Kamis, 13 Desember 2012

Happy Birthday Miss Taylor...


Setelah membuat postingan special tentang pesohor favorit Agustus lalu, bulan Desember ini saya kembali menulis postingan special hari ulang tahun penyanyi favorit saya dan juga banyak orang di dunia. Tokoh satu ini merayakan hari jadinya yang ke-23, tepat pada tanggal dipostingkannya artikel ini, 13 Desember 2012. Siapakah dia? Seorang diva, muda usia dan penuh prestasi, bahkan diyakini sebagai penyanyi wanita tersukses di dunia saat ini. Here she is… The princess country : Taylor Swift.

Taylor Alison Swift atau lebih dikenal dengan nama Taylor Swift, lahir di Readling, Pennsylvania (AS) pada tanggal 13 Desember 1989. Ia terlahir dari pasangan Scott Kingsley Swift dan Andrea Gardnera. Ayahnya (Scott Swift) bekerja di perusahaan financial sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Swift punya adik laki-laki bernama Austin dan mereka sekeluarga tinggal di Pennsylvania (negara bagian pesisir timur AS) sebelum hijrah ke Nashville, Tennessee (bagian tenggara AS), ketika Swift menginjak usia 14 tahun.
Dapat dikatakan bahwa dara berambut pirang itu merupakan penyanyi wanita tersukses sepanjang sejarah musik modern saat ini. Terdengar berlebihan? Sederet fakta dan penghargaan menjadi alasan. Sepanjang karirnya ia telah mengoleksi 6 penghargaan (untuk berbagai kategori/nominasi) Grammy Awards, 6 gelar Academy of Country Music Awards, 11 trofi American Music Awards, satu titel BenBoard Music Awards, 7 piala Country Music Association Awards, satu achievement dari The Hal David Starlight Award (reward tahunan untuk song-writer), 4 penghargaan Billboard Music Awards, 1 gelar MTV Music Award, 11 gelar Billboard Year End Chart, 14 titel BMI Awards, 6 penghargaan CMT Music Awards, 3 titel People’s Choice Awards,  17 gelar Teen Choice Awards dan masih banyak lagi… (sampai capek yang ngetik :P).
Bukan hanya itu saja, kesuksesan Taylor Swift makin nyata setelah tiga kali berturut-turut albumnya menjadi worldwide top-selling. Dimulai dari album keduanya bertajuk Fearless (2008), yang menjadi the first album to sell one million copies in 2009. Ketika pertama dirilis, album Fearless langsung terjual 592.000 kopi dalam seminggu sehingga mendapat sertifikat platinum 6 kali dari Recording Industry Association of America (RIAA). What a fantastic…
Kesuksesan terus berlanjut ke album ketiganya bertajuk Speak Now (2010). Kesuksesan album ini ternyata melebihi album sebelumnya. Dalam tempo seminggu pasca rilis, album Speak Now terjual 1.047.000 keping! Tidak heranlah jika album ini mendapat tanggapan positif dari para kritikus music. Hingga September 2011, album Speak Now telah laku lebih dari 5 juta kopi di seluruh dunia sehingga mendapat sertifikasi (lagi) Quadruple Platinum dari RIAA.
Dan di album keempatnya yang baru dirilis 22 Oktober 2012 lalu, lagi-lagi rekor baru ia pecahkan. Dalam tempo sehari setelah resmi dirilis, album bertajuk Red itu langsung terjual 500 ribu keeping! Sebagai gambaran, single perdana album Red yang berjudul We Are Never Ever Getting Back Together saja sudah memimpin ITunes Charts dan sold 623.000 kopi dalam seminggu sekaligus mencetak rekor sebagai lagu yang paling sering diunduh sejak 2009. Selain album, ada pula single-nya yang menjadi yang laku di pasar berkat menjadi soundtrack sebuah film. Today was a Fairytale, OST film Valentine’s Day terjual 325.000, lagi-lagi dalam kurun 7 hari. Deretan prestasi yang rasanya sulit ditandingi penyanyi lain. Great job… 
Bakat Swift di bidang seni memang sudah terlihat sejak usia yang terbilang sangat dini. Ketika usia 3 tahun, ia sudah berani tampil menghibur wisatawan dalam sebuah acara dengan menyanyikan lagu “I just can’t to be wait to be King”  yang mejadi OST Film Lion King yang tengah naik daun kala itu. Talentanya pun terus berlanjut di usia 9 tahun, tatkala tampil sebagai juara kontes membaca puisi tingkat nasional. Kala itu ia membacakan puisi karangannya sendiri berjudul “Monster in My Closet” setebal 3 halaman.
Namun bakatnya di bidang musik baru mulai serius diasah ketika umur 10 tahun. Menurut situs Wikipedia, adalah seorang tukang reparasi computer, yang mengajari Swift kecil memainkan 3 akord gitar yang akhirnya mendorong minatnya untuk mempelajari instrument tersebut. Taylor Swift pun menulis lagu pertamanya berjudul “Lucky You” yang ia buat tak lama setelah lancar belajar gitar. Dan ketika libur musim panas tiba, ia memanfaatkannya untuk menulis novel. Musik dan sastra. Menyanyi, memainkan musik, serta menulis syair dan cerita. Itulah sederet bakat seorang Taylor Swift kecil…
Ungkapan “sedekah melapangkan rejeki” kiranya memang terbukti benar. Sosok Taylor Swift adalah salah satu contoh yang dapat kita lihat. Hidup dalam lautan kesuksesan dan ketenaran tidak lantas mengikis sisi humanis penyanyi yang mendapat standing ovation saat perform di Grammy Award 2012 itu. Hal ini terbukti dengan seringnya ia mendonasikan sebagian uangnya untuk berbagai kegiatan amal, baik untuk pendidikan, anak-anak penderita penyakit, hingga korban bencana alam. Bahkan pada Bulan Maret 2012 lalu ia mendapat penghargaan istimewa dari Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama, berkat donasinya terhadap korban banjir dan tornado di negaranya. Ia dianugerahi “The Big Help”, sebuah reward untuk seseorang atau pihak yang berkontribusi di bidang kemanusiaan. Selang empat bulan  kemudian (Juli 2012), Swift dinobatkan oleh Majalah Forbes sebagai artis muda terkaya nomor 1 di Amerika Serikat dengan total kekayaan 57 juta US Dollar, menggeser Justin Bieber yang di urutan kedua. Beautifully done...
Namun diantara sederet kisah manis yang menghiasi perjalanan hidup Swift, ternyata juga terselip pengalaman pahit yang mungkin tidak ia lupakan seumur hidupnya. Pengalaman tersebut adalah peristiwa yang terjadi di Malam Anugerah MTV Music Award 2009, dimana video klip lagunya yang berjudul You Belong With Me mendapat gelar Best Female Video. Ketika namanya dipanggil, lantas ia maju ke panggung untuk menerima trophy dan berkomentar singkat atas keberhasilannya. Namun ketika telah menerima piala dan hendak berkomentar, tiba-tiba penyanyi rap Kanye West naik ke panggung, mengarah ke Taylor Swift dan merebut mikrofon dari tangan Swift yang hendak berbicara. Kanye West menginterupsi penyerahan trofi tersebut dan secara blak-blakan mengatakan bahwa lagu Taylor Swift tidak layak menyabet nominasi Best Female Video dan menyebut nama penyanyi lain yang menurutnya lebih pantas mendapatkan penghargaan tersebut.

