Rabu, 20 Desember 2017

Nuansa Senja Mendung

 
Pixabay

Menjadi tak biasa..
Ketika kicauan merdunya burung
Berganti hembusan dinginnya angin
Ketika semburatnya langit lembayung
Dirampas kelabunya awan-awan mendung
Ketika berkumandangnya adzan Maghrib
Diiringi gemuruh dari langit

Tapi biarpun begitu
Kau tetap senja..
Dengan segala kondisi yang mengiringi
Kau tetaplah senja
Simfoni alam di peralihan waktu

*Nuansa senja mendung

Jakarta, 20 Desember 2017
Written by: Ali-aliyonk

Kamis, 16 November 2017

Kamis, 19 Oktober 2017

Memetik Keniscayaan

 
Pixabay

Ku lihat indahnya hamparan bunga-bunga 
Di bawah kolong-kolong langit semesta 
Bertebaran di taman-taman realita
Bagai Shangri-La yang utopia

Apalah dayaku seorang bujang 
Hanya terdiam berkelu lidah
Tatkala cuma bisa menerawang
Godaan kuntum-kuntum yang merekah
Hanya bertopang dagu, menelisik bayang

Bagaimana bisa hamba petik setangkai
Jikalau kakunya tangan ini
Tak mampu bergerak barang se-centi
Sekalipun tergerak mendekati
Alih-alih dapat setangkai
Jemari langsung diancam duri!

Duri-duri yang terus tersenyum satir
Tertawai siasatku yang belum mahir
Dengan kerling-kerling mata yang mencibir
Menanyaiku, "Kapan upayamu berakhir?"

Sekali lagi aku terpaksa bertopang dagu
Tercenung diam aku termangu
Mengukir ambisi dalam relung kalbu
Tanpa mengumbar impresi buru-buru
Tak 'kan mati upayaku untuk memetikmu!

Mungkinkah jatuh setangkai seiring waktu?
Dan ku miliki hingga akhir waktu?

Jikalau bukan demikian
Apakah benar adanya,
Keniscayaan bertabir kemustahilan?
Lalu bagaimana ku harus menyibak tabirnya
Demi membuktikan sebuah keniscayaan?

Gusti Yang Maha Petunjuk
Gusti Yang Maha Pembuka
Dekatkanlah keniscayaan itu sampai pelupuk
Dan satukanlah kami dalam suka dan duka


Jakarta, 18 Oktober 2017
Written by: Ali-aliyonk

Selasa, 17 Oktober 2017

Pidato Perdana Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta


Source: YouTube Channel of CNN Indonesia
(screenshoot)

