Kamis, 22 Februari 2018

Balada Empat Raja (Epilog)

(Sambungan dari Bagian 4)


Demikian tulisan yang saya susun dalam puisi berjudul "Balada Empat Raja". Entah anda menyebutnya balada, puisi bersambung, puisi naratif atau apapun itu, saya hanya berharap bisa menjadi bacaan yang positif untuk waktu luang anda.

Adapun nama-nama tokoh yang ditulis dalam bait-bait tersebut, saya hanya memilih nama sesuai etnisitas tokoh yang bersangkutan (kecuali Sang Dua Tanduk yang dimaksud adalah Dzulqarnain), tanpa ada maksud offense atau niat-niat negatif semacamnya. Hal ini tak lain hanya karena saya ingin menampilkan originalitas jati diri tokoh yang terlibat dalam cerita.

Apabila ada hal yang kurang berkenan atau dirasa kurang pas mengenai substansi yang tertuang dalam puisi diatas, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada anda yang membaca puisi dari awal hingga akhir bagian penutup ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 22 Februari 2018

Sumber gambar:
Wikipedia
https://history1978.wordpress.com/2012/08/15/benarkah-taman-gantung-babylonia-pernah-ada/
https://notahidupku.weebly.com/blog/pengembaraan-zulkarnain-dan-tembok-yang-dibina

Balada Empat Raja (Bag. 4)

(Sambungan dari Bagian 3)



#4 SANG DUA TANDUK

Sungguh siapa gerangan dirimu wahai Dua Tanduk?
Pendiri Alexandria itu?
Atau Cyrus Yang Agung?
Atau mungkinkah kau Ashkan Darius?
Atau tak satupun dari nama-nama adiluhung itu?

Siapa sebenar dirimu Yang Mulia..
Sejarah belum mengungkapmu kepada dunia
Tapi Tuhan telah mengabadikanmu dalam kalam-Nya
Bersemayam dalam kisah-kisah teladan umat-Nya
Namamu mengharum dalam kuntum ayat-ayat-Nya
Sebagai bukti eksistensimu yang nyata

Raja besar yang berkelana menebar kebenaran
Arungi ladang-ladang kehidupan insan 
Memberangus kemungkaran-kemungkaran setan
Menyemai benih-benih kebajikan
Berlandaskan ajaran-ajaran kemuliaan
Demi keadilan dan berkat dari Tuhan

Dialah sang Raja pembina dinding metal
Kokoh berdirinya menantang bukit-bukit terjal
Sebagai perisai penangkal dua kaum yang brutal
Yang selalu merusak dengan aroma kehancuran nan kental

Daulat Sang Raja Dua Tanduk yang mulia
Penguasa masa lampau, pemula masa depan
Ia adalah awal dari akhir dunia
Ketika ia mendirikan rambu tanda akhir masa
Pertanda malaikat bersiap meniup sangkakala
Ketika segalanya akan benar-benar kembali kepada-Nya

(Bersambung, kelanjutannya klik disini)


Balada Empat Raja (Bag. 3)

(Sambungan dari Bagian 2)


 
#3 NEBUKADNEZAR II

Secarik masa di rantau Mesopotamia
Assyria sirna tinggalkan percaturan dunia
Nabopolassar mulakan permulaan yang telah bermula
Revolusi Babilonia temukan kembali jati dirinya
Hingga tercapailah era emas penuh jaya
Dibawah kuasa Nebukadnezar yang Kedua

Nebukadnezar bermahkotakan reputasi emas
Cengkramannya menjangkau padang-padang nan luas
Sentuhannya adalah sentuhan midas
Khaldea bersolek menjelma adidaya
Kota-kotanya bergeliat bertabur mahakarya
Macam metropolitan dunia yang bermandikan cahaya

Nebukadnezar berlumuran kontroversi
Duduki wilayah sekitar tak kecuali laut mati
Murka merubahnya menjadi jagal Ibrani
Ia benturkan Zedekia dengan ajalnya yang keji
Diantara puing-puing kota dan bangunan suci

Rakyatnya diasingi dari tanah sendiri
Diperbudak paksa tanpa peduli nurani
Berdiaspora menyatroni saentero bumi
Tulah sikap mereka terhadap Ilahi

Ia tawani semua tak kecuali seorang nabi
Nabi yang diberkati kemahiran menafsir mimpi
Takdir menuntun Daniel ke muka tirani
Kala sang raja mimpikan patung raksasa berdiri
Yang seketika luluh seiring batu yang dilempari
Bertanya sang Raja apa gerangan mimpi ini?

Mimpi yang menjadi visualisasi sebuah visi
Ihwal kekuatan yang menggenggami hajat bumi
Melintas litar masa sebelum dan sesudah masehi
Tak pelak Nabi pun papari bukti

Bukti yang memantik bara kaum pendengki
Bukti yang lalu diingkari Raja sendiri
Hingga tamparan malaikat telak hujami pipi
Berubahlah ia menjadi Singa berempat kaki
Tujuh warsa berliar gahar tanpa akal budi
Sampai iba sang waktu 'tuk merobahnya kembali

Tak pelak Nebukadnezar tetaplah manusia
Hidup mengarungi zaman dengan limit masanya
Jikalau harimau mati tinggalkan belangnya
Maka sang Raja mati tinggalkan nama
Ia warisi legasi dan tahta untuk ananda
Dan didapuklah sang pangeran sebagai penerusnya

(Bersambung, kelanjutannya klik disini)


Balada Empat Raja (Bag. 2)


(Sambungan dari Bagian 1)

Credit: Andrew Shiva (wikipedia)

 #2 SALOMO

Syahdan telah bertumbuhlah putra Dawid
Bertumbuh menjadi junjungan kaum trah Yaakov
Menjadi raja sekaligus seorang nabi
Adalah dua sisi kepingan takdir sang penerus
Selaksa salam untuk Salomo bin Dawid...