Taylor Swift speechless.  Ia tampak terdiam dan shock menghadapi situasi yang jelas sangat tidak disangka bahkan oleh orang lain sekalipun. Di sebuah event bergengsi, disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia, disiarkan secara live melalui TV maupun Internet Streaming. Tentu saja ini peristiwa ini sangat memukul dan juga memalukan bagi wanita seperti Taylor Swift. Entah apa motivasi Kanye West melakukan perbuatannya, yang jelas dua hari kemudian penyanyi berkulit gelap itu meminta maaf dan menyatakan penyesalannya kepada Taylor Swift. Setahun kemudian, di ajang MTV Video Music Award (VMA) 2010, Taylor Swift menyanyikan lagu berjudul Innocent (masuk album Speak Now) yang berisi pernyataan sikapnya yang berbesar hati memaafkan Kanye West.
Yup, just the way Taylor Swift is. Ia memang sering menuangkan perasaannya (curhat) melalui lagu. Banyak diantara lagunya yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya, tak terkecuali yang berkaitan dengan percintaan. Ia pun tidak jarang menyanyikan lagu yang mengisahkan tentang mantan-mantan pacarnya . Selain itu, Swift juga tergolong pribadi dengan banyak keunikan. Ia mengaku suka dengan angka 13 (tanggal kelahirannya), angka yang menurut sebagian orang barat dianggap sebagai simbol kesialan. Dalam tiap aksi panggungnya sering dimeriahkan dengan aksi teatrikal para penari latarnya yang tampak unik dan kocak sehingga menjadi hiburan tersendiri. Dalam situs resminya (http://taylorswift.com/), ia juga mengaku suka berimajinasi tentang romansa kehidupan ratusan tahun yang lalu. Lagu Love Story dan Long Live adalah contoh buah "imajinasi liar"-nya. Keistimewaan lainnya adalah genre musik yang diusungnya, yakni musik country. Bisa dibilang cukup jarang generasi muda yang berminat dengan musik tersebut, tapi Taylor Swift justru melesat karirnya berkat genre satu ini.
Humanis, bertalenta dan inspiratif. Tiga sifat itu memang layak disematkan ke cewek yang juga terlibat promo produk parfum bermerk "Wonderstruck Enchanted" ini, bersamaan promo album Red. Pernah ia ditanya mengenai resiko public figure  menghadapi banyak godaan yang berpotensi menjerumuskan, Swift menjawab : "Saya pikir itu semua bermuara kepada siapa anda mengelilingi diri anda dan seberapa kuat moral anda. Sebelum saya membuat keputusan, saya berhenti dan berpikir tentang gadis berusia 10 tahun yang saya lihat semalam di konser saya di barisan depan. Saya berpikir tentang ibunya, saya berpikir bagaimana mereka membeli CD, berpikir bahwa saya adalah panutan yang baik. Lalu saya berpikir tentang apa yang akan mereka rasakan jika saya melakukan sesuatu yang mengecewakan mereka. Saya tak dapat membayangkan rasa sakit yang lebih besar ketika membuat salah seorang dari ibu mereka kecewa. Terus terang saya tidak bisa..."
Kepada penggemarnya, Swift juga pernah berpesan bahwa the most important things di dunia ini ada dua, yakni belajar dan persahabatan. Belajar membuat kita tahu akan banyak hal, sedangkan sahabat membuat hidup tidak terasa sepi. Lagu-lagu Swift pun banyak yang bertema cinta dan persahabatan. Hebatnya, pada album Speak Now, seluruh lagunya ditulis oleh Taylor Swift seorang diri tanpa bantuan co-writerWow…
Demikian sekelumit kisah hidup Taylor Swift yang penuh warna dan semoga dapat memberikan inspirasi bagi yang membaca. Bagi saya pribadi, sebagai Swifties (sebutan penggemar Taylor Swift), ia adalah penyanyi dengan suara paling lembut dan merdu yang pernah saya dengar (Hehehe). Saya dapat menilai bahwa semua lagunya bagus karena mengoleksi lengkap dari album pertama sampai terbaru termasuk yang Deluxe Edition dan Platinum Edition. Pada postingan Bulan Ferbruari 2012 tentang daftar lagu inspiratif dan motivasional, saya memasukkan beberapa lagu Swift didalamnya. Bukan hanya aransemen lagunya yang enak didengar, lirik-liriknya pun banyak yang unik, imajinatif dan juga advising.. 

Akhir kata, happy birthday Miss Taylor… Keep success and inspiring people…


BIODATA TAYLOR SWIFT


Birth Name                         : Taylor Alison Swift
Born                                   : Readling, 13th December 1989
Nationality                          : American
Domicile                             : Nashville
Height                                 : 1,80 meters
Occupations                       : Singer, Song-Writer, Musician, Actress
Genres                                : Country, Pop, Country Pop, Pop Rock
Instruments                         : Guitar, Banjo Guitar, Ukulele, Piano
Labels                                 : Big Machine
Musical Influence                 : Shania Twain, Tim McGraw, LeAnn Rimes, Tina Turner, Dolly Parton,
                                               Her Own Grandma                                            
Number                               : 13
Name of Cat                       : Meredith
Favourite Things in Life       :  Writing about life (specifically concerning love)
Favourite TV Serial             : Grey’s Anatomy, Crime Scene Investigation (CSI)
Albums                                : -     Taylor Swift                                       (Released on October 2006)
        -        Fearless                                           (November 2008)
        -        Speak Now                                       (October 2010)
        -        Red                                                   (October 2012) 
         
Appearance                       :  -     Crime Scene Investigation (CSI)       (2009)
        -        Valentine’s Day                                 (2010)
        -        The Lorax                                          (2012)

                                       

                           Bonus Video






















Kamis, 06 Desember 2012

La Cita (4)

"Dengan memahami persoalan, maka separuh dari persoalan telah teratasi."
- Munawar Fuad -


Minggu, 02 Desember 2012

Mentalitas : Musuh Terbesar Pemain Timnas (?)


