak yang bertema cinta dan persahabatan. Hebatnya, pada album Speak Now, seluruh lagunya ditulis oleh Taylor Swift seorang diri tanpa bantuan co-writerWow…
Demikian sekelumit kisah hidup Taylor Swift yang penuh warna dan semoga dapat memberikan inspirasi bagi yang membaca. Bagi saya pribadi, sebagai Swifties (sebutan penggemar Taylor Swift), ia adalah penyanyi dengan suara paling lembut dan merdu yang pernah saya dengar (Hehehe). Saya dapat menilai bahwa semua lagunya bagus karena mengoleksi lengkap dari album pertama sampai terbaru termasuk yang Deluxe Edition dan Platinum Edition. Pada postingan Bulan Ferbruari 2012 tentang daftar lagu inspiratif dan motivasional, saya memasukkan beberapa lagu Swift didalamnya. Bukan hanya aransemen lagunya yang enak didengar, lirik-liriknya pun banyak yang unik, imajinatif dan juga advising.. 

Akhir kata, happy birthday Miss Taylor… Keep success and inspiring people…


BIODATA TAYLOR SWIFT


Birth Name                         : Taylor Alison Swift
Born                                   : Readling, 13th December 1989
Nationality                          : American
Domicile                             : Nashville
Height                                 : 1,80 meters
Occupations                       : Singer, Song-Writer, Musician, Actress
Genres                                : Country, Pop, Country Pop, Pop Rock
Instruments                         : Guitar, Banjo Guitar, Ukulele, Piano
Labels                                 : Big Machine
Musical Influence                 : Shania Twain, Tim McGraw, LeAnn Rimes, Tina Turner, Dolly Parton,
                                               Her Own Grandma                                            
Number                               : 13
Name of Cat                       : Meredith
Favourite Things in Life       :  Writing about life (specifically concerning love)
Favourite TV Serial             : Grey’s Anatomy, Crime Scene Investigation (CSI)
Albums                                : -     Taylor Swift                                       (Released on October 2006)
        -        Fearless                                           (November 2008)
        -        Speak Now                                       (October 2010)
        -        Red                                                   (October 2012) 
         
Appearance                       :  -     Crime Scene Investigation (CSI)       (2009)
        -        Valentine’s Day                                 (2010)
        -        The Lorax                                          (2012)

                                       

                           Bonus Video






















Kamis, 06 Desember 2012

La Cita (4)

"Dengan memahami persoalan, maka separuh dari persoalan telah teratasi."
- Munawar Fuad -


Minggu, 02 Desember 2012

Mentalitas : Musuh Terbesar Pemain Timnas (?)


Ø  Final Tiger Cup 2002, Indonesia vs Thailand. Indonesia digadang-gadang bakal meraih title perdananya di ajang sepakbola tertinggi se-Asia Tenggara. Bermain di kandang sendiri plus statistik yang mengarahkan Indonesia menjadi kampiun tahun itu, Timnas justru kalah lewat drama adu penalty setelah hanya bermain imbang 2-2 di waktu normal.
Ø  Fase penyisihan grup sepakbola SEA Games Hanoi 2003. Indonesia dituntut wajib menang di matchday terakhir penyisihan grup untuk lolos ke semifinal. Bonus sejumlah uang pun dijanjikan guna menambah motivasi pemain Timnas U-23. Tapi hasilnya? Lagi-lagi Thailand menjadi nightmare setelah membantai Tim Garuda dengan setengah lusin gol tanpa balas (0-6).
Ø  Final Tiger Cup 2004. Indonesia kembali membuka asa menjadi yang terbaik se-ASEAN setelah lolos ke grand final untuk ketiga kali berturut-turut. Sungguh disayangkan, di final Tiger Cup yang memakai sistem home-away untuk pertama kalinya, lagi-lagi impian menjadi juara harus terkubur setelah dipecundangi negeri mungil Singapura dengan agregat telak, 5-1.
Ø  Fase penyisihan grup AFF Cup 2007. Indonesia dituntut wajib menang untuk bisa lolos ke semifinal. Malang, Indonesia harus mencatat sejarah untuk kali pertama gagal lolos fase grup AFF Cup sejak diselenggarakan tahun 1996. Timnas hanya mampu bermain imbang 2-2 dengan tuan rumah Singapura dan gagal lolos karena kalah selisih gol dengan Singapura dan Vietnam meski poin ketiga tim sama.
Ø  Final AFF Cup 2010. Indonesia untuk ‘pertama kalinya’ masuk final pasca ajang serupa tahun 2004. Namun apa mau dikata, Tim Merah-Putih harus merelakan trofinya jatuh ke tangan negeri jiran Malaysia.
Ø  Final SEA Games 2011. Indonesia, yang diwakili Timnas U-23, untuk pertama kalinya melaju hingga final sepakbola SEA Games setelah terakhir tahun 1997. Asa untuk mengobati dahaga gelar yang terakhir diraih pada SEA Games 1991 pun terbuka lebar. Tapi akhirnya? Lagi-lagi Pasukan Kebangsaan Malaysia mengubur ambisi Indonesia untuk mengakhiri ‘puasa gelar' selama 20 tahun.


