Selasa, 23 Oktober 2018

Jengah

Kini ku tak lagi mau bermain-main
Tak peduli betapapun kau ingin
Kini ku tak lagi mau berlari
Tak peduli sejauh manapun kau berdiri
Kini ku tak lagi mau terbuai
Tak peduli berapapun benih kau semai

Mungkin saja kau menyimpan aura magi
Tapi tak 'kan kau temukan reflektor dalam diri ini
Bisa saja senyummu luluhkan salju di kutub
Tapi tak 'kan mampu kau lumpuhkan nalarku
Boleh saja ronamu mampu sejukkan terik
Tapi bekunya diriku membuatmu menggarami Atlantik

Sudahlah, rasa-rasanya aku sudah mulai muak
Dengan rayuan-rayuan halu yang bikin kuping pekak
Sudahlah, rasa-rasanya aku sudah mulai jengah
Dengan kelindan sesat yang entah mengarah ke antah berantah
Sudahlah, rasa-rasanya aku sudah mulai bosan
Dengan kepalsuan-kepalsuan bertopeng keindahan
Maaf, bagiku keindahan hakiki adalah kebebasan...

Jakarta, 21 Oktober 2018
Written by: Ali-aliyonk

Rabu, 17 Oktober 2018

Perginya Pria Gendut dan Bocah Kecil

Source: https://pixabay.com

Pasca perginya pria gendut dan si bocah kecil
Maka luluhlah dua bandar raya di seberang Manchuria
Sisakan puing-puing muram yang membisu dalam pilu
Sesaat mereka pasrah 'tuk menyerah kalah

Tapi mereka tetaplah mereka dan begitu jua mereka

Dan perang pun terus berlanjut, meski tak serupa dalam cara
Dengan bidikannya masing-masing, mereka seolah berkolaborasi dalam satu misi
Dan kita lagi-lagi (masih) menjadi sasarannya


Jakarta, 17 Oktober 2018
Written by: Ali-Aliyonk

Jumat, 05 Oktober 2018

La Cita (12.2.j)

"Nothing's eternal other than change, nothing can be trusted other than hope, but all you can lie except reality."

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...