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil alamin.
Washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin wa'ala alihi wasohbihi aj ma'in.
Amma ba'du.
Saudara-saudara semua warga Jakarta.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya.
Saudara-saudara semua,
Lembar baru bagi Jakarta malam hari ini telah dibuka. Saudara semua, hari ini lembar baru kembali dibuka untuk perjalanan panjang kota Jakarta, ketika niat lurus telah dituntaskan ketika ikhtiar gotong royong dalam makna yang sesungguhnya dan didukung dengan doa yang tanpa henti dipanjatkan maka pertolongan Allah SWT telah datang. Tak ada yang bisa menghalangi apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Tak ada pula yang bisa mewujudkan apa yang telah ditolak-Nya.
Warga Jakarta telah bersuara dan telah terpaut dalam sebuah rasa yang sama yaitu keadilan bagi semua. Maka dengan mengucap syukur dan doa kepada Allah SWT yang Maha Penolong, Yang Maha Melindungi. Alhamdulillah sebuah fase perjuagan telah dilewati.
Hari ini sebuah amanat besar diletakkan di pundak kami berdua. Sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat, hari ini adalah penanda awal perjuangan dalam menghadirkan kebaikan dan keadilan yang diharapkan oleh seluruh warga Jakarta yaitu maju kotanya bahagia warganya.
Hari ini saya dan Bang Sandi dilantik jadi gubernur dan wagub, bukan bagi para pemilih kami saja tetapi bagi seluruh warga Jakarta. Kini saatnya saling bergandengan sebagai sesama saudara, sesama rumah untuk memajukan kota Jakarta.
Holong manjalak holong, holong manjalak domu. Begitu pepatah Batak mengatakan kasih sayang mencari kasih sayang, kasih sayang menciptakan persatuan. Ikatan yang kemarin sempat tercerai mari ikat kembali. Mari kita rajut kembali, mari kita kumpulkan energi yang terserang menjadi energi untuk membangun kota ini sama sama.
Jakarta adalah tempat yang dipenuhi oleh sejarah, setiap sudut di kota ini menyimpan lapisan kisah sejarah yang dilalui ratusan bahkan ribuan tahun. Jakarta tidak dibangun baru kemarin sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga kini Jakarta adalah sejarah pergerakan peradaban manusia.
Jakarta adalah melting pot. Jakarta adalah pusat berkumpulnya berbagai manusia dari seluruh Nusantara. Bukan hanya Nusantara bahkan penjuru dunia. Di kota ini interaksi adalah bagian dari sejarahnya. Di kota ini pula masyarakat Betawi telah menjadi sebaik-baiknya tuan rumah bagi Jakarta.
Di kota ini, semua sejarah penting republik ditorehkan. Dua km letaknya dari tempat kita berkumpul, para pemuda berkumpul di Kramat Raya mengumandangkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Satu km dari tempat kita berkumpul, di situ para perintis kemerdekaan berkumpul menyusun visi republik ini, sekarang kita sebut sebagai Pancasila. Di situ mereka merumuskan garis depan, garis depan. Janji kemerdekaan dituliskan di tempat itu.
Tiga km dari kita berkumpul, di Pegangsaan Timur, dikumandangkan proklamasi kemerdekaan kita. Saudara sekalian di tanah ini semua cita cita bangsa diungkapkan karena itu kita tidak boleh di tanah ini janji kemerdekaan tak terlunaskan oleh warganya. 
Republik ini menjanjikan kesejahteraan maka di ibukota harus hadir kesejahteraan. Republik ini menjanjikan pelindungan maka di ibukota harus ada perlindungan. Republik ini menjanjikan mencerdaskan kehidupan bangsa maka di ibukota harus hadir ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dan ketika republik ini tegas tegas mengatakan bahwa visinya adalah menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka insyaallah kita sama-sama kita tunaikan ikhtiar itu. 
Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat, penjajahan di depan mata, selama ratusan tahun. Di tempat lain mungkin penjajahan terasa jauh tapi di Jakarta bagi orang Jakarta yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari hari. Karena itu bila kita merdeka maka janji janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta.
Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami.
Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila. 