Pemimpin yang bijak, pengadil yang arif
Ia tampakkan semua sedari belia
Tiadalah bimbang bagi Dawid
Kendati ditentang putra yang lebih tua
Kala si Abang merasa dicurangi sang adik
Dengki menjerumuskan Absalom dalam petaka
Keadilan mengangkat Salomo sebagai Amir
Pewaris tahta dari sang penakluk raksasa

Sambutlah Salomo, penguasa lintas dimensi
Bergelimang harta tak terbatas materi
Hulubalangnya tak cuma prajurit terdidik
Burung-burung dan bangsa Jin pun menjadi abdi
Siap sedia dibawah panji sang nabi

Adakah raja yang menandingi marwahnya?
Gelimang kekayaan tak sebatas harta dan tahta
Juga keluhuran hati dan kejernihan jiwa
Bagaimana tak tergetar hati Ratu Saba
Kala pesona raja menuntun ke dalam hidayah-Nya
Seketika itu pun semesta satukan mereka
Dan memadulah mereka seperti Adam dan Hawa
Dua hati, dua penguasa, satu ikatan jiwa

Segenap salam untuk Salomo di tanah Kanaan
Hidup bergelimang kekayaan dan kekuasaan
Berpadu mukjizat dan derajat keimanan
Hingga Tuhan memanggilnya pulang ke ribaan
Dalam senyap berpegang tongkat di tangan
Ia menutup hayatnya dalam kedamaian

(Bersambung, kelanjutannya klik disini)


Balada Empat Raja (Bag. 1)





Kali ini ku kisahkan hanya kepadamu semata
Ku tulis dalam bingkai bait-bait berima
Tentang empat penguasa dalam sejarah dunia
Empat penguasa yang paling adikuasa
Sejak kali pertama manusia mengenal aksara

#1 NIMROD

Seiring waktu berjalan mengekori rotasi Bumi 
Pasca peristiwa banjir bandang nan epik
Generasi-generasi baru lahir silih berganti
Perlahan-lahan menjauhi kaki Gunung Judi
Menjalari sudut-sudut bumi bagai darah mengaliri nadi
Membuka ladang-ladang baru kehidupan insani

Adalah Namrud bin Kan'an bin Kush bin Ham
Maharaja pertama peradaban baru Bani Adam
Maharaja Diraja Babilonia Lama
Saat mercusuar dunia ada di tanah Mesopotamia

Seorang Raja yang lahir dari rahim istrinya
Ayahnya mati sejak tangis pertamanya menggema
Ketampanan, kecerdasan dan kecakapan
Berpadu sempurna dalam dirinya
Sang Dewa Anggur yang ingin melebihi Pencipta-Nya

Baginya dunia ini miliknya
Baginya rakyat adalah umatnya
Baginya kemustahilan adalah dusta
Maka ia menantang Pencipta-Nya

Ia bangun menara tertinggi dari yang tertinggi
Sebagai rambu untuk yang mau menyaingi
Jangankan kumpulan prajurit-prajurit terbaik
Kekuatan alam pun berani ia kangkangi!

Maka tatkala Bapak para Anbiya tiba
Sebagai pelita penerang kegelapan dunia
Ia menemui lawan yang tak pernah dipikirnya
Seorang sahaya berani menentang kuasanya!

Dan tertawalah ia dalam kepongahan
Dipikirnya dunia sedang mencandainya
Sama sekali tak terlintas dalam pikirnya
Bahwa candaan yang ia kira
Sedang menggali kuburan untuknya

Ia sambut tantangan dengan suka cita
Maka Tuhan pun menurunkan bala-Nya
Segerombolan makhluk terbang dari angkasa
Yang hanya terdiri dari sekumpulan makhluk "lemah"

Meski hanya gerombolan makhluk lemah 
Nyatanya mereka membuktikan ia betul-betul lemah
Tatkala satu dari gerombolan masuki ceruk inderanya
Maka sang Rajalah yang ternyata lebih lemah

Derita sang Raja membelah siang malam
Dipanggilnya orang-orang terpercaya
Guna mengakhiri deritanya
Dan sampailah pada sebuah hantaman di kepalanya
Dari seorang yang diperintah sendiri olehnya

Makhluk lemah itu pun keluar dari kupingnya
Kini sang Raja telah menyudahi deritanya
Tapi bersamaan dengan itu pula
Hidup sang Raja turut berakhir untuk selamanya

Lantas siapa gerangan makhluk lemah itu?
Ia seekor Nyamuk
Ya, Raja Namrud yang besar itu
Mampus oleh seekor Nyamuk

(Bersambung, kelanjutannya klik disini)


Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...