* * * *



          Postingan ini saya buat hanya berselang kurang lebih dua jam setelah pertandingan matchday terakhir penyisihan Grup B AFF Cup 2012 antara Indonesia vs Malaysia yang berakhir 2-0 untuk kemenangan tuan rumah Malaysia. Berkat hasil tersebut, Indonesia harus menelan pil pahit untuk kedua kalinya gagal melewati fase penyisihan grup AFF Cup setelah mengalami hal serupa tahun 2007 silam. Harus diakui, kualitas Timnas kali ini memang tidak sebaik sebelumnya setelah adanya dualisme organisasi yang berlanjut ke dualisme kompetisi, dan juga berimplikasi ke dualisme Tim Nasional. Meskipun sempat ada niatan dari ‘kubu seberang’ PSSI untuk mengizinkan pemainnya masuk Timnas yang ‘legal’, beralasan waktu yang sudah sangat limit, para pemain dari ‘kompetisi seberang’ pun batal bergabung.
        Sejak awal pun saya tidak yakin dalam kondisi seperti sekarang Timnas mampu berprestasi di AFF. Bahkan secara objektif saya lebih menjagokan Thailand vs Singapura akan bertemu di final dan memprediksi Thailand keluar sebagai juaranya. Bukan pesimis atau tidak nasionalis, tapi relistis. Saya tetap nasionalis, tapi nasionalisme saya bukan right or wrong is my country. Seorang pecinta nasi goreng jika disuguhi nasi goreng yang kebanyakan lombok atau kurang bumbu, tentu ia tak perlu memaksakan diri menghabiskannya.
        Saya pun tidak terlalu yakin apakah seandainya pemain-pemain 'kompetisi seberang' digabung dengan timnas bentukan PSSI menjadi jaminan Timnas bakal menjuarai AFF Cup tahun ini. Okelah secara individual, pemain kompetisi seberang memang lebih baik. Tapi faktanya, selama ini Timnas (level U-23 dan senior) sama sekali tidak pernah meraih gelar juara apapun di ajang sepakbola antar negara. Pertandingan matchday 3 penyisihan Grup B AFF Cup 2012 memang menjadi laga ‘hidup-mati’ bagi Timnas untuk lolos ke semifinal. Tapi seperti yang telah diketahui, timnas gagal melewati ujian tersebut.
       Kejadian itu bukan pertama kalinya dialami Timnas Indonesia. Bahkan hampir di setiap partai-partai krusial yang dihadapi Timnas di berbagai ajang, dimana pada partai tersebut Timnas dituntut wajib menang untuk menyelamatkan nasibnya, mereka selalu menuai kegagalan. Dan yang lebih mengherankan lagi, melawan tim-tim yang secara tradisi timnas selalu mudah mengalahkannya, tapi jika dilangsungkan dalam sebuah partai krusial atau laga hidup-mati, timnas selalu gagal menang.
      Salah satunya saat Final Hassanal Bolkiah 2012 lalu yang melibatkan Timnas U-22. Di partai final, timnas ‘hanya’ menghadapi tim lemah yang sering menjadi lumbung gol di level ASEAN : Brunei Darussalam. Meskipun berstatus tuan rumah, di atas kertas mereka tetap jauh dibawah kita. Tapi faktanya? Di babak final, Timnas U-22 dipaksa tunduk 0-2 dan gagal menjadi yang terbaik. Mau bukti lagi? Di turnamen Grand Royal Challenge yang diselenggarakan di Myanmar 2008 silam, Indonesia berhasil melaju hingga final. Tapi akhirnya? Di babak akhir turnamen, Indonesia takluk dengan tim yang pada ajang berbeda mereka bantai 4-0, Myanmar.