Jakarta bukan hanya sekedar kota, dia adalah ibukota maka di kota ini Pancasila harus mengejawantah, Pancasila harus menjadi kenyataan. Setiap silanya harus terasa dalam keseharian. Dimulai dari hadirnya suasana ketuhanan di setiap sendi kehidupan ibukota. Indonesia bukanlah negara berdasarkan satu agama. Namun Indonesia juga bukan sebuah negara yang alergi agama apalagi anti agama. Ketuhanan selayaknya menjadi landasan kehidupan warga dan kehidupan bernegara sebagaimana sila pertama Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa. 
Yang kedua ,prinsip ketuhanan ini diwujudkan dalam hadirnya rasa kemanusiaan, hadirnya rasa keadilan bagi seluruh rakyat tanpa ada yang terpinggirkan, terugikan, apalagi yang tidak dimanusiakan dalam kehidupannya. Karena itu mari kita hadirkan Jakarta yang manusiawi. Jakarta yang berada sebagaimana prinsip Pancasila kita sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Perjuangan selanjutnya menghadirkan persatuan dalam kehidupan kota.
Tidak hanya merayakan keragaman tapi mari kita merayakan persatuan. Seringkali kita melewatkan persoalan persatuan. Ada pepatah Aceh mengatakan 'Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub'. Persatuan dan keguyuban ini yang harus kita perjuangkan. 
Dimulai dari meruntuhkan sekat sekat yang menjadi penghalang antar komponen masyarakat. Terutama pemisah antar mereka yang mempunyai kemampuan ekonomi dan tidak. Mari kita hadirkan Jakarta yang bersatu bagi semua karena ruang interaksi terbuka bagi semuanya.
Dalam mewujudkan prinsip itu, mari kita kembalikan musyawarah menjadi tradisi kita. Bagaimana sila keempat di dalam Pancasila kita yang bunyinya kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karena itu, majelis-majelis warga akan dihidupkan kembali. 
Semua majelis majelis warga dihidupkan, kota ini tidak boleh hanya sekedar perintah gubernur sampai ke bawah. Dengarkan kata rakyat maka kita hidupkan seluruh majelis-majelis yang ada di kota ini.
Ada banyak majelis. Kita hidupkan semuanya. Musyawarah kota terutama untuk menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman. Kalau kata orang Minang, istilahnya dalam kesepakatan itu terkandung tuah tentang kebermanfaatan. 
Yang kelima, di ujungnya dan ini yang paling mendasar. Ini paling penting, yang kita perjuangkan sama sama sepanjang kampanye kemarin. Adalah pelaksanaan sila kelima yang bunyinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu yang akan kita jadikan fondasi di Jakarta.
Kita jadi ingat pada saat dulu republik ini dibuat, pesannya jelas. Kita tidak hendak membangun satu negara untuk sekelompok orang. Dan Bung Karno mengatakan demikian. Kita hendak membangun satu negara untuk semua bukan untuk satu orang, satu golongan, bukan untuk satu golongan bangsawan maupun golongan orang kaya tapi untuk semua karena iru pengambilan kebijakan di kota ini harus lah bisa didasarkan pada kepentingan publik.
Pengelolaan tanah, pengelolaan air, pengelolaan teluk, dan pengelolaan pulau tidak boleh diletakkan atas dasar kepentingan itu, pengelolaan itu semua tidak boleh untuk kepentingan satu golongan, tidak boleh untuk satu perhimpunan, tidak boleh untuk kepentingan korporasi tetapi itu untuk kepentingan untuk warga Jakarta semua. Semua untuk semua. Jakarta untuk semua. Inilah semangat pembangunan yang kita letakkan sama sama untuk Jakarta.
Gubernur dan wakil gubernur tentu menjadi pemimpin bagi semua dan harus menghadirkan keadilan bagi semua. Namun jelas kami tegaskan bahwa tekad kita adalah mengutamakan pembelaan yang nyata kepada mereka yang selama ini tak mampu membela dirinya sendiri, mengangkat mereka yang selama ini terhambat dalam perjuangan mengangkat dirinya sendiri. 
Bang Sandi tadi sudah mengungkapkan komitmen dan paradigma ke depan tentang rencana pembangunan kota ini, Bang Sandi sudah jabarkan bagaimana kita bersama sam membangun dan mengelola kampung, mengelola jalan, sekolah, puskesmas, pasar, angkot dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Seperti kata Bang Sandi, ini adalah satu langkah bersama ke depan memastikan Jakarta yang lebih ramah untuk semua.