Ø  Final Tiger Cup 2002, Indonesia vs Thailand. Indonesia digadang-gadang bakal meraih title perdananya di ajang sepakbola tertinggi se-Asia Tenggara. Bermain di kandang sendiri plus statistik yang mengarahkan Indonesia menjadi kampiun tahun itu, Timnas justru kalah lewat drama adu penalty setelah hanya bermain imbang 2-2 di waktu normal.
Ø  Fase penyisihan grup sepakbola SEA Games Hanoi 2003. Indonesia dituntut wajib menang di matchday terakhir penyisihan grup untuk lolos ke semifinal. Bonus sejumlah uang pun dijanjikan guna menambah motivasi pemain Timnas U-23. Tapi hasilnya? Lagi-lagi Thailand menjadi nightmare setelah membantai Tim Garuda dengan setengah lusin gol tanpa balas (0-6).
Ø  Final Tiger Cup 2004. Indonesia kembali membuka asa menjadi yang terbaik se-ASEAN setelah lolos ke grand final untuk ketiga kali berturut-turut. Sungguh disayangkan, di final Tiger Cup yang memakai sistem home-away untuk pertama kalinya, lagi-lagi impian menjadi juara harus terkubur setelah dipecundangi negeri mungil Singapura dengan agregat telak, 5-1.
Ø  Fase penyisihan grup AFF Cup 2007. Indonesia dituntut wajib menang untuk bisa lolos ke semifinal. Malang, Indonesia harus mencatat sejarah untuk kali pertama gagal lolos fase grup AFF Cup sejak diselenggarakan tahun 1996. Timnas hanya mampu bermain imbang 2-2 dengan tuan rumah Singapura dan gagal lolos karena kalah selisih gol dengan Singapura dan Vietnam meski poin ketiga tim sama.
Ø  Final AFF Cup 2010. Indonesia untuk ‘pertama kalinya’ masuk final pasca ajang serupa tahun 2004. Namun apa mau dikata, Tim Merah-Putih harus merelakan trofinya jatuh ke tangan negeri jiran Malaysia.
Ø  Final SEA Games 2011. Indonesia, yang diwakili Timnas U-23, untuk pertama kalinya melaju hingga final sepakbola SEA Games setelah terakhir tahun 1997. Asa untuk mengobati dahaga gelar yang terakhir diraih pada SEA Games 1991 pun terbuka lebar. Tapi akhirnya? Lagi-lagi Pasukan Kebangsaan Malaysia mengubur ambisi Indonesia untuk mengakhiri ‘puasa gelar' selama 20 tahun.


* * * *



          Postingan ini saya buat hanya berselang kurang lebih dua jam setelah pertandingan matchday terakhir penyisihan Grup B AFF Cup 2012 antara Indonesia vs Malaysia yang berakhir 2-0 untuk kemenangan tuan rumah Malaysia. Berkat hasil tersebut, Indonesia harus menelan pil pahit untuk kedua kalinya gagal melewati fase penyisihan grup AFF Cup setelah mengalami hal serupa tahun 2007 silam. Harus diakui, kualitas Timnas kali ini memang tidak sebaik sebelumnya setelah adanya dualisme organisasi yang berlanjut ke dualisme kompetisi, dan juga berimplikasi ke dualisme Tim Nasional. Meskipun sempat ada niatan dari ‘kubu seberang’ PSSI untuk mengizinkan pemainnya masuk Timnas yang ‘legal’, beralasan waktu yang sudah sangat limit, para pemain dari ‘kompetisi seberang’ pun batal bergabung.
        Sejak awal pun saya tidak yakin dalam kondisi seperti sekarang Timnas mampu berprestasi di AFF. Bahkan secara objektif saya lebih menjagokan Thailand vs Singapura akan bertemu di final dan memprediksi Thailand keluar sebagai juaranya. Bukan pesimis atau tidak nasionalis, tapi relistis. Saya tetap nasionalis, tapi nasionalisme saya bukan right or wrong is my country. Seorang pecinta nasi goreng jika disuguhi nasi goreng yang kebanyakan lombok atau kurang bumbu, tentu ia tak perlu memaksakan diri menghabiskannya.
        Saya pun tidak terlalu yakin apakah seandainya pemain-pemain 'kompetisi seberang' digabung dengan timnas bentukan PSSI menjadi jaminan Timnas bakal menjuarai AFF Cup tahun ini. Okelah secara individual, pemain kompetisi seberang memang lebih baik. Tapi faktanya, selama ini Timnas (level U-23 dan senior) sama sekali tidak pernah meraih gelar juara apapun di ajang sepakbola antar negara. Pertandingan matchday 3 penyisihan Grup B AFF Cup 2012 memang menjadi laga ‘hidup-mati’ bagi Timnas untuk lolos ke semifinal. Tapi seperti yang telah diketahui, timnas gagal melewati ujian tersebut.
       Kejadian itu bukan pertama kalinya dialami Timnas Indonesia. Bahkan hampir di setiap partai-partai krusial yang dihadapi Timnas di berbagai ajang, dimana pada partai tersebut Timnas dituntut wajib menang untuk menyelamatkan nasibnya, mereka selalu menuai kegagalan. Dan yang lebih mengherankan lagi, melawan tim-tim yang secara tradisi timnas selalu mudah mengalahkannya, tapi jika dilangsungkan dalam sebuah partai krusial atau laga hidup-mati, timnas selalu gagal menang.
      Salah satunya saat Final Hassanal Bolkiah 2012 lalu yang melibatkan Timnas U-22. Di partai final, timnas ‘hanya’ menghadapi tim lemah yang sering menjadi lumbung gol di level ASEAN : Brunei Darussalam. Meskipun berstatus tuan rumah, di atas kertas mereka tetap jauh dibawah kita. Tapi faktanya? Di babak final, Timnas U-22 dipaksa tunduk 0-2 dan gagal menjadi yang terbaik. Mau bukti lagi? Di turnamen Grand Royal Challenge yang diselenggarakan di Myanmar 2008 silam, Indonesia berhasil melaju hingga final. Tapi akhirnya? Di babak akhir turnamen, Indonesia takluk dengan tim yang pada ajang berbeda mereka bantai 4-0, Myanmar.
      Saya mengamati Timnas Indonesia sejak 2001 dan selalu heran apa sebetulnya yang menyebabkan Indonesia sulit juara. Faktor teknis? Secara individual, untuk level ASEAN Indonesia masuk kelas atas. Faktor pelatih? Kurang setuju juga. Peter Withe, pelatih berkebangsaan Inggris yang melatih timnas 2004-2007 adalah sosok yang berjasa membawa Thailand juara ASEAN dua kali berturut tahun 2000 dan 2002. Peter Withe dikenal sebagai pelatih yang bukan hanya mahir meracik strategi, tapi juga pintar dalam memotivasi pemain. Tapi faktanya, meskipun sukses bersama Thailand, ia harus menelan pil pahit selama tiga tahun melatih Tim Garuda tanpa menghasil gelar juara apapun. So, what’s the trouble?
        Saya melihat faktor penyebab terjadinya rentetan kegagalan yang dialami Timnas, bukan karena kualitas teknis, bukan pula faktor kepelatihan. Lalu apa penyebab utamanya? The trouble is mentality. Dalam beberapa kali partai super penting yang melibatkan Timnas, secara teknis seharusnya mereka bisa mengatasinya. Tapi sebagus-bagusnya pemain, jika mental mereka tidak siap, maka useless-lah kemampuan yang mereka miliki. Seperti saya sampaikan tadi, melawan tim sekelas Brunei dalam ‘suasana Final’ pun membuat timnas kehilangan taji.
       Faktor mental memang harus segera diperbaiki jika Timnas ingin berprestasi. Dan untuk membentuk mental juara, diperlukan waktu yang panjang. Untuk itulah sangat diperlukan kompetisi berjenjang di usia dini, yang diselenggarakan secara kontinyu dan profesional. Seperti yang pernah saya singgung dalam postingan sebelumnya (baca : Menyemai Benih, Meretas Asa edisi Juni 2012.), kompetisi usia dini dengan format Liga (bukan turnamen piala yang sering dijumpai selama ini), yang diselenggarakan secara berjenjang urut berdasarkan kelompok umur, serta diadakan secara kontinyu (rutin setiap tahun) dan dikelola secara profesional. Saya percaya konsep tersebut bukan hanya akan menghasilkan pemain berteknik bagus, tapi juga bermental juara. Karena melalui sistem Liga dengan kompetisi penuh (dua putaran, home-away, pakai klasemen), pemain dibiasakan untuk bersaing dan menjaga konsistensi permainan sepanjang kompetisi berlangsung, untuk mengejar gelar juara. Dari sinilah tertanam mental kompetitif dalam pribadi masing-masing pemain yang kemudian tumbuh menjadi mental juara.
       Kita semua tentu berharap gelar medali emas sepak bola SEA Games 1991 bukan menjadi gelar terakhir bagi Tim Nasional Indonesia. Karena biar bagaimanapun sepakbola merupakan olahraga terpopuler di dunia dan juga negeri ini. Prestasi Timnas tentu akan memberikan rasa bangga tersendiri bagi masyarakat khususnya pecinta sepakbola nasional. Demikian sekelumit tentang pandangan saya terhadap permasalahan timnas yang begitu sulit berprestasi, berikut solusinya yang saya harap bisa diterima dan diterapkan oleh pihak yang berwenang atas sepakbola Indonesia, khususnya dalam hal ini PSSI.




