Senin, 07 Oktober 2019

La Cita (12.1.l)

"Bagian terburuk dari punya penyakit mental adalah orang mengharapkanmu berperilaku seolah-olah tidak sakit."

           - Arthur Fleck a.k.a Joker -

Minggu, 29 September 2019

Dialog Pertemuan Einstein dan Tagore (1930)

Source: https://www.flickr.com

Berikut adalah dialog antara Albert Einstein dan Rabindranath Tagore dalam sebuah pertemuan di kediaman Einstein di Jerman (real story).

EINSTEIN: Apakah Anda percaya pada Tuhan yang terisolasi dari dunia?

TAGORE: Tidak terisolasi. Kepribadian manusia yang tak terbatas memahami Semesta. Tidak mungkin ada sesuatu yang tidak dapat digolongkan oleh kepribadian manusia, dan ini membuktikan bahwa Kebenaran Alam Semesta adalah Kebenaran manusia.
Saya telah mengambil fakta ilmiah untuk menjelaskan ini. Materi terdiri dari proton dan elektron, dengan celah di antara mereka, tetapi materi mungkin tampak solid. Demikian pula manusia terdiri dari individu-individu, namun mereka memiliki interkoneksi hubungan antarmereka, yang memberikan kesatuan hidup ke dunia manusia. Seluruh alam semesta terkait dengan kita dengan cara yang sama, itu adalah alam semesta manusia. Saya telah mengejar pemikiran ini melalui seni, sastra, dan kesadaran religius manusia.

EINSTEIN: Ada dua konsepsi yang berbeda tentang sifat alam semesta: (1) Dunia sebagai satu kesatuan yang bergantung pada kemanusiaan. (2) Dunia sebagai kenyataan terlepas dari faktor manusia.

TAGORE: Ketika alam semesta kita selaras dengan manusia, abadi, kita tahu itu sebagai kebenaran, kita merasakannya sebagai keindahan.

EINSTEIN: Ini adalah konsepsi manusia yang murni tentang alam semesta.

TAGORE: Tidak ada konsepsi lain. Dunia ini adalah dunia manusia, pandangan ilmiahnya juga tentang manusia ilmiah. Ada beberapa standar nalar dan kenikmatan yang memberikan kebenaran, standar Manusia Abadi yang pengalamannya melalui pengalaman kita.

EINSTEIN: Ini adalah realisasi dari entitas manusia.

TAGORE: Ya, satu entitas abadi. Kita harus menyadarinya melalui emosi dan aktivitas kita. Kami menyadari Manusia Agung yang tidak memiliki keterbatasan individu melalui keterbatasan kami. Ilmu pengetahuan berkaitan dengan apa yang tidak terbatas pada individu, itu adalah dunia manusia kebenaran yang tidak berpribadi. Agama menyadari kebenaran ini dan menghubungkannya dengan kebutuhan kita yang lebih dalam; kesadaran individual kita akan kebenaran memperoleh makna universal. Agama menerapkan nilai-nilai pada kebenaran, dan kita tahu kebenaran ini sebagai kebaikan melalui keharmonisan kita dengannya.

EINSTEIN: Kalau begitu, kebenaran atau keindahan tidak terlepas dari Manusia?

TAGORE: Tidak.

EINSTEIN: Jika tidak ada manusia lagi, Apollo of Belvedere tidak akan cantik lagi.

TAGORE: Tidak.

EINSTEIN: Saya setuju sehubungan dengan konsepsi keindahan ini, tetapi tidak berkaitan dengan kebenaran.

TAGORE: Kenapa tidak? Kebenaran diwujudkan melalui manusia.

EINSTEIN: Saya tidak dapat membuktikan bahwa konsepsi saya benar, tetapi itu adalah agama saya.

TAGORE: Keindahan adalah cita-cita harmoni sempurna yang ada di alam semesta. Kebenaran pemahaman sempurna dari pikiran universal. Kita individu mendekatinya melalui kesalahan dan kesalahan kita sendiri, melalui akumulasi pengalaman kita, melalui kesadaran kita yang diterangi. Bagaimana, jika tidak, dapatkah kita mengetahui kebenaran?