Untuk itu, izinkan kami mengajak seluruh warga menjadikan usaha, memajukan kota sebagai sebuah gotong royong, sebagai sebuah gerakan, pembangunan kota ke depan gubernur bukan sekadar administrator bagi penduduk kota. Gubernur bukan sekadar penyedia jasa bagi warga yang jadi konsumen namun kami bertekad untuk bisa melakukan lebih dari itu. Kami ingin bisa bekerja bersama dengan warga Jakarta, berkolaborasi dengan warga Jakarta sebagai perancang dan pelaku pembangunan.
Dalam pepatah Banjar dikatakan 'Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu' satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan yang erat antar elemen masyarakat. Saling setia dan saling mendukung satu sama lain. Inilah Jakarta yang akan kita bangun bersama-sama 5 tahun ke depan.
Selain itu, kami juga mengajak seluruh elemen kepemimpinan di kota Jakarta mulai dari jajaran pemerintah daerah, para wakil rakyat, pemimpin lembaga pertahanan, keamanan dan penegakan hukum mari kita memiliki tekad yang sama yaitu mari kita sama hibahkan hidup kita kepada warga Jakarta bukan sebaliknya jangan berbalik menjadi menyedot dari kota dan warganya untuk dibawa pulang ke rumahnya. Tapi hadirlah untuk menghibahkan waktu, tenaga, pikiran, keringat untuk kemajuan kota Jakarta. 
Sebuah kearifan lokal dari Minahasa mengingatkan kita 'Si tou timou tumou tou'. Manusia hidup untuk menghidupi orang lain. Menjadi pembawa berkah bagi semua, sebuah pengingat bagi semua manusia namun terutama bagi para pemimpin.
Saudara-saudara, izinkan dalam kesempatan ini, kami ingin memastikan dan saya akan ucapkan pula nanti saat sidang paripurna di DPR kata kata yang diucapkan seorang tokoh Betawi. Kata-kata ini terpatri dalam patungnya yang terpasang di Lapangan Monas. Setiap pemerintah harus mendekati kemauan rakyat. Inilah sepatutnya harus menjadi dasar untuk memerintah. 
Pemerintah yang tidak mempedulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat.' Setuju dengan pernyataan itu, saudara-saudara? Itu adalah kalimat yang diungkapkan salah satu putra terbaik betawi, MH Thamrin. MH Thamrin mengatakan itu dan kalimat itu terpatri di Monas sana. Saya membayangkan orang yang kerja di kota ini baca kalimat ini. renungkan, resapi dan laksanakan. Bagi semua yang mengatasnamakan rakyat Jakarta, jalankan kalimat itu. 
Saudara-saudara semua, perjuangan kita ke depan adalah perjuangan untuk mewujudkan gagasan, kata dan karya yang selama ini telah kita tekadkan. Kita ingin lakukan tiga-tiganya. Membawa gagasan, membawa kata-kata, dan membawa kerja. Jadikan sebagai satu rangkaian. Gagasan, kata, kerja. Dengan begitu, kita ingin Jakarta maju, Jakarta jadi bagian kota modern yang diperhitungkan dunia tapi jadi akar yang kuat di tradisi. 
Dengan memohon pertolongan kepada Yang Maha Memberi Pertolongan, mari kita bersama berikhtiar mewujudkan Jakarta yang maju setiap jengkalnya, dan bahagia setiap insan di dalamnya. Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita. 
Dan dalam kaitan itu, izinkan saya sebelum menutup sambutan ini, membacakan sebuah pantun untuk warga Jakarta. 
Bekerja giat di Kali Anyar
Mencuci mata di Kampung Rawa
Luruskan niat teguhkan ikhtiar
Bangun Jakarta bahagiakan warganya
Cuaca hangat di Ciracas
Tidur pulas di Pondok Indah
Mari berkeringat bekerja keras
Tulus ikhlas tunaikan amanah
Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita, membukakan jalan-jalan yang sekarang sempit, memudahkan mencari solusi baru, menjauhkan dari segala macam fitnah, menjadikan semua wilayah kota ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, serta menurunkan keberkahan
bagi setiap warganya, memberikan kebahagiaan kepada seluruh insan di kota ini. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada usaha, kekuatan, dan daya upaya selain dengan kehendak Allah. Semoga ikhtiar ini selalu dimudahkan, semoga ikhtiar ini dapat selalu dituntaskan, dan insyaallah keberkahan diberikan kepada kita. 
Wallahu muwafiq ila aqwamith thoriq, billahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
(Source: www.detik.com)