      Saya mengamati Timnas Indonesia sejak 2001 dan selalu heran apa sebetulnya yang menyebabkan Indonesia sulit juara. Faktor teknis? Secara individual, untuk level ASEAN Indonesia masuk kelas atas. Faktor pelatih? Kurang setuju juga. Peter Withe, pelatih berkebangsaan Inggris yang melatih timnas 2004-2007 adalah sosok yang berjasa membawa Thailand juara ASEAN dua kali berturut tahun 2000 dan 2002. Peter Withe dikenal sebagai pelatih yang bukan hanya mahir meracik strategi, tapi juga pintar dalam memotivasi pemain. Tapi faktanya, meskipun sukses bersama Thailand, ia harus menelan pil pahit selama tiga tahun melatih Tim Garuda tanpa menghasil gelar juara apapun. So, what’s the trouble?
        Saya melihat faktor penyebab terjadinya rentetan kegagalan yang dialami Timnas, bukan karena kualitas teknis, bukan pula faktor kepelatihan. Lalu apa penyebab utamanya? The trouble is mentality. Dalam beberapa kali partai super penting yang melibatkan Timnas, secara teknis seharusnya mereka bisa mengatasinya. Tapi sebagus-bagusnya pemain, jika mental mereka tidak siap, maka useless-lah kemampuan yang mereka miliki. Seperti saya sampaikan tadi, melawan tim sekelas Brunei dalam ‘suasana Final’ pun membuat timnas kehilangan taji.
       Faktor mental memang harus segera diperbaiki jika Timnas ingin berprestasi. Dan untuk membentuk mental juara, diperlukan waktu yang panjang. Untuk itulah sangat diperlukan kompetisi berjenjang di usia dini, yang diselenggarakan secara kontinyu dan profesional. Seperti yang pernah saya singgung dalam postingan sebelumnya (baca : Menyemai Benih, Meretas Asa edisi Juni 2012.), kompetisi usia dini dengan format Liga (bukan turnamen piala yang sering dijumpai selama ini), yang diselenggarakan secara berjenjang urut berdasarkan kelompok umur, serta diadakan secara kontinyu (rutin setiap tahun) dan dikelola secara profesional. Saya percaya konsep tersebut bukan hanya akan menghasilkan pemain berteknik bagus, tapi juga bermental juara. Karena melalui sistem Liga dengan kompetisi penuh (dua putaran, home-away, pakai klasemen), pemain dibiasakan untuk bersaing dan menjaga konsistensi permainan sepanjang kompetisi berlangsung, untuk mengejar gelar juara. Dari sinilah tertanam mental kompetitif dalam pribadi masing-masing pemain yang kemudian tumbuh menjadi mental juara.
       Kita semua tentu berharap gelar medali emas sepak bola SEA Games 1991 bukan menjadi gelar terakhir bagi Tim Nasional Indonesia. Karena biar bagaimanapun sepakbola merupakan olahraga terpopuler di dunia dan juga negeri ini. Prestasi Timnas tentu akan memberikan rasa bangga tersendiri bagi masyarakat khususnya pecinta sepakbola nasional. Demikian sekelumit tentang pandangan saya terhadap permasalahan timnas yang begitu sulit berprestasi, berikut solusinya yang saya harap bisa diterima dan diterapkan oleh pihak yang berwenang atas sepakbola Indonesia, khususnya dalam hal ini PSSI.




Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...