Minggu, 02 Desember 2012

Mentalitas : Musuh Terbesar Pemain Timnas (?)


Ø  Final Tiger Cup 2002, Indonesia vs Thailand. Indonesia digadang-gadang bakal meraih title perdananya di ajang sepakbola tertinggi se-Asia Tenggara. Bermain di kandang sendiri plus statistik yang mengarahkan Indonesia menjadi kampiun tahun itu, Timnas justru kalah lewat drama adu penalty setelah hanya bermain imbang 2-2 di waktu normal.
Ø  Fase penyisihan grup sepakbola SEA Games Hanoi 2003. Indonesia dituntut wajib menang di matchday terakhir penyisihan grup untuk lolos ke semifinal. Bonus sejumlah uang pun dijanjikan guna menambah motivasi pemain Timnas U-23. Tapi hasilnya? Lagi-lagi Thailand menjadi nightmare setelah membantai Tim Garuda dengan setengah lusin gol tanpa balas (0-6).
Ø  Final Tiger Cup 2004. Indonesia kembali membuka asa menjadi yang terbaik se-ASEAN setelah lolos ke grand final untuk ketiga kali berturut-turut. Sungguh disayangkan, di final Tiger Cup yang memakai sistem home-away untuk pertama kalinya, lagi-lagi impian menjadi juara harus terkubur setelah dipecundangi negeri mungil Singapura dengan agregat telak, 5-1.
Ø  Fase penyisihan grup AFF Cup 2007. Indonesia dituntut wajib menang untuk bisa lolos ke semifinal. Malang, Indonesia harus mencatat sejarah untuk kali pertama gagal lolos fase grup AFF Cup sejak diselenggarakan tahun 1996. Timnas hanya mampu bermain imbang 2-2 dengan tuan rumah Singapura dan gagal lolos karena kalah selisih gol dengan Singapura dan Vietnam meski poin ketiga tim sama.
Ø  Final AFF Cup 2010. Indonesia untuk ‘pertama kalinya’ masuk final pasca ajang serupa tahun 2004. Namun apa mau dikata, Tim Merah-Putih harus merelakan trofinya jatuh ke tangan negeri jiran Malaysia.
Ø  Final SEA Games 2011. Indonesia, yang diwakili Timnas U-23, untuk pertama kalinya melaju hingga final sepakbola SEA Games setelah terakhir tahun 1997. Asa untuk mengobati dahaga gelar yang terakhir diraih pada SEA Games 1991 pun terbuka lebar. Tapi akhirnya? Lagi-lagi Pasukan Kebangsaan Malaysia mengubur ambisi Indonesia untuk mengakhiri ‘puasa gelar' selama 20 tahun.