Rabu, 20 September 2017

La Cita (12.2.e)

"Cara terbaik untuk menghindari kesombongan adalah dengan berpegang pada nilai, bahwa segala yang kita punya, kita capai, dan kita dapatkan, semua semata berkat kemurahan Tuhan."
           - Aliyonk -

Minggu, 10 September 2017

Bermain Kata-Kata

 
Pixabay

Sajak ialah
Untaian kata-kata
Yang menerbangkan kembali
Sayap-sayap yang patah

Ada seni di tiap diksinya
Ada cinta di tiap lariknya
Ada harmoni di tiap rimanya
Ada kharisma di tiap citranya
Juga energi di tiap majasnya

Aku bukan seniman kata-kata
Ku hanya ingin mencoba-coba
Bermain kata-kata
Maka ijinkan aku semata
'Tuk terus merangkai kata-kata
 
Jakarta, 10 September 2017
Written by: Ali-aliyonk

Jumat, 25 Agustus 2017

La Cita (12.2.d)

"Yang saya khawatirkan bukan apakah Tuhan ada di pihak kita, tapi apakah kita ada di pihak Tuhan. Karena Tuhan selalu benar."
           - Abraham Lincoln -

Selasa, 22 Agustus 2017

Ode untuk Pertiwi

 
Pixabay


Angin malam membelai memoriku
Mengingatkanku pada momen masa kecilku
Tatkala seragam putih merah membalut tubuh mungilku
Saat kali pertama ku buka sebuah buku
Berisikan peta-peta dari berbagai penjuru
Yang kudapat dari perpustakaan sekolahku

Lembaran demi lembaran halaman buku
Ku amati satu per satu
Dan di kala itu
Mulailah ku kenal wajahmu

Jamrud khatulistiwa yang elok penuh rayu
Laksana jejaka memandang gadis nan ayu
Decak kagum merangkuli pikiran polosku
Ketika buku itu menyadarkanku
Betapa unik dan eksotiknya dirimu,
Wahai negeriku...

Gugusan kepulauan di tengah khatulistiwa
Gagah membelah bumi selatan dan utara
Dengan deretan pulau-pulau raksasa 
Membentang luas lewati tiga zona masa
Dari Rondo di ujung Sumatera
Sampai Merauke di Papua
Dari Miangas di utara
Sampai selatan di Pulau Dana
Simpul-simpul kehidupan sinkretisme budaya 
Eksotisme bumi khatulistiwa...

Kiranya pesona tak sebatas rona rupa
Peradaban tuamu adalah goresan tinta emas
Yang turut mewarnai sejarah dunia
Selepas zaman nirleka

Dari semasa Salakanegara
Sriwijaya dengan Dapunta Hyang-nya
Hingga Majapahit dengan Mahapatih-nya
Pemanis-pemanis ruang nostalgia!

Hari ini
Arus waktu telah membawa kita
Hingga sampailah ke milenium ketiga
Suatu masa dimana 
Selat lautan serasa fana diantara gugusan
Cerita-cerita masa lalu, kini menjadi sejarah
Yang kata mereka ditulis oleh para pemenang

Fase ketiga peradaban besar Nusantara
Memasuki masa sapta dasawarsa 
Dimana mereka yang dulu rela berjuang
Semasa era revolusi fisik 
Awal terbentuknya republik
Wajahnya kini terpampang di lembaran uang
Uang-uang yang tak lebih dari sekedar alat inflasi
Yang terus tergerus nilai tukarnya 
Dari masa ke masa

Terlalu panjang masa lalu 'tuk dikisahkan
Dari yang kelabu hingga yang terindah
Dari yang dibanggakan
Hingga yang dikonspirasikan

Ketika Bung Besar proklamirkan kemerdekaan
Saat badai krisis mendera perekonomian
Kala "Indonesia Raya" berkumandang di pentas dunia
Saat hiruk pikuk suksesi kekuasaan 
Dari yang pertama sampai yang ketujuh kalinya

Biarlah mereka menjadi kaca benggala
Penjebar semangat 'tuk bangkit dan percaya
Bahwa habis gelap, terbitlah terang
Jadilah merdeka sampai hakekat yang terdalam
Jembatan emas menuju kemakmuran
Negeri yang indah, bangsa yang besar,
Peradaban yang paripurna
Jayalah selalu, jayalah selamanya...
Tuhan selalu bersama kita...