EINSTEIN: Saya tidak dapat membuktikan secara ilmiah bahwa kebenaran harus dipahami sebagai kebenaran yang tidak tergantung pada kemanusiaan; tapi saya percaya dengan tegas. Saya percaya, misalnya, bahwa teorema Pythagoras dalam geometri menyatakan sesuatu yang kira-kira benar, terlepas dari keberadaan manusia. Bagaimanapun, jika ada realitas yang tidak tergantung pada manusia, ada juga kebenaran relatif terhadap kenyataan ini; dan dengan cara yang sama negasi dari yang pertama menimbulkan negasi dari keberadaan yang terakhir.

TAGORE: Kebenaran, yang merupakan satu dengan keberadaan universal, pada dasarnya haruslah manusia, jika tidak, apa pun yang kita sadari sebagai kebenaran tidak akan pernah bisa disebut kebenaran - setidaknya kebenaran yang digambarkan sebagai ilmiah dan yang hanya dapat dicapai melalui proses logika , dengan kata lain, oleh organ pikiran yang manusiawi. Menurut Filsafat India ada Brahman, Kebenaran absolut, yang tidak dapat dipahami dengan isolasi pikiran individu atau dijelaskan dengan kata-kata tetapi hanya dapat diwujudkan dengan sepenuhnya menggabungkan individu dalam infinity. Tapi Kebenaran seperti itu tidak bisa menjadi milik Ilmu. Sifat kebenaran yang kita diskusikan adalah penampilan, yaitu apa yang nampak benar bagi pikiran manusia dan oleh karena itu adalah manusia, dan dapat disebut maya atau ilusi.

EINSTEIN: Jadi menurut konsepsi Anda, yang mungkin merupakan konsepsi India, itu bukan ilusi individu, tetapi kemanusiaan secara keseluruhan.

TAGORE: Spesies ini juga milik satu kesatuan, milik manusia. Karena itu, seluruh pikiran manusia menyadari kebenaran; pikiran orang India atau Eropa bertemu dalam kesadaran bersama.

EINSTEIN: Kata spesies digunakan dalam bahasa Jerman untuk semua manusia, bahkan kera dan katak akan menjadi miliknya.

TAGORE: Dalam sains kita melalui disiplin menghilangkan keterbatasan pribadi dari pikiran individu kita dan dengan demikian mencapai pemahaman tentang kebenaran yang ada dalam pikiran manusia universal.

EINSTEIN: Masalahnya dimulai apakah kebenaran tidak tergantung pada kesadaran kita.

TAGORE: Apa yang kita sebut kebenaran terletak pada harmoni rasional antara aspek subyektif dan objektif realitas, yang keduanya milik manusia super-pribadi.
                   
                                   * * * *

Rabindranath Tagore adalah seorang seniman besar sekaligus filsuf dari India. Beliau melahirkan karya-karya yang cukup dikenal di dunia sastra, seni musik, seni rupa dan drama. Bahkan lagu kebangsaan dua negara bertetangga, India dan Bangladesh, syair liriknya ditulis oleh pria asal Kolkata itu.
Sedangkan Albert Einstein, sebagaimana telah mafhum dikenal sebagai ilmuwan besar abad XX dan menjadi sosok tak terpisahkan dalam perkembangan ilmu fisika modern.
Baik Einstein maupun Tagore, keduanya sama-sama penerima penghargaan Nobel di bidangnya masing-masing. Sebuah penghargaan bergengsi yang menjadi simbol pengakuan atas jasa dan sumbangsihnya di bidang tertentu untuk kemajuan peradaban dunia.

Disadur dari:

Kamis, 12 September 2019

Selamat Jalan...


Bacharuddin Jusuf Habibie (1936-2019)

Dari bumi anging mamiri
Menimba ilmu di tanah Priangan
Melebarkan sayap sampai negeri Jerman 
Sebelum kembali ke pangkuan Pertiwi
'Tuk terbangkan misi membangun negeri

Semangatmu setinggi mimpi-mimpimu
Pemikiranmu melampaui orang-orang zamanmu
Kecerdasan insani dalam bingkai jiwa religius
Banggakan pertiwi dengan karya-karya nan jenius

Kecintaanmu pada negeri tak 'kan mungkin terpungkiri
Ketika bangsamu miskin edukasi, kau sudah bicara aviasi
Ketika mobil nampak masih teramat rumit, pesawatmu sudah membelah langit
Marwah bangsa pun kau angkat, berpijak industri strategis

Takdir membawamu ke tampuk tertinggi kekuasaan
Menjadi penghulu negeri di tengah pusaran kekacauan
Tak perlulah waktu berlama-lama
Kau tinggalkan tahta dengan legasi yang luar biasa

