Jumat, 25 Agustus 2017

La Cita (12.2.d)

"Yang saya khawatirkan bukan apakah Tuhan ada di pihak kita, tapi apakah kita ada di pihak Tuhan. Karena Tuhan selalu benar."
           - Abraham Lincoln -

Selasa, 22 Agustus 2017

Ode untuk Pertiwi

 
Pixabay


Angin malam membelai memoriku
Mengingatkanku pada momen masa kecilku
Tatkala seragam putih merah membalut tubuh mungilku
Saat kali pertama ku buka sebuah buku
Berisikan peta-peta dari berbagai penjuru
Yang kudapat dari perpustakaan sekolahku

Lembaran demi lembaran halaman buku
Ku amati satu per satu
Dan di kala itu
Mulailah ku kenal wajahmu

Jamrud khatulistiwa yang elok penuh rayu
Laksana jejaka memandang gadis nan ayu
Decak kagum merangkuli pikiran polosku
Ketika buku itu menyadarkanku
Betapa unik dan eksotiknya dirimu,
Wahai negeriku...

Gugusan kepulauan di tengah khatulistiwa
Gagah membelah bumi selatan dan utara
Dengan deretan pulau-pulau raksasa 
Membentang luas lewati tiga zona masa
Dari Rondo di ujung Sumatera
Sampai Merauke di Papua
Dari Miangas di utara
Sampai selatan di Pulau Dana
Simpul-simpul kehidupan sinkretisme budaya 
Eksotisme bumi khatulistiwa...

Kiranya pesona tak sebatas rona rupa
Peradaban tuamu adalah goresan tinta emas
Yang turut mewarnai sejarah dunia
Selepas zaman nirleka

Dari semasa Salakanegara
Sriwijaya dengan Dapunta Hyang-nya
Hingga Majapahit dengan Mahapatih-nya
Pemanis-pemanis ruang nostalgia!

Hari ini
Arus waktu telah membawa kita
Hingga sampailah ke milenium ketiga
Suatu masa dimana 
Selat lautan serasa fana diantara gugusan
Cerita-cerita masa lalu, kini menjadi sejarah
Yang kata mereka ditulis oleh para pemenang

Fase ketiga peradaban besar Nusantara
Memasuki masa sapta dasawarsa 
Dimana mereka yang dulu rela berjuang
Semasa era revolusi fisik 
Awal terbentuknya republik
Wajahnya kini terpampang di lembaran uang
Uang-uang yang tak lebih dari sekedar alat inflasi
Yang terus tergerus nilai tukarnya 
Dari masa ke masa

Terlalu panjang masa lalu 'tuk dikisahkan
Dari yang kelabu hingga yang terindah
Dari yang dibanggakan
Hingga yang dikonspirasikan

Ketika Bung Besar proklamirkan kemerdekaan
Saat badai krisis mendera perekonomian
Kala "Indonesia Raya" berkumandang di pentas dunia
Saat hiruk pikuk suksesi kekuasaan 
Dari yang pertama sampai yang ketujuh kalinya

Biarlah mereka menjadi kaca benggala
Penjebar semangat 'tuk bangkit dan percaya
Bahwa habis gelap, terbitlah terang
Jadilah merdeka sampai hakekat yang terdalam
Jembatan emas menuju kemakmuran
Negeri yang indah, bangsa yang besar,
Peradaban yang paripurna
Jayalah selalu, jayalah selamanya...
Tuhan selalu bersama kita...


Jakarta, 22 Agustus 2017
Written by: Ali-aliyonk


Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...