Selasa, 27 Desember 2016

Mengejar atau Memuja Mimpi?

Mimpi. Pernahkah anda memilikinya? Atau anda sedang memilikinya? Oops, tunggu dulu. Mimpi yang dimaksud disini bukan bunga tidur. Tapi mimpi yang dimaksud adalah alasan dibalik hasrat kita dalam melakukan berbagai upaya. Mengapa kita bermimpi? 

Pixabay
Secara turun-temurun, bangsa kita percaya bahwa tiap manusia dianugerahi tiga kemampuan dasar (tridaya) dalam menjalani perannya sebagai individu. Ketiga kemampuan dimaksud adalah cipta, rasa dan karsa. Cipta merupakan kemampuan manusia untuk memunculkan suatu ide/gagasan dalam pikiran yang sifatnya brand new. Sesuatu yang sebelumnya belum ada, belum terpikirkan, menjadi ada dan bergelayut dalam pikiran.

Daya cipta telah memunculkan sesuatu dalam diri kita. Entah berupa pemikiran yang berkecamuk dalam kepala, perasaan yang terpendam dalam diri kita, atau segala hal tak kasat mata yang hanya ada dalam diri kita, dan cuma kita pula yang memahaminya. Mengapa kita merasakannya? Tentu karena kita memiliki daya rasa. Kemampuan untuk merasakan segala yang menghampiri kita, entah muncul dalam diri maupun dari luar. Sebuah ungkapan emosi yang berangkat dari apa yang dirasa, baik lahir maupun batin. 

Terakhir adalah karsa. Dimana karsa ini merupakan daya manusia yang menentukan seberapa besar kemauan manusia dalam mewujudkan/menyalurkan apa yang telah tercipta dan ia rasakan dalam dirinya. Dari daya ini pula muncul apa yang kita kenal dengan istilah “hasrat”. Hasrat timbul dalam diri untuk melakukan segala upaya yang menghasilkan output dari daya cipta dan rasa yang mendahuluinya.

Hasrat ini pula yang menjadi energi untuk mengejar semua yang kita inginkan. Apapun yang kita inginkan, baik berupa gagasan, ucapan, target, kehendak, tindakan, pernyataan sikap, dan tak ketinggalan pula sesuatu yang tengah kita bahas: impian. Ya, impian. Bentuk lanjutan dari gagasan berupa mimpi. Dengan mimpi, manusia seperti memiliki peta petunjuk jalan yang mengarah pada target yang diinginkan, sedangkan hasrat ibarat kendaraan yang mengantar manusia mengarungi jalan menuju targetnya. 

Sekiranya kita sudah cukup akrab mendengar jargon-jargon semacam “mengejar mimpi”, “menjemput impian”, “kejarlah cita-citamu”, dan masih banyak lagi yang maknanya sama: positif! Benar, banyak sekali ungkapan/kutipan tentang semangat dalam mewujudkan mimpi. Tentu saja dalam prakteknya tak berhenti pada kalimat-kalimat heroik belaka. Dibutuhkan upaya nyata, baik berupa tindakan maupun keputusan yang diambil seseorang untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.  
Pixabay

Ada berbagai macam upaya yang dilakukan manusia dalam merealisasikan mimpinya. Mulai dari yang teringan, terberat, termudah, tersulit, tercepat, terlama, bahkan dari yang wajar hingga yang tak wajar. Semua bergantung pada seberapa besar hasrat seseorang dalam mengejar mimpinya. Bukan hal yang salah pula seseorang berusaha mewujudkan impiannya, selama tidak merugikan orang lain tentunya. Ini berlaku untuk semua, termasuk kita.

Namun satu-satunya pertanyaan yang muncul, siapkah kita pada berbagai kemungkinan yang diperoleh dari usaha kita? Bisa saja kita jawab Ya, atau Tidak/Belum. Tapi jawaban yang paling nyata adalah sikap kita ketika waktu itu benar-benar tiba. Bagaimana sikap kita ketika benar-benar berhasil, atau benar-benar gagal ketika usahanya mencapai fase akhir di ambang target. 

Ada dua indikator seseorang itu disebut siap. Pertama, ketika ia berhasil mewujudkan mimpinya tetap stay in control, tidak melakukan selebrasi yang berlebihan (tetap gembira tapi masih dalam kewajaran), dan bersyukur baik dalam ucapan maupun tindakan. Kedua, ketika ia gagal merealisasikan mimpinya, meskipun sedih tapi tidak berlebihan, tidak mencari kompensasi lain yang merugikan, dan berusaha move on mencari peluang dan harapan baru.  