* * * *



          Postingan ini saya buat hanya berselang kurang lebih dua jam setelah pertandingan matchday terakhir penyisihan Grup B AFF Cup 2012 antara Indonesia vs Malaysia yang berakhir 2-0 untuk kemenangan tuan rumah Malaysia. Berkat hasil tersebut, Indonesia harus menelan pil pahit untuk kedua kalinya gagal melewati fase penyisihan grup AFF Cup setelah mengalami hal serupa tahun 2007 silam. Harus diakui, kualitas Timnas kali ini memang tidak sebaik sebelumnya setelah adanya dualisme organisasi yang berlanjut ke dualisme kompetisi, dan juga berimplikasi ke dualisme Tim Nasional. Meskipun sempat ada niatan dari ‘kubu seberang’ PSSI untuk mengizinkan pemainnya masuk Timnas yang ‘legal’, beralasan waktu yang sudah sangat limit, para pemain dari ‘kompetisi seberang’ pun batal bergabung.
        Sejak awal pun saya tidak yakin dalam kondisi seperti sekarang Timnas mampu berprestasi di AFF. Bahkan secara objektif saya lebih menjagokan Thailand vs Singapura akan bertemu di final dan memprediksi Thailand keluar sebagai juaranya. Bukan pesimis atau tidak nasionalis, tapi relistis. Saya tetap nasionalis, tapi nasionalisme saya bukan right or wrong is my country. Seorang pecinta nasi goreng jika disuguhi nasi goreng yang kebanyakan lombok atau kurang bumbu, tentu ia tak perlu memaksakan diri menghabiskannya.
        Saya pun tidak terlalu yakin apakah seandainya pemain-pemain 'kompetisi seberang' digabung dengan timnas bentukan PSSI menjadi jaminan Timnas bakal menjuarai AFF Cup tahun ini. Okelah secara individual, pemain kompetisi seberang memang lebih baik. Tapi faktanya, selama ini Timnas (level U-23 dan senior) sama sekali tidak pernah meraih gelar juara apapun di ajang sepakbola antar negara. Pertandingan matchday 3 penyisihan Grup B AFF Cup 2012 memang menjadi laga ‘hidup-mati’ bagi Timnas untuk lolos ke semifinal. Tapi seperti yang telah diketahui, timnas gagal melewati ujian tersebut.
       Kejadian itu bukan pertama kalinya dialami Timnas Indonesia. Bahkan hampir di setiap partai-partai krusial yang dihadapi Timnas di berbagai ajang, dimana pada partai tersebut Timnas dituntut wajib menang untuk menyelamatkan nasibnya, mereka selalu menuai kegagalan. Dan yang lebih mengherankan lagi, melawan tim-tim yang secara tradisi timnas selalu mudah mengalahkannya, tapi jika dilangsungkan dalam sebuah partai krusial atau laga hidup-mati, timnas selalu gagal menang.
      Salah satunya saat Final Hassanal Bolkiah 2012 lalu yang melibatkan Timnas U-22. Di partai final, timnas ‘hanya’ menghadapi tim lemah yang sering menjadi lumbung gol di level ASEAN : Brunei Darussalam. Meskipun berstatus tuan rumah, di atas kertas mereka tetap jauh dibawah kita. Tapi faktanya? Di babak final, Timnas U-22 dipaksa tunduk 0-2 dan gagal menjadi yang terbaik. Mau bukti lagi? Di turnamen Grand Royal Challenge yang diselenggarakan di Myanmar 2008 silam, Indonesia berhasil melaju hingga final. Tapi akhirnya? Di babak akhir turnamen, Indonesia takluk dengan tim yang pada ajang berbeda mereka bantai 4-0, Myanmar.
      Saya mengamati Timnas Indonesia sejak 2001 dan selalu heran apa sebetulnya yang menyebabkan Indonesia sulit juara. Faktor teknis? Secara individual, untuk level ASEAN Indonesia masuk kelas atas. Faktor pelatih? Kurang setuju juga. Peter Withe, pelatih berkebangsaan Inggris yang melatih timnas 2004-2007 adalah sosok yang berjasa membawa Thailand juara ASEAN dua kali berturut tahun 2000 dan 2002. Peter Withe dikenal sebagai pelatih yang bukan hanya mahir meracik strategi, tapi juga pintar dalam memotivasi pemain. Tapi faktanya, meskipun sukses bersama Thailand, ia harus menelan pil pahit selama tiga tahun melatih Tim Garuda tanpa menghasil gelar juara apapun. So, what’s the trouble?
        Saya melihat faktor penyebab terjadinya rentetan kegagalan yang dialami Timnas, bukan karena kualitas teknis, bukan pula faktor kepelatihan. Lalu apa penyebab utamanya? The trouble is mentality. Dalam beberapa kali partai super penting yang melibatkan Timnas, secara teknis seharusnya mereka bisa mengatasinya. Tapi sebagus-bagusnya pemain, jika mental mereka tidak siap, maka useless-lah kemampuan yang mereka miliki. Seperti saya sampaikan tadi, melawan tim sekelas Brunei dalam ‘suasana Final’ pun membuat timnas kehilangan taji.
       Faktor mental memang harus segera diperbaiki jika Timnas ingin berprestasi. Dan untuk membentuk mental juara, diperlukan waktu yang panjang. Untuk itulah sangat diperlukan kompetisi berjenjang di usia dini, yang diselenggarakan secara kontinyu dan profesional. Seperti yang pernah saya singgung dalam postingan sebelumnya (baca : Menyemai Benih, Meretas Asa edisi Juni 2012.), kompetisi usia dini dengan format Liga (bukan turnamen piala yang sering dijumpai selama ini), yang diselenggarakan secara berjenjang urut berdasarkan kelompok umur, serta diadakan secara kontinyu (rutin setiap tahun) dan dikelola secara profesional. Saya percaya konsep tersebut bukan hanya akan menghasilkan pemain berteknik bagus, tapi juga bermental juara. Karena melalui sistem Liga dengan kompetisi penuh (dua putaran, home-away, pakai klasemen), pemain dibiasakan untuk bersaing dan menjaga konsistensi permainan sepanjang kompetisi berlangsung, untuk mengejar gelar juara. Dari sinilah tertanam mental kompetitif dalam pribadi masing-masing pemain yang kemudian tumbuh menjadi mental juara.
       Kita semua tentu berharap gelar medali emas sepak bola SEA Games 1991 bukan menjadi gelar terakhir bagi Tim Nasional Indonesia. Karena biar bagaimanapun sepakbola merupakan olahraga terpopuler di dunia dan juga negeri ini. Prestasi Timnas tentu akan memberikan rasa bangga tersendiri bagi masyarakat khususnya pecinta sepakbola nasional. Demikian sekelumit tentang pandangan saya terhadap permasalahan timnas yang begitu sulit berprestasi, berikut solusinya yang saya harap bisa diterima dan diterapkan oleh pihak yang berwenang atas sepakbola Indonesia, khususnya dalam hal ini PSSI.




2 komentar:

  1. Dapatkan Penghasilan Tambahan Disini..
    Donaco Poker.. Agen Terpercaya dan Teraman..
    Kemenangan besar bisa di dapatkan...

    Hubungi Kami Secepatnya Di :
    WHATSAPP : +6281333555662

    BalasHapus
  2. Suka bermain Slot??
    Lagi mencari situs permainan Slot Gacor Terpecaya?
    Hanya Situs Winning303 yang memberikan bonus 100% PRAGMATIC TERBAIK, Ayo Bergabung bersama kami ^^

    Terima Deposit Pulsa TELKOMSEL & XL
    E-Wallet : DANA, GOPAY, OVO, LINK AJA, DAN SAKUKU

    Bonus Mingguan Rolingan 1% dan Bonus cash back sampai 10%

    Klik ====>Winning303

    Ayo Segera Daftar Akun Bermain Anda..Gratiss..

    Klik >>>>>>> Daftar slot

    Hubungi Segera:
    WA: 087785425244
    Cs 24 Jam Online

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...