Kini, dua puluh tahun pasca mandek pandita
Gusti memanggil namamu kembali ke sisi-Nya
Tinggalkan duka mendalam selimuti bumi nusantara
Ibu pertiwi berkabung, ikhlaskan putra terbaiknya berpulang
Selamat jalan, tenang disana wahai Bapak Bangsa..
Negarawan sejati memang tak melulu politisi
Terima kasih telah menjadi bapak teknologi
Terima kasih telah menjadi bapak demokrasi

Namamu 'kan dikenang sampai generasi setelah kami
Bersama binar tatapanmu
Bersama lembut senyumanmu
Bersama tajam daya pikirmu
Abadi selalu di dalam hati kami..


Jakarta, 12 September 2019
Written by: Ali-aliyonk

Jumat, 26 Juli 2019

Politik itu apa? (Monolog Arswendo Atmowiloto)

Arswendo Atmowiloto
(1948-2019)

Politik itu benda apa?
Yang pengikutnya rela gila demi tujuan mulia
Yang pengikutnya berubah jadi bukan manusia
Padahal makannya nasi juga...
Politik itu adalah kanker yang tega menyiksa dirinya sendiri
Politik itu tidak tunduk pada dosa, belum segan pada Tuhan
Politik adalah keluhan cemas yang melelahkan
Sampai kita percaya kebaikan dan orang baik itu masih ada
Politik itu adalah pembuatan baik yang dilakukan orang baik di waktu yang pelik
Itulah politik...

(Sebuah monolog dari almarhum Arswendo Atmowiloto di sebuah acara talk show TV swasta)

Minggu, 21 Juli 2019

Petita

Sampai kapan gerangan kau mencandaiku seperti itu
Apakah karena aku terlalu keji pada diriku sendiri?
Apakah aku terlalu naif menginsafi hidup
Sehingga dengan lancangnya aku kau jungkali
Benarkah praduga yang kubangun ini untukmu?
Tolong jawab, berikan aku klarifikasi

Dua puluh sembilan kali kau membawaku mengitari Arka
Tabula rasa yang ditempa dalam ruang waktu
Kesetiaanlah yang membujukku terus mengikutinya
Adakah diriku menjadi makhluk-Nya yang melampau batas?
Jika ya, apakah ini proses natural, atau ada sesuatu yang mendesain?
Tiada satupun di dunia ini yang sudi melampau batas!

Aku tetaplah aku
Pemimpi yang berangan melakukan perjalanan lintas waktu
Mengintip Bumi pada masa prakambrium
Sampai ke penghujung masa alluvium
Sebagai saksi matinya si mata satu
Lalu ku terbangi langit, jauh... hingga cakrawala ku tembus
Melintasi dan mencumbui indahnya semesta di tiap sudut

Oh, abaikan saja yang tadi itu, abaikan
Kembali ke realitas, inilah sebenar-benar kehidupan
Dimana kita biasa mengarunginya dalam tawa, duka dan kehampaan
Maka jangan ada lagi kejahilan-kejahilan
Rubahlah semua menjadi pencapaian-pencapaian
Demi aku, dirimu, dan orang-orang saentero kita sekalian
Menjadi insan yang mulia di tiap aspek kehidupan
Dan menjadi raja yang menguasai masa depan
Jadi, sudikah engkau memberi jawaban?


Jakarta, 21 Juli 2019
Written by: Ali-aliyonk

Senin, 17 Juni 2019

Andaikan Leonardo da Vinci Hidup di 'Jaman Now'


Ketika sedang asyik streaming lagu LSD feat Sia, Diplo and Labrinth yang berjudul "Genius" di Youtube, tetiba pikiran saya beralih pada sosok yang jenius beneran, bahkan seorang jenius polymath yang hidup di abad pertengahan. Betapa (sok) pekanya pikiran saya ini, mentang-mentang judul lagunya 'Genius', pikiran saya jadi teringat pada sosok Leonardo da Vinci (wew). Padahal lirik lagunya ya tidak ada hubungan sama sekali dengan nama tokoh atau public figure yang jenius. But I have to say thanks to that song, karena saya jadi terinspirasi bagaimana jika Leonardo da Vinci hidup di jaman now, dimana Apple bukan hanya sekedar nama buah…

pixabay
Okay, tanpa berlama-lama, berikut beberapa hal yang mungkin terjadi atau dilakukan Mbah Leo, seandainya beliau ditakdirkan hidup di jaman kita sekarang…

