Sabtu, 30 Mei 2015

Video Renungan untuk para Ibu (dan Calon Ibu...)

Sosok ibu sebagai orang yang melahirkan, mendidik dan membesarkan anak kandungnya, sudah pasti memiliki hubungan emosional yang amat kuat terhadap anak. Dalam konsep keluarga mainstream, Ayah berperan sebagai kepala rumah tangga yang bertugas memberikan nafkah kepada anak dan istri (ibu dari anaknya) dengan bekerja di luar rumah. 
Selanjutnya peran ibu adalah mengisi kekosongan tempat dan waktu yang ditinggalkan Ayah untuk memberi perhatian secara langsung (physical) terhadap anak-anaknya yang sedang atau ketika berada di rumah. Dengan kata lain, keberadaan ibu di rumah lebih tinggi frekuensinya ketimbang Ayah yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja mencari nafkah.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman, kadang tuntutan ekonomi mengarahkan ibu/istri untuk turut bekerja di luar layaknya peran Ayah, sehingga waktu yang digunakan Ibu untuk anak-anaknya pun turut pula berkurang. 
Dalam mengatasi hal itu, tak jarang mereka membayar jasa pembantu/asisten rumah tangga yang bertugas membereskan urusan rumah, tak terkecuali urusan mengasuh anak di rumah. Ternyata hal ini tak jarang memberikan dampak negatif terhadap anak-anak. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak membuat si anak menjadi lebih akrab dengan pembantu/pengasuhnya yang selalu mereka jumpai di rumah. 
Konkretnya? Berikut adalah video dari Singapura yang berisi perbandingan antara pengasuh dengan ibu yang bekerja, tentang tingkat pengetahuan terhadap kondisi anak yang menjadi tanggung jawabnya.
Tapi sebelum beralih ke video, perlu digaribawahi bahwa tulisan ini tak bermaksud untuk menyampaikan ketidaksetujuan atas ibu/istri yang bekerja di luar rumah, melainkan hanya memberi masukan kepada para ibu yang bekerja agar tetap memprioritaskan perhatian terhadap anaknya. Manfaatkanlah waktu senggang anda di kantor (saat istirahat misalnya) untuk menelepon anak anda, dan maksimalkanlah hari libur sebagai waktu spesial antara anda dan anak anda untuk bercengkerama se-intens mungkin. Ingat, dalam konsep tripusat pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara, Keluarga diposisikan sebagai yang pertama dan yang utama sebagai tempat pendidikan anak.
Okay, mari kita simak videonya, semoga bermanfaat.


Source: Youtube


Senin, 18 Mei 2015

La Cita (12.1.k)

"Winning or losing is a dynamic proccess of being a world class champion. Winning is an attitude, and keeping it is a commitment."
          -Taufik Hidayat- 

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...