Selasa, 20 November 2012

La Cita (3)

"Ketandusan intelektual dihasilkan secara artifisial dengan mengubah manusia yang belum dewasa menjadi mesin-mesin belaka."
- Karl Marx -


Jumat, 16 November 2012

Arti Sebuah Pengakuan dari UNESCO


Tahun 2012 kiranya menjadi tahun yang memberikan berkah yang cukup melimpah bagi dunia pariwisata, konservasi alam dan kebudayaan Indonesia. Dua aset kekayaan bangsa ini, yang kebetulan keduanya berlokasi di Pulau Bali, telah resmi mendapat pengakuan prestisius dari Badan PBB  yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, UNESCO. Dua aset berharga itu adalah Subak, sistem pertanian tradisional Bali yang resmi ditetapkan UNESCO World Heritage pada akhir bulan Juni dan Kaldera Gunung Batur yang masuk dalam Global Geopark Network atau Jaringan Taman Bumi Global (internasional).

                               


Diakuinya dua warisan tersebut memang patut diapresiasi. Subak, sebuah sistem pertanian khas Bali, mempunyai nilai filosofis tersendiri. Subak  merupakan perwujudan dari Tri Hita Karana. Situs Wikipedia menjelaskan bahwa Tri Hita Karana berarti “Tiga Penyebab Terjadinya Kebahagiaan”, yaitu Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Alam Lingkungannya dan Manusia dengan sesamanya. Pengakuan terhadap subak semakin berarti karena lanskap budaya ini telah diperjuangkan selama 12 tahun ke UNESCO demi mendapatkan pengakuan resmi sebagai warisan dunia.
Setali tiga uang dengan Subak, ditetapkannya Kaldera Gunung Batur sebagai Global Geopark mempunyai  makna tersendiri karena telah menjadi Global Geopark pertama di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara, setelah Pulau Langkawi di Malaysia memperoleh pengakuan serupa tahun 2007 silam. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud Geopark atau Taman Bumi adalah kawasan atau situs warisan geologi yang mempunyai nilai ekologi dan warisan budaya dan berfungsi sebagai daerah konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan (http://www.globalgeopark.org).
Sebetulnya di Indonesia terdapat cukup banyak situs dan kawasan yang berpotensi menjadi Geopark. Setelah sukses Gunung Batur, rencananya Indonesia akan mengajukan Danau Toba, Pulau Wayag di Raja Ampat (Papua), Situs Merangin (Jambi), Gunung Rinjani (NTB) dan Karst Pegunungan Sewu (DIY - Jawa Tengah – Jawa Timur) untuk tujuan yang sama.
Recognition yang diberikan oleh Badan UNESCO terhadap situs-situs yang mempunyai nilai tertentu memang menjadi sebuah pencapaian yang istimewa. Dengan mendapatkan pengakuan tersebut, automatically akan menambah daya tarik tersendiri bagi situs atau kawasan yang bersangkutan, khususnya untuk pariwisata guna menjaring lebih banyak turis. Semakin padat dikunjungi, maka semakin makmurlah tempat yang bersangkutan. Namun upaya Indonesia untuk menambah koleksi World Heritage-nya  tampak tidak mudah, terutama untuk situs dengan fitur tertentu seperti kawasan karst atau batu kapur.
Di Indonesia terdapat banyak kawasan karst yang mempunyai daya tarik tersendiri berupa keindahan bukit-bukit kapur, gua-gua alam dan kekayaan biodiversitas serta berfungsi sebagai penampung air alami. Bahkan kawasan karst di Maros-Pangkep (Sulawesi Selatan) adalah yang terluas nomor dua di dunia setelah Karst di Cina  Selatan (http://tanahair.kompas.com).  Begitu pula kawasan karst Pegunungan Sewu yang membentang 3 kabupaten di 3 provinsi. Kawasan inilah yang menjadi salah satu calon geopark baru Indonesia yang hendak diajukan ke UNESCO.
Akan tetapi impian untuk menjadikan Pegunungan Sewu sebagai Geopark mendapatkan ganjalan yang cukup serius. seperti yang dijelaskan sebelumnya, kawasan ini membentang di 3 kabupaten. Salah satu kabupaten yang dilalui pegunungan ini, secara serius memperjuangkan agar diajukan ke UNESCO sebagai Geopark.[1] Alasannya karena untuk mengembangkan sektor pariwisata yang memang merupakan salah satu pilar perekonomian kabupaten tersebut serta melindungi warisan alam yang menjadi penyangga kehidupan masyarakat daerah setempat. Akan tetapi di saat yang hampir bersamaan, kabupaten tetangganya justru memiliki rencana yang kontradiktif. Mereka (kabupaten tetangga tadi) ditetapkan  sebagai salah satu pusat perekonomian terkemuka di  Southern Jawa Tengah.[2]
Memang tidak ada yang salah dengan visi tersebut. Namun keadaan memburuk ketika salah satu industri yang hendak dikembangkan daerah tersebut adalah industri semen yang notabene berbahan baku batu gamping yang terkandung dalam bukit-bukit dan gua kapur yang banyak terdapat di pegunungan sewu.[3] Kegiatan eksploitasi batu kapur ini tentu saja mengancam kelestarian karst Pegunungan Sewu. Padahal kawasan ini hendak diajukan ke UNESCO yang kriteria penilaiannya tentu tidak bisa terlepas dari keutuhan dan kelestarian situs yang bersangkutan. So, bagaimana bisa berharap Pegunungan Sewu mendapat pengakuan UNESCO jika belum diajukan saja sudah timbul polemik yang mengancam kelestariannya…
                                    