Jakarta, 22 Agustus 2017
Written by: Ali-aliyonk


Jumat, 26 Mei 2017

A Little Simple Note about Marriage

I don't know why many people want to get married so bad. I always think (and I bet you will agree) that the real life's goal is happiness, and marriage is even obviously not. It just one of many ways to reach the  life's goal. So, don't I want to get married? Of course I do because it's a God destiny. But the only my wish, I just want to realize it in the appropriate time. Yeah, I am pretty sure that God has set it so well because He is the only one who knows what the best things for his ummah. So, what makes us worry?
One more important thing: marriage is neither about how old we are, nor about the ability of our finance to handle it. The appearing question is when we got a job and salary enough, do we have to get married immediately? 
Marriage is not as simple as that. Sorry, I even call it as a joke. Too much rules in our life. So don't make something be more complicated where we actually should be free to play it, just because of obey the mainstream perspective.
Marriage is more about maturity. The maturity to face all life problems (after married), interpret and solve everything with the wise thought and solutions. Maybe it seems too serious. We can even say everything will be done by time. Whatever... But at least, now we can spend our bachelorette age to plan and prepare our future well, right?  Yes. Everything starts today.
Be patient, be mature, and be a good person. Cheers...
#IMHO #NoWorries


Jumat, 21 April 2017

La Cita (12.2.c)

"Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tidak pernah memberikannya, kaulah yang membiarkannya datang"
           - R.A. Kartini -

Minggu, 09 April 2017

Sajak Biduan


Pixabay

Biduan-biduan pesta
Menghibur jiwa-jiwa yang hampa
Dengan lantunan suara emasnya
Tak peduli latar belakang pemirsanya

Biduan-biduan pesta
Tampil memukau bak bintang ternama
Tak peduli dikata orang sekitarnya
Hanya profesionalitas yang ada di benaknya

Biduan-biduan pesta
Tampil ceria dengan kembangan senyumnya
Tak sedikitpun lelah terpancar darinya
Sekalipun durasi melebihi kapasitasnya

Biduan-biduan pesta
Mengadu nasib dalam tarikan nada
Mencari rizki-Nya bermodal talenta
Demi seamplop uang 
Syukur-syukur juga popularitas

Merintis karir di dunia tarik suara
Berharap naik kelas pada waktunya
Menjadi biduan yang lebih punya nama
Mahsyur dikenal kalangan segala usia

Menuju singgasana megabintang
Bergelimang harta dan pemuja
Serta ketenaran yang tak terhingga
Sampai kelak di masa tuanya


Jakarta, 9 April 2017
Written by: Ali-Aliyonk

Selasa, 28 Maret 2017

Sosok...

Dua setengah tahun telah berlalu
Setengah jalan telah kau lewati
Amanat besar 'tuk menjalankan ikhtiar
Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat

Konsistensimu tak pernah mati
Impresi populis berpadu upaya tak bertepi
Lanjutkan perjuangan para pendiri negeri
Mewujudkan peradaban yang madani

Ketidaksempurnaanmu,
adalah bukti humanismu
Tapi komitmenmu
Adalah pemantik harapan baru

Harapan lebih dari dua ratus juta jiwa
Yang telah merdeka tujuh dasawarsa lamanya
Namun masih belum jua
Menyesap nikmatnya keadilan sosial

Setengah jalan kini telah kau lewati
Rongrongan setan-setan penjajah 
Masih saja menghantui
Namun ingatlah,
Kita ada karena Tuhan merestui
Dan kau ada karena kami percaya

Jadilah engkau Amir kami yang mumpuni
Penghulu negeri yang arif mengayomi
Tegas menghadapi musuh-musuh kami
Lembut semaikan kemajuan negeri
Demi kemakmuran dan keadilan yang hakiki

Jakarta, 28 Maret 2017

Written by: Ali-Aliyonk

Jumat, 27 Januari 2017

La Cita (12.2.b)

"Everyone is genius. But if you judge a fish on its ability to climb a tree, it will live its whole life believing it's stupid."
- Albert Einstein -

Selasa, 24 Januari 2017

Lagu "Seberapa Jauh Ku Melangkah" (Indonesian version of "How Far I'll Go", OST Moana)