Sedangkan seseorang tidak dikatakan siap dengan segala kemungkinan jika ia berhasil mewujudkan mimpinya, keberhasilan itu menjadi escalator yang meninggikan hatinya, sehingga pandangannya terus keatas dan lupa akan masa-masa saat ia dibawah, serta lupa pula bahwa keberhasilannya tak lain karena kehendak Tuhan. Seseorang juga dikatakan tidak siap ketika ia gagal merealisasikan impiannya, seketika itu pula ia terpuruk jatuh dalam liang kesedihan tak berujung. Ia butuh waktu lama untuk move on karena merasa dunia seperti sudah berakhir karena kegagalannya dalam mewujudkan mimpi.


Pixabay
Dari dua jawaban diatas pula dapat diketahui seseorang itu pengejar mimpi atau pemuja mimpi. Apa bedanya pengejar dan pemuja? Tentu saja ada bedanya. Jika seseorang itu masuk kategori siap dengan segala kemungkinan yang terjadi, maka ia pun termasuk pengejar mimpi. Karena pengejar mimpi masih didominasi oleh rasionalitas dalam memandang apa yang diimpikan.

Sebaliknya, jika ia tidak siap dengan segala kemungkinan, maka ia termasuk dalam pemuja mimpi. Karena dilihat dari sikapnya dalam menanggapi hasil yang diperoleh, maka tampaklah bahwa ia menaruh impiannya itu diatas segalanya. Kedudukan impiannya melebihi semua harapan yang ia miliki, sehingga tak ada pilihan lagi selain apa yang menjadi impiannya itu. Dan kegagalan yang ia peroleh merupakan kerugian terbesar dalam hidupnya. Sikap inilah yang perlu dihindari dalam usaha meraih mimpi. Maka jadilah pengejar mimpi, bukan pemuja mimpi. 

Demikian sekelumit tulisan saya ini, mohon maaf bila ada kekurangan baik dari segi teknis maupun substansi. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang membaca. Keep dreaming, keep fighting, and don’t forget for praying…



Selasa, 20 Desember 2016

La Cita (12.2.a)

"Ada dua macam pejuang yang paling kuat, yaitu kesabaran dan waktu." 

- Leo Tolstoy -


Selasa, 15 November 2016

Nostalgia Timnas di Piala Tiger 2004 (sekarang Piala AFF)

Sebetulnya saya sudah sejak lama vakum mengikuti perkembangan sepakbola, baik lokal maupun mancanegara. Namun dengan keikutsertaan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2016 (sekaligus debut ajang internasional pasca sanksi FIFA), memori saya diingatkan kembali pada momen kala Timnas tampil di ajang tersebut tahun 2004. Kala itu turnamen sepakbola antar negara ASEAN dimaksud masih bernama Piala Tiger. Mengapa Piala Tiger 2004? Karena sepanjang pengamatan saya pada sepak terjang Timnas Indonesia, penampilan di Piala Tiger 2004 adalah yang terbaik…

Jelang turnamen
Sebelum tampil di Piala Tiger 2004, Tim Garuda bisa dibilang tak punya waktu persiapan yang cukup. Bahkan masa TC mereka jauh dari kata ideal untuk membentuk sebuah Tim Nasional yang tangguh. Alasannya tak lain adalah kompetisi liga domestik yang padat (dan molor) kala itu. Meskipun tidak punya waktu untuk menghelat pertandingan uji coba internasional, kebetulan saat itu Timnas sedang menjalani kualifikasi Piala Dunia 2006 Zona Asia. Maka dijadikanlah sisa laga kualifikasi Piala Dunia (yang sudah tak lagi menentukan) sebagai “uji coba” Tim Merah-Putih jelang tampil di kejuaraan ASEAN.
Ada dua pertanding sisa kualifikasi Piala Dunia yang dijalani, yakni melawan Arab Saudi dan menghadapi Turkmenistan. Keduanya sama-sama dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, dan sama-sama pula berakhir dengan skor 3-1. Bedanya, skor 3-1 yang pertama adalah kemenangan Arab Saudi, sedang sisanya adalah kemenangan Timnas sekaligus penutup rangkaian pertadingan Kualifikasi Piala Dunia yang dijalani selama 2004.
Namun perlu digarisbawahi, bahwa pertandingan melawan Arab Saudi yang disebut tadi merupakan momen yang special. Bukan karena hasil akhirnya, tapi pada pertandingan itulah seorang pemuda Papua berusia 18 tahun mencatatkan debutnya bersama Tim Merah-Putih di ajang internasional. Dialah Boaz Theofilius Erwin Solossa, pemain yang kelak menjadi bintang andalan Timnas Indonesia. Meski tidak mencetak gol di pertandingan debutnya, penampilan striker asal Sorong itu mampu memukau sekaligus memberikan harapan baru kepada Timnas dan para pecinta sepakbola tanah air.
Dipilihnya nama Peter Withe sebagai juru taktik Timnas pasca Piala Asia 2004 turut memberi warna tersendiri bagi Timnas. Pasalnya kala itu pula, nama Peter Withe telah dikenal sebagai pelatih sukses di Asia Tenggara karena mampu membawa Thailand juara di 2 edisi Piala Tiger sebelumnya (2000 dan 2004), medali emas SEA Games 1999, semifinalis Asian Games 1998 dan berprestasi di Piala Asia 2000 dan Kualifikasi Piala Dunia 2002. Dibekali pemain-pemain bagus yang banyak memasuki usia emas, kehadiran Withe pun diharapkan memberi prestasi tinggi pula untuk sepak bola Indonesia.