Sejauh ini Indonesia tercatat memiliki 8 situs warisan dunia UNESCO yang terdiri dari 4 kategori alam dan 4 kategori budaya (http://whc.unesco.org) plus satu global geopark. Itu belum termasuk Intangible World Heritages seperti batik, wayang, keris, dan sebagainya. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana peran UNESCO dalam menjaga warisan dunianya? Apakah UNESCO betul-betul berkontribusi dalam upaya menjaga kelestarian warisannya?  Apabila kita memeriksa daftar warisan dunia di situs resmi UNESCO, ada beberapa situs yang diberi tanda merah yang artinya sedang terancam kelestariannya. Bahkan ada pula beberapa yang dicoret. Dan yang memprihatinkan adalah, hutan hujan tropis sumatera (tropical rainforest heritage of Sumatera) termasuk salah satu warisan dunia yang diberi tanda merah (satu-satunya di Asia Tenggara yang bertanda merah!).                      
Siapa yang memberikan tanda merah dan bahkan mencoret situs dari daftar warisan dunia? Tentu saja pihak yang sama ketika situs yang bersangkutan ditetapkan menjadi World Heritage. Hal ini menunjukkan bahwa situs tersebut gagal dijaga eksistensinya. So, berarti UNESCO menetapkan sebuah situs sebagai warisan dunia, tapi ketika eksistensi situs tersebut terancam serius kelestariannya, UNESCO  lalu memberinya tanda merah, bahkan mencoretnya. Pertanyaan besar : Ketika terjadi upaya atau kegiatan yang merusak warisan dunia, where are you UNESCO?? 
Guna menjawab pertanyaan tersebut, kiranya ada dua undang-undang yang berkaitan dengan warisan dunia UNESCO, yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem serta Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya. Pasal 56 UU Cagar Alam berbunyi, "Setiap orang dapat berperan serta melakukan perlindungan cagar budaya." Sedangkan UU Konsevasi SDH dan Ekosistem, Pasal 37 ayat (1) dan (2) berbunyi:

(1) Peran rakyat dalam konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan    oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna

(2) Dalam mengembangkan peran serta rakyat sebagaimana dimaksud ayat (1), Pemerintah menumbuhkan  dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan.

Bagaimanapun juga, peran negara atau daerah yang bersangkutan tetap yang utama. Tak terkecuali dalam upaya menanamkan kesadaran kepada masyarakatnya akan pentingnya warisan dunia sebagai milik bersama sehingga wajib dijaga dan menjadi tanggung jawab bersama. Berlakunya peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan terhadap kawasan lindung (baik alam maupun budaya), bukan hanya sekedar formalitas berlaka, tapi hendaknya diimplementasikan sepenuhnya di lapangan termasuk pemberian sanksi tegas terhadap pelaku pelanggaran, sesuai yang telah diatur didalamnya, tanpa pandang bulu. Dan yang lebih penting lagi adalah, aparat atau otoritas yang berwenang atas perlindungan warisan-warisan tersebut hendaknya harus bersih dan berintegitas. Jangan sampai rusak atau berkurangnya nilai situs warisan dunia terjadi karena adanya 'main mata' antara aparat yang berwenang dengan oknum yang tak bertanggung jawab.
Terakhir, pentingkah pengakuan dari UNESCO? Tentu saja sangat penting. Dengan menempuh proses penilaian yang menguras sangat banyak waktu, tenaga dan pikiran, pengakuan tersebut merupakan bukti sekaligus penghargaan prestisius kepada suatu negara atas keberhasilan mereka dalam menjaga, merawat dan mempertahankan aset alam dan/atau budaya yang bernilai tinggi. Pengakuan dari UNESCO merupakan sebuah penghargaan sekaligus ‘tanda pemberian kepercayaan’ kepada negara yang bersangkutan untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan situs warisan dunia miliknya, agar tetap eksis dan dapat dirasakan kemanfaatannya untuk jangka panjang. World Heritage bukan hanya sekedar peninggalan masa lampau, tapi juga aset masa depan bagi generasi yang akan datang.




[1] Periksa http://www.menkokesra.go.id/content/unesco-diharapkan-akui-kawasan-karts-di-gunung-kidul
[2] Periksa http://www.jatengprov.go.id/?mid=wartadaera&document_srl=27685&page=35
[3] Periksa http://www.kempor.com/2012/09/karst-gunung-sewu-nasibmu-kini.html