1)     Pecinta sepakbola

flickr
Leonardo da Vinci adalah orang Italia dan Calcio merupakan olahraga pemersatu di negeri itu. Sebagai orang yang berasal dari Firenze, besar kemungkinan Leonardo adalah tifosi Fiorentina, klub kebanggaan kota reinaissance itu. Tapi tak menutup kemungkinan pula ia menyukai salah satu dari duo Milan (AC Milan atau Internazionale), mengingat pria berjenggot itu pun menghabiskan banyak waktu dalam hidupnya di kota Milano.

2)     Menjadi manajer tim sepakbola

pixabay
Fakta menyebutkan bahwa anda tak harus menjadi pemain sepakbola dahulu sebelum menjadi pelatih/manajer tim. Setidaknya hal itu dibuktikan oleh Arrigo Sacchi, Gerrard Houllier, Andre Villas-Boas, dan Carlos Alberto Perreira. Dari kecintaan dan obsesinya terhadap kulit bundar, rasanya Leonardo da Vinci bisa menjadi juru taktik untuk sebuah tim sepakbola. Bahkan kejeniusan berpikir dan berinovasinya berpotensi membawa namanya bersaing dengan pakar taktik macam Jose Mourinho, Pep Guardiola, Antonio Conte, maupun Marcelo Bielsa.

3)     Menjadi pundit sepakbola

pixabay
Jika tidak menjadi pelatih/manajer tim bola, setidaknya Leonardo bisa pula menjadi pundit di bidang itu. Daya kritis dan ketajaman analisanya akan menjadikan Da Vinci sebagai pundit sepakbola yang selalu dinanti ulasan dan pandangan kritisnya terhadap pekembangan olahraga terpopuler sejagat itu.

4)    Terobsesi IT dan Kosmologi

pixabay
Leonardo da Vinci adalah sosok yang sangat nerdy dan penuh obsesi. Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan membawanya menjadi inventor di segala bidang, terutama iptek di zamannya. Jika beliau hidup di era revolusi industri 4.0 ini, sangatlah mungkin bidang IT menjadi obsesi yang mewarnai hidupnya. Ia akan sangat tertarik mempelajari hal-hal seperti internet, pemrograman komputer, kecerdasan buatan, seluk beluk perangkat keras dan lunak, industri startup, dan semua yang berkaitan dengan teknologi informasi.
Selain itu, kekagumannya terhadap alam semesta juga mengantarnya menjadi pakar sains yang sangat diperhitungkan, terutama yang bersifat kosmologis seperti astronomi. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang tersebut, ia akan sangat menikmati waktunya untuk mempelajari lebih dalam tentang seluk beluk jagat raya yang masih sarat akan misteri yang belum terpecahkan.

5)    Menjadi komikus/mangaka atau animator

pixabay
Seni rupa adalah salah satu bidang keahlian Leo yang paling dikenal banyak orang. Lukisan-lukisan paling berharga sepanjang masa seperti The Last Supper, Virgin of the Rocks, Vitruvian Man dan tentu saja yang paling fenomenal: Mona Lisa. Jika sang jenius universal hidup di jaman sekarang, bisa jadi ia tertarik untuk menjadi pengarang komik atau manga dalam istilah Jepang-nya. Kepiawaian tangannya dalam menggambar berpadu daya imajinasi yang tak ada habisnya menjanjikan karya berupa komik yang menarik. Bukan mustahil pula namanya bakal disandingkan dengan komikus-komikus macam Don Rosa, Herge, Peyo, dan Stan Lee di dunia komik barat, atau Akira Toriyama, Masashi Kishimoto dan Eiichiro Oda di dunia manga.
Namun bila tak menjadi komikus, mungkin saja ia malah menjadi animator di industri perfilman. Masih berangkat dari keahliannya di bidang seni rupa, studio-studio animasi di Hollywood akan menjadi tempatnya berkreasi sebagai animator yang handal. Tangan dingin Leonardo akan menghasilkan film-film animasi yang siap diganjar penghargaan Academy Awards kategori Best Animated Feature.