Source: https://www.flickr.com/


Telah lama kutatap tepian air
Sejak dari dahulu tanpa tahu mengapa
Andai ku bisa jadi sempurna
Ku telah mencoba tapi selalu kembali lagi

Setiap tindakan setiap langkahku
Setiap jalanku semua kembali 
Ke tempat yang ku tuju
Walau ku rindu

Horizon seakan memanggil diriku
Tak ada yang tahu seberapa jauh
Jika angin laut membawaku berlayar
Nanti ku sadar
Entahlah seberapa jauh ku melangkah

Ku tahu semua di pulau ini
Nampak begitu bahagia seperti yang diharapkan
Aku tahu semuanya sudah punya peran masing-masing
Biarlah ku dengan peranku

Bangga memimpin membuat kita kuat
Ku bisa saja ikut yang ada
Tapi suara hatiku berkata lain 
Apa yang salah?

Lihat cahaya di laut itu menyilaukan
Tak ada yang tahu kuat sinarnya 
Dan bagaikan memanggil namaku temukanku
Biar ku tahu apa disana ku lewatikah

Horizon seakan memanggil diriku
Tak ada yang tahu seberapa jauh
Jika angin laut membawaku berlayar
Seberapa jauh ku melangkah...

Sung by: Maudy Ayunda




Minggu, 22 Januari 2017

Sedikit Masukan untuk Sepakbola Indonesia

".... Bagi saya, lebih baik dua atau tiga pemain diberi kesempatan bermain di satu klub luar negeri dan itu kita lakukan ke beberapa klub ketimbang mengirim satu tim tetap bersama-sama seperti Primavera."
- Kurniawan Dwi Yulianto -

Sepakbola Indonesia kini benar-benar tengah menjalani babak baru. Setelah terbebas dari sanksi FIFA 2016 lalu, PSSI selaku induk organisasi tertinggi sepak bola nasional telah memilih Ketua baru untuk memimpin organisasinya hingga tahun 2020. Beberapa langkah pun telah diambil kepengurusan baru seperti penunjukan pelatih timnas senior dan kelompok umur, format kompetisi liga, pembinaan usia dini, dan program-program lain akan dijalankan untuk memajukan sepakbola nasional beberapa tahun ke depan.

Pixabay


Bicara soal pembinaan usia dini, maka sama halnya bicara tentang pondasi dalam pembangunan sepakbola yang maju dan profesional. Oleh karena itu diperlukan komitmen dan konsistensi yang tak sekedar wacana saja, tetapi juga dalam prakteknya di lapangan. Kabar baiknya, kepengurusan baru PSSI 2016-2020 telah menyiapkan program untuk mewujudkannya, dimana mereka akan menggelar sebuah komopetisi usia dini yang akan dimonitor langsung oleh pemandu-pemandu bakat di seluruh tanah air. (http://bola.bisnis.com/)

Tentu kabar tersebut layak diapresiasi dan didukung penuh oleh segenap pemerhati sepak bola. Terlebih jika klub-klub yang terlibat di dalam kompetisinya nanti tak hanya melatih pemain dari segi teknis, tapi juga segi mental. Cukup besar harapan untuk melihat pemain-pemain muda yang tak hanya ber-skill mumpuni, tapi juga bermental juara. Suatu hal yang mutlak dibutuhkan Tim Nasional, sebagai muara dari hasil pembinaan yang dilakukan tersebut. 

Kiranya ini fakta yang sudah cukup sering terdengar, bahwa sebenarnya Indonesia punya cukup banyak telanta-talenta sepakbola yang potensial. Akan tetapi potensi-potensi itu seolah mentok saat pemain berusia 20 tahun keatas. Memang banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, namun ijinkan saya untuk menitikberatkan pada pembinaan usia muda.

Selama ini sudah cukup banyak baik turnamen maupun kompetisi yang digelar untuk pemain-pemain usia muda. Tugas PSSI adalah mengintegerasikan semua itu dalam sebuah sistem hirarkhi pembinaan berjenjang yang profesional dan berkelanjutan, terutama untuk kompetisi (bukan turnamen). Gagasan kepengurusan baru sebagaimana disebutkan diatas kiranya agar lebih diselaraskan lagi pola pembinaan yang sudah ada sebelumnya.