Rabu, 24 Oktober 2012

Sepucuk Puisi untuk sang Malaikat


Malaikat Jibril (Archangel Gabriel) merupakan salah satu malaikat yang termasyur diantara para malaikat lainnya. Jibril adalah sosok yang berjasa menyampaikan wahyu langsung dari Tuhan untuk disampaikan kepada para rasul-Nya di dunia untuk selanjutnya disebarkan kepada umat manusia, guna dijadikan sebagai pedoman dan amalan hidup serta bekal persiapan menuju akherat kelak.
Malaikat Jibril juga memiliki kedudukan yang istimewa dibanding malaikat lainnya. Dialah yang menjadi penghulu (pemimpin) dari para malaikat langit yang tak terhitung jumlahnya. Selain itu, Jibril dikenal sebagai makhluk yang amat rupawan. Bahkan dikisahkan ketika awal penciptaannya, Jibril begitu terpesona melihat sosok dirinya di cermin. Ia pun bertanya kepada Sang Khaliq, “Ya Tuhan, adakah makhluk lain yang Kau ciptakan lebih indah dari ini?” Tuhan hanya menjawab, “Tidak.” Begitu mengetahui jawaban tersebut, dengan rasa syukur yang begitu mendalam, Jibril bersujud kepada-Nya…
Hal itu pula yang melatarbelakangi seorang gadis bernama Karel  yang begitu terobsesi dengan sosok Jibril. Meskipun tetap menjaga keimanannya kepada Tuhan dan para rasul-Nya, bagi Karel, Malaikat  Jibril merupakan sosok yang begitu istimewa di hatinya. Ia mengagumi malaikat kepercayaan Tuhan itu hingga lebih dari sekedar idola. Bahkan rasa yang ia pendam itu telah sampai pada taraf layaknya wanita yang jatuh cinta kepada seorang pria!
Rasa penasaran yang mendalam akan sosok Jibril yang amanah, rupawan, cerdas, berjiwa kepemimpinan, serta loyal kepada Tuhannya-lah yang membuat Karel begitu menginginkan momen yang mempertemukan dirinya dengan malaikat tersebut. Sering kali di waktu lengang, ia teringat sosok malaikat yang diidolakannya. Hingga di suatu malam yang sunyi, ia terjaga dari tidurnya, dan kembali terngiang sosok Jibril di pikirannya. Bahkan kali ini sudah tak terbendung lagi. Karena rasa itu begitu mengusiknya, ia memutuskan untuk melakukan hal yang sebelumnya sama sekali belum pernah dilakukannya, yakni menuangkan perasaannya itu kedalam tulisan. Tulisan berupa puisi ungkapan yang berasal dari relung hatinya, yang ia curahkan hanya kepada sang malaikat…


DEAR JIBRIL


Kata mereka
Sayapmu membentang dua penjuru
Kala kau kepak
Kilat tak mampu mengejarmu
Tuhan pun mengakui
Kaulah ciptaan-Nya yang terindah

Perintah dari-Nya kau jalankan
Kabar dari-Nya kau sampaikan
Mandat dari-Nya kau sematkan
Kepada pilihan-Nya di dunia
‘Tuk  menebar ajaran-Nya

Putih sayapmu
Perlambang kesucian dan kebijakan
Bagai langit punya panglima
Kau jalani amanah-Nya
Memimpin para abdi-Nya

Oh, entah apa yang kuperbuat
Entah dosakah yang hamba perbuat
Ku hanya manusia biasa
Sama dengan (manusia) lainnya
Hanya mencintai
Juga ingin dicintai

Tapi mengapa hanya kau!
yang mampu membuatnya…
Dan mengapa hanya dengan kau!
Ku mampu merasakannya…

Baiklah
Aku sangat… sangat sadar
Penghulu para malaikat
Gadis yang terbuai obsesi
Jurang diantara kita
Bukan hanya lembah atau ngarai

Aku sangat… sangat sadar
Bahwa kau di langit
Sedang aku di bumi
Hidup berkutat bersama dosa

Tapi tahukah engkau
Bahwa  tiap jengkal dosa kuperbuat
Ku selalu mohon ampun pada-Nya
Lalu kujalani segala perintah-Nya
Lalu kupanjatkan doa kepada-Nya
Demi setetes asa
Menemuimu di suatu saat…

Sekali lagi ku tuturkan
Rasa ini telah mencengkramku
Tapi bukankah cahaya
mampu menyatu dengan tanah?
Satu lagi,
Bukankah makhluk diciptakan
untuk saling mengasihi?

Bila benar adanya
Tunjukkan milikmu
Dengan menemuiku
Tanpa perlu menunggu waktu
Karena jika kau tak buat wujud
Hatiku bak tersayat sembilu

Tolong, jangan begitu
Ingin sekali kupandang parasmu
Menyentuh jubah kebesaranmu
Membelai 600 sayapmu
Lalu kurasakan cahaya putihmu
Hangat merasuki tubuhku

Lalu bawa ku terbang
Menembus awan
Membelah angkasa
Berdansa diantara bintang
Serasa dunia milik kita
Indahnya…

Itulah yang kutunggu
Dan percayalah selalu
Sejauh apapun keberadaanmu
Hati ini ‘kan selalu mendekapmu





Sabtu, 13 Oktober 2012

La Cita (2)

"Satu-satunya alasan munculnya kejahatan di dunia adalah, karena selalu ada kebaikan yang mampu mengalahkannya."
- Jo Denville, CSI New York -



Kamis, 13 September 2012

World Sailing Event, Akselerator Pembangunan Daerah Tertinggal


Infrastruktur jalan diperlebar. Dermaga pelabuhan diperpanjang. Pasokan listrik ditingkatkan dan dipastikan ketersediaannya. Begitu pula dengan jaringan telekomunikasi. Sementara 20 unit rumah baru dibangun secara khusus, 4 diantaranya dilengkapi air conditioner. Semuanya dibangun dan segera diselesaikan demi suksesnya penyelenggaraan sebuah event bertaraf internasional, bernama Sail Morotai 2012.