6)    Menjadi musisi

wikipedia
Seni musik juga merupakan bidang keahlian Leonardo da Vinci. Ia dikenal sebagai musisi handal yang suka bermain biola sembari bernyanyi gembira. Begitu pula seandainya jika ia hidup di masa sekarang. Bisa jadi, bukan biola lagi yang ia mainkan, melainkan malah instrumen musik yang sangat kekinian: Digital Audio Workstation!
Yeah, Leonardo akan menguasai instrumen musik berupa piranti lunak itu dan menaklukkan belantika panggung hiburan dengan genre Electric Dance Music (EDM). Popularitasnya pun tak kalah mentereng dengan Marshmello, Alan Walker, David Guetta, dan Clean Bandit. Ladies and gentlemen, please welcome… DJ Leo…!!! (seketika gemuruh penonton bersorak).

7)    Tinggal di Amerika Serikat dan punya paspor ganda

pixabay
Melihat profesi-profesi yang saya “tawarkan” diatas, rasanya akan lebih baik untuk kelangsungannya ke depan bila Mbah Leo tinggal di Amerika Serikat, bila perlu jadi warga negara sana sekalian. Biar kayak orang-orang (eh..).

8)    Hobi main game dan traveling

pixabay
Apabila Mbah Leo hidup di jaman now, kemungkinan bermain game akan menjadi hal yang menarik untuk orang seperti doi. Tapi wait, rasanya game-game mobile yang kece itu terlalu alay untuk ukuran seorang Leonardo da Vinci. Untuk Mbah Leo yang berselera tinggi sepertinya akan lebih memilih konsol macam Xbox atau Playstation keluaran terbaru sebagai medium penyaluran hobinya.
Selain bermain game, hobi lain yang cocok untuk Leonardo adalah traveling. Kuriositasnya yang tinggi terhadap berbagai hal di dunia ini mengundangnya untuk pergi menjelajahi tempat-tempat baru yang menarik untuk dieksplor. Adapun jenis wisata favoritnya adalah wisata alam, kuliner dan sejarah.

9)     Penggemar film super hero

pixabay
Menonton film di bioskop sudah menjadi gaya hidup orang-orang milenial. Pun begitu bila Leonardo hidup di zaman ini. Ia pasti bakal menyukai film-film layar lebar, terutama yang bergenre science fiction. Tetapi selain sci-fi, jika melihat tipikal-tipikalnya, bisa juga Leo menggemari film-film superhero maupun anti-hero besutan Marvel dan DC. Alasannya sederhana. Baik superhero maupun anti-hero adalah sebenar-benar karakter fantasi yang lahir dari imajinasi terliar yang melampau batas.
Lantas, siapa superhero favorit sang arketipe manusia reinaissans? Jawabannya adalah Batman dan Iron Man. Alasannya bukan karena superioritas kekuatan ataupun karakteristik tokohnya. Melainkan karena ada kesamaan antara Bruce Wayne, Tony Stark dan Da Vinci: sama-sama hidup membujang. Wadaw…

10)  Posisi penting di perusahaan besar

pixabay
Berbekal takdirnya sebagai jenius polimatik yang memakari berbagai bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan, sudah barang tentu tenaganya diminati oleh perusahaan-perusahaan. Bahkan Leonardo bisa menduduki posisi strategis di perusahaan tempat ia bekerja. Entah di perusahaan IT, media, hiburan, properti, yang pasti karirnya akan melesat bak roket. Wuzzz…

11)  Mendapat gelar Honoris Causa

pixabay
Seiring jasa-jasa besar Leo di berbagai bidang ilmu yang ia kuasai memang sudah tak diragukan lagi, pengakuan-pengakuan resmi dari publik pun tinggal menunggu waktu. Bukan mustahil pula ia diganjar gelar akademik kehormatan dari perguruan tinggi ternama.

12)  Menjadi influencer

pixabay
Muara dari kesuksesannya di berbagai bidang tadi adalah popularitas di masyarakat luas. Dan buah dari popularitas adalah bermunculnya fans-fans yang mengagumi dan menyanjung namanya sebagai inspirasi dan idola. So, sebagai public figure yang dikenal banyak orang di dunia, adalah keniscayaan bahwa akun sosmednya dibanjiri banyak follower. Bahkan karena kesuksesan Leo yang mencakup lebih dari satu bidang keahlian membuat fans-fans datang dari beraneka latar belakang minat bidang pula. Bukan tidak mungkin, popularitas dan dan jumlah follower-nya di dunia maya bersaing ketat dengan Selena Gomez dan Cristiano Ronaldo. Asshiaaapp…


Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...