Namun akan lebih baik lagi jika program pembinaan dalam negeri yang menjadi prioritas dilengkapi pula dengan program komplementer. Diharapkan program ini akan mempermudah PSSI dalam mewujudkan tujuan yang digariskan dalam program utama. Adapun program komplementer yang dimaksud adalah membina pemain-pemain muda berbakat di negara yang sudah maju sepakbolanya.

Mungkin gagasan ini tidak terdengar baru lagi. Benar, program pengiriman pemain ke luar negeri sudah beberapa kali dilakukan PSSI di masa lalu. Sebut saja program pengiriman timnas ke Brazil tahun 1980-an, proyek primavera 1993-1994, hingga proyek Sociedad Anonima Deportivo (SAD) Indonesia ke Uruguay tahun 2008-2012. Tetapi yang dikirim dalam program-program tersebut adalah sebuah skuad tim, bukan pemain dalam artian individu ataupun beberapa individu saja.

Hasil dari proyek-proyek itu pun kurang sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun sempat menghasilkan pemain-pemain bagus dan menjadi pilar timnas di kemudian hari, tapi efeknya masih kurang terasa untuk peningkatan prestasi Timnas pada umumnya. Faktor penyebab kurangnya berhasilnya proyek-proyek tadi kiranya telah diungkapkan oleh mantan pemain yang terlibat langsung dalam program tersebut. 


Pixabay


Kurniawan Dwi Yulianto, mantan striker Timnas yang dibina langsung dalam program Primavera 1993, mengungkapkan bahwa pengiriman satu tim ke luar negeri sama halnya memindahkan tempat latihan bersama saja. Efeknya untuk peningkatan teknis kurang terasa karena rekan-rekan berlatihnya juga sama, kendati tempat dan cuacanya berbeda. Lebih lanjut, Kurniawan menjelaskan bahwa efek berlatihnya baru terasa ketika sang pemain bergabung dalam sebuah Klub yang benar-benar 100% pemainnya kelas Eropa. (http://www.bola.com/)

Pernyataan diatas tentu faktual karena diutarakan oleh mantan pemain yang terlibat langsung dalam pelatihan dimaksud, sehingga para pemangku kepentingan sepakbola nasional perlu mencermatinya. Nah, kembali ke program komplementer yang saya tulis sebelumnya. Berkaca pada statement diatas, maka alangkah baiknya jika pembinaan usia muda dalam negeri dilengkapi pengiriman pemain-pemain potensial terpilih untuk berkompetisi di luar negeri.

Sekali lagi: mengirim pemain, bukan mengirim tim. Bolehlah PSSI mengirim Timnas TC ke luar negeri. Tapi untuk pembinaan jangka menengah, PSSI bisa mengambil beberapa pemain muda terbaik untuk dikirim ke luar negeri. Misalnya PSSI bisa ambil beberapa pemain U-19 atau U-16 dari setiap lini untuk berkompetisi di Spanyol. Sebut saja dari lini belakang (bek), lini tengah (gelandang) dan lini depan (penyerang) masing-masing diseleksi 2 pemain sehingga totalnya 6 pemain. Keenam pemain ini kemudian dititipkan secara tersebar di 2-3 tim Liga Spanyol untuk berlatih dan berkompetisi secara reguler disana, minimal satu musim.

Dengan cara ini, pemain-pemain yang berlatih dan berkompetisi di negara sepakbola maju diharapkan membawa pengaruh positif ketika bergabung dengan Tim Nasional. Terlebih jika diambil dari setiap lini, maka akan ada kontribusi yang merata dalam tim secara utuh. Dengan catatan, negara yang dituju benar-benar punya kultur sepakbola yang baik dalam menunjang pembinaan pemain muda. Dan yang lebih penting lagi adalah kontinuitas program agar tidak terhenti tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Demikian sedikit masukan dari saya untuk pembinaan sepak bola tanah air, semoga bisa dijadikan pertimbangan bagi para stakeholder sepakbola nasional. Salam olahraga...


Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...