Bulan September 2012. Pada bulan yang kesembilan ini, Indonesia disibukkan oleh dua event besar di waktu yang hampir bersamaan. Yang pertama adalah Pekan Olahraga Nasional atau lebih disingkat PON, sebuah ajang olahraga multicabang tingkat nasional, dimana 33 provinsi se-Indonesia mengirim talenta-talenta terbaiknya untuk bertanding dan memberikan yang terbaik bagi daerahnya. Event yang kedua adalah yang berkelas internasional, yakni Sail Indonesia. Hajatan ini berupa ajang rally kapal (jenis yacht) dari berbagai negara di seluruh dunia, dimana tahun ini Indonesia memilih Morotai sebagai host acara tahunan tersebut, sehingga lebih dikenal dengan nama Sail Morotai 2012. Untuk diketahui, ini bukan pertama kalinya Indonesia menjadi penyelenggara World Sailing Event, karena ajang serupa pernah dihelat di Bunaken (Sail Bunaken 2009), Kepulauan Banda (Sail banda 2010), serta Wakatobi dan Belitung yang menjadi tuan rumah bersama tahun kemarin (Sail Wakatobi-Belitong 2011).
Pulau Morotai. Mungkin sebuah nama yang masih terdengar asing bagi sebagian pembaca. What is Morotai Island, and where is it? Dengan mengetahuinya, boleh jadi anda akan merasa bangga Indonesia memiliki pulau tersebut. Ingin tahu?
Pulau Morotai adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Pulau Halmahera, Maluku Utara. Awalnya pulau ini masuk wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Utara, namun sejak dimekarkan tahun 2008, Morotai resmi menjadi daerah otonom baru dengan nama Kabupaten Pulau Morotai. Kabupaten yang beribukota di Daruba ini dikenal memiliki segudang potensi, terutama kekayaan alamnya. Perairan sekitar Morotai menyimpan potensi perikanan yang sangat melimpah sedangkan pesisirnya terdiri atas deretan pantai dengan panorama yang menggoda mata, termasuk yang ada di Pulau Dodola yang tak jauh dari Morotai.
Pulau Morotai juga menyimpan kenangan yang tertulis dalam sejarah. Kurang lebih 70 tahun yang lalu, Morotai menjadi saksi bisu dahsyatnya salah satu pertempuran terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia : Perang Dunia II. Yup, di pulau inilah terjadi pertempuran antara Jepang dan Sekutu pada awal hingga pertengah era 1940-an. Nilai sejarah Pulau Morotai semakin ‘bergengsi’ karena di tempat itulah Jenderal MacArthur, Panglima Besar Sekutu wilayah Pasifik yang cukup legendaris itu meraih kejayaannya setelah mengalahkan Jepang dalam peristiwa yang yang disebut Battle of Morotai, sebuah nama pertempuran yang cukup terkenal dalam sejarah Perang Dunia II. Berbagai peninggalan Perang Dunia II pun masih bisa dijumpai di Pulau Morotai berupa bunker-bunker dan gua persembunyian tentara, senajata-senjata perang, termasuk pula bangkai-bangkai kapal dan pesawat yang tenggelam di dasar laut. Bahkan bandara yang ada di Morotai sekarang ini adalah warisan Pangkalan Militer Sekutu 70 tahun silam.
Sebagai bukti tingginya nilai sejarah Pulau Morotai, beberapa waktu lalu ketika Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI bersama Gubernur Maluku Utara berkunjung ke Amerika untuk mencari data Perang Pasifik terkait pembangunan Museum Perang Dunia II di Morotai, pihak setempat (Amerika) sampai meminta untuk dibawakan segenggam pasir dari Morotai untuk disimpan di Museum milik Amerika. Alasannya karena mereka menilai Morotai sebagai tanah penuh sejarah (karena menjadi saksi kejayaan mereka di Perang Dunia II).
Okay, kembali ke Sail Morotai. Menyelenggarakan sebuah event yang melbatkan peserta dari berbagai negara di dunia, di daerah yang terbilang masih tertinggal pembangunannya tentu sebuah terobosan yang sangat baik. Karena bila festival tersebut berjalan sukses, tentu akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi daerah tersebut serta namanya semakin terangkat dan harum di dunia internasional. Apalagi dapat dikatakan bahwa Morotai adalah salah satu harta masa depan Indonesia. Mengapa? Sesuai tema yang diusung panitia Sail Morotai, yaitu "Menuju Era Baru Ekonomi Regional Pasifik". Untuk diketahui, pusat alur kegiatan ekonomi dunia di masa mendatang diperkirakan akan bergeser dari Samudra Atlantik ke Samudra Pasifik. Bersama Bitung (Sulawesi Utara), Morotai akan menjadi garda terdepan Indonesia, sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional di kawasan pasifik. Terlebih lagi seperti yang diceritakan sebelumnya, Morotai sudah sudah mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah dunia. Dengan kesuksesan menyelenggarakan event kelas dunia, lalu citranya tersebar luas, momen ini bisa menjadi pertanda come back-nya Morotai, yang dikenal sebagai ‘mutiara di bibir pasifik’.  
Salah satu bukti keampuhan penyelenggaraan World Sailing Event terhadap daerah yang menjadi host-nya bisa kita lihat di Ambon. Setelah meraup sukses sebagai tuan rumah Sail Banda 2010, turis asing semakin banyak yang mengunjungi Maluku. Hal ini terbukti dengan semakin seringnya kapal-kapal pesiar yang datang dan singgah di pelabuhan Ambon. Sesuatu yang tidak pernah dialami Ambon sekian lama pasca terbebasnya daerah tersebut dari status daerah konflik. Suatu hal yang patut kita syukuri bersama tentunya.
Berlokasi di daerah yang notabene merupakan kawasan beranda negara, penyelenggaraan Sail Morotai juga semakin berarti karena sesuai rencana yang termaktub dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, Pulau Morotai akan dikembangkan sebagai kawasan mega minapolitan, yakni sebuah pengembangan kawasan berbasis kegiatan perikanan. Dengan suksesnya Morotai sebagai penyelenggara ajang internasional, yang memberikan efek domino terhadap perkembangan pariwisatanya, prospek Morotai ke depan bakal semakin cerah dengan kombinasi sektor pariwisata dan pengembangan mega minapolitan sebagai pilar perekonomian daerah.
Oleh karena itu, pihak penyelenggara terutama pemerintah pusat dan pemerintah daerah setempat (baik provinsi Maluku Utara mapun Pemkab Morotai) harus membuat target pencapaian yang hendak di diraih baik saat maupun pasca Sail Morotai berlangsung. Hal ini penting untuk memacu agar penyelenggaraan event ini mampu memberikan hasil yang sesuai harapan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah hal yang  mutlak untuk dijadikan parameter. Untuk hal ini kiranya mereka harus berpegang pada salah satu prinsip penyelenggaraan kepariwisataan yang termaktub dalam Pasal 5 huruf c Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yakni memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan proporsionalitas.
Well, kita tentunya berharap perhelatan World Sailing Event di negeri ini dapat memberikan hasil yang terbaik untuk daerah penyelenggara pada khususnya, dan negara pada umumnya. Jangan sampai event ajang tahunan ini hanya menjadi pesta kembang api yang heboh di malam hari, tapi kembali sepi saat tibanya pagi. Harapan serupa juga patut disematkan kepada penyelenggaraan Sail Komodo tahun 2013 mendatang dan Sail Event di tahun berikutnya.
Melalui tulisan ini pula saya juga ingin memberikan masukan kepada pemerintah atau siapapun pihak yang berwenang atas penyelenggaraan event tahunan Sail Indonesia, mengenai daerah-daerah yang layak menjadi host Sail Indonesia selanjutnya. Adapun daerah-daerah yang saya usulkan menjadi tuan rumah selanjutnya adalah Raja Ampat (Papua Barat), Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur), Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau), Sabang (Aceh) dan Biak (Papua). Alasannya tidak lain karena daerah-daerah tersebut tergolong masih tertinggal, tapi memiliki potensi bahari yang sangat kaya dan prospektif untuk dikembangkan sebagai pusat perekonomian baru berbasis kelautan.




Rabu, 05 September 2012

Lampu Kuning Izin Perhotelan di Daerah Istimewa



Sebagai daerah tujuan pariwisata, hospitality industry berupa usaha perhotelan mempunyai peran penting dalam mengerakkan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain sebagai sarana penunjang pariwisata, keberadaan  hotel juga mampu menyerap tenaga kerja sehingga berdampak pada berkurangnya pengangguran. Atas dasar tersebut, pemerintah daerah setempat pun membuka keran selebar-lebarnya untuk menampung investor  yang hendak menanamkan modalnya di bidang perhotelan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, keran tersebut seolah-olah ‘bocor’ sehingga aliran investasi terus membanjir. DIY pun terancam  mendapat masalah yang hampir serupa dengan DKI Jakarta yang telah menuai masalah akibat menjamurnya mall di daerahnya.



Sebagai provinsi yang minim akan kandungan sumber daya alam, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terbilang sangat beruntung. Wilayah bekas Kerajaan Mataram ini menyimpan potensi pariwisata yang sangat besar, baik berupa peninggalan sejarah, tradisi kebudayaannya, maupun keindahan alamnya. Kondisi ini menjadi magnet yang cukup kuat untuk menarik minat para pelancong baik dari dalam maupun luar negeri untuk datang ke daerah tersebut guna menikmati kegiatan pariwisata mereka pada hari atau musim liburan.
Pemerintah agaknya menyadari keadaan itu dan segera melakukan upaya untuk menunjang kelancaran kegiatan pariwisata di DIY seperti membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dalam rangka menyediakan sarana pariwisata, terutama untuk akomodasi wisatawan, pemerintah membuka peluang bagi pelaku usaha yang berminat membangun hotel di Yogyakarta, dimana otoritas pemberian izin atas usaha tersebut dipegang oleh pemerintah kabupaten/kota setelah diberlakukannya otonomi daerah. Dan sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak hotel masuk ke kas daerah Kabupaten/Kota. Hingga tahun 2010, tercatat jumlah hotel di DIY sebanyak 452, yang terdiri dari 37 hotel berbintang dan 415 hotel kelas melati (buku statistik visitingjogja.com).
Laju pertumbuhan hotel di DIY memang terbilang pesat. Tercatat dalam kurun waktu 3 tahun terakhir telah berdiri 20 hotel baru di daerah yang sempat dipermasalahkan status keistimewaannya itu. Kabar baiknya, berdirinya 20 hotel tadi telah berhasil menyerap sebanyak 6000 tenaga kerja (travel.kompas.com). Jumlah yang cukup fantastis. Menandakan bahwa sektor perhotelan tidak dapat dipandang sebelah mata dalam menggerakkan roda perekonomian DIY.
Vitalnya peran yang diemban sektor perhotelan di Jogja semakin nyata setelah Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi provinsi seluas 3.185,80 km square itu -4,27% pada triwulan II 2012. Namun di tengah minusnya pertumbuhan tersebut, sektor jasa mampu memberi andil positif  terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto diperode yang sama sebesar 15,25%, dimana perhotelan turut berkontribusi.
Akan tetapi segala sesuatu yang berlebih, cepat atau lambat pasti akan memberi efek yang negatif. Mekipun cukup konsisten dalam memberi 'buaian manis', tetap harus diperhatikan apakah laju pertumbuhan hotel di jogja masih dalam batas normal. Idealnya, pertumbuhan hotel berbading lurus dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang menggunakan jasa hotel. Tapi faktanya, pertumbuhan jumlah wisatawan di DIY tidak terlalu pesat. Bahkan saat musim libur lebaran 2012 ini jumlah okupansi (laju jumlah penghuni hotel) DIY menurun 10% dibanding lebaran tahun lalu sehingga melenceng dari target. Persebarannya pun tidak merata karena sebagian besar wisatawan hanya memadati hotel-hotel  sekitar kawasan Malioboro. Padahal, sebelumnya situs viva.co.id menyatakan bahwa sudah ada 17 hotel baru yang sudah di-endorsed Dinas Perizinan dan siap dibangun 2012 ini juga!
Sebagai pihak yang diberi amanah mengeluarkan izin kepada setiap kegiatan usaha di daerahnya, sudah sepatutnya Dinas Perizinan (kabupaten atau kota manapun itu) lebih selektif dan rasional dalam memberi keputusan. Karena merupakan perbuatan pemerintah bersegi satu, dimana kewenangan sepenuhnya ada di tangan si pemberi keputusan, mereka mempunyai tanggung jawab moral yang lebih atas segala resiko yang timbul terkait keputusan yang mereka berikan.
Saya belum berbicara tentang moratorium perizinan. Namun bila tidak segera dilakukan evaluasi, bisa jadi DIY (terutama kota Jogja-nya), akan mendapat masalah yang mirip dengan DKI Jakarta yang ‘kekenyangan mall’. Anda tentu bisa menebak akibatnya bila pertumbuhan hotel tidak diimbangi dengan bertambahnya turis pengguna hotel.  Akan banyak hotel yang tidak kebagian jatah ‘kue turis’. Selain itu, pengusaha hotel terancam bangkrut lalu gulung tikar? Itu memang masalah. Tapi lebih dari itu, semakin banyak hotel yang terancam bangkrut, berarti semakin banyak orang yang terancam kehilangan sumber nafkah. So, yang tadinya ingin menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja (plus pemasukan dari pajak hotel), malah mencetak ribuan pengangguran baru…
Oleh karena itu, langkah preventif kiranya perlu diambil. Untuk hal ini bisa diawali dengan dilakukannya evaluasi. Jika memang terbukti over supply, institusi yang berwenang pasti paham apa yang harus dilakukan. Bolehlah sampai sini bicara moratorium. Setelah itu, bagaimana dengan nasib hotel-hotel yang jumlahnya sudah terlanjur tinggi?
Hal tersebut menjadi PR bagi pemerintah daerah, baik provinsi maupun tingkat dibawahnya. Mereka harus berupaya agar hotel-hotel yang ada dapat terus terisi. Caranya dengan meningkatkan promosi pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri, sembari melakukan divesifikasi terhadap produk-produk pariwisata DIY guna menarik lebih banyak turis. Selain itu saya juga menyarankan agar dibuat Perda yang mengatur agar setiap hotel, terutama yang berbintang, wajib menyediakan space atau galeri yang khusus untuk menjajakan produk-produk UKM kepada para tamunya. Hal itu saya maksud untuk mematahkan image bahwa keberadaan pengusaha bermodal besar (baca : kapitalis) mematikan pelaku usaha kecil, tidak berlaku untuk usaha perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta.  





Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...