Saat Turnamen
Maka Piala Tiger 2004 pun dimulai. Pertandingan perdana dijalani Indonesia menghadapi Laos. Pertandingan tersebut menjadi panggung pertunjukan bomber-bomber maut Garuda yang bermaterikan Ilham Jayakesuma, Elie Aiboy dan the rising star, Boaz Solossa. Tak tanggung-tanggung, gawang Laos digelontor 6 gol tanpa balas dan membuahkan poin penuh Indonesia di laga perdananya.
Source: bola.net

Sepanjang penyisihan grup Indonesia bak raksasa ngamuk yang tanpa ampun melumat lawan-lawannya. Selain Laos, Kamboja dan tuan rumah Vietnam turut menjadi korban keganasan Garuda yang dikapteni Ponaryo Astaman. Vietnam yang bermain sebagai tuan rumah, dibungkam tak berdaya di hadapan pendukungnya sendiri. Skornya pun cukup telak, 3-0. Penyisihan grup ditutup dengan kemenangan 8-0 Indonesia atas Kamboja. Dari 4 pertandingan penyisihan grup, Indonesia berada di puncak klasemen dengan mencatatkan 3 kemenangan, satu kali imbang dan menorehkan membukukan 17 gol tanpa kebobolan satu pun! Cuma Singapura satu-satunya tim yang berhasil mencuri poin dari Indonesia saat bermain imbang 0-0 di laga kedua penyisihan grup.
Memasuki fase knock out, ekspektasi dan optimisme terhadap Timnas semakin tinggi saja. Setelah keluar sebagai juara grup dengan torehan yang fantastis, Indonesia berhadapan dengan tim negeri jiran Malaysia di semifinal. Pertandingan babak ini (dan selanjutnya) menggunakan system home-away, dimana Indonesia bertindak sebagai tuan rumah di leg pertama. Bermain di Gelora Bung Karno, pertandingan Indonesia vs Malaysia disesaki pendukung Garuda di tribun penonton. Baru 5 menit permainan berjalan, Kurniawan Dwi Yulianto membuat stadion bergemuruh setelah sundulan akuratnya menjebol gawang Harimau Malaya sekaligus membuka skor untuk tuan rumah Indonesia.
Sayangnya gol tersebut menjadi satu-satunya gol yang diciptakan Indonesia di pertandingan itu. Dan hasil yang didapat pun di luar dugaan. Indonesia justru kalah di kandang sendiri melawan Malaysia di leg pertama semifinal Piala Tiger 2004. Hasil ini praktis memperberat peluang Boaz Solossa dkk. untuk bisa lolos ke babak puncak. Mau tak mau mereka harus menang pada leg kedua di kandang lawan!
Maka selajutnya pertandingan semifinal leg kedua dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan beban mengejar defisit kekalahan 1-2 di Jakarta, babak Final serasa cukup jauh dari harapan. Dan harapan itu semakin kabur setelah Malaysia mencetak gol di pertandingan itu dan membuka skor 1-0. Alhasil, Indonesia harus mengejar defisit 3 gol. Namun masuknya Kurniawan sebagai pemain pengganti di babak kedua agaknya memberi inspirasi baru untuk Timnas yang nyaris kehilangan harapan di pertandingan.
Source: wikipedia.org
Aksi Kurniawan yang membuahkan gol lewat sepakan kerasnya sekaligus menjadi trigger bangkitnya semangat Timnas untuk mengejar kemenangan. Terbukti setelah papan skor imbang 1-1, gol-gol lain untuk Timnas tercipta lewat sundulan Charis Yulianto, sepakan Ilham Jayakesuma dan aksi individu berkelas dari Boaz Solossa. Apa yang terjadi? Skor berakhir 4-1 untuk kemenangan Indonesia di kandang lawan, dan lolos ke babak puncak! Ini adalah pertandingan dengan hasil paling fantastis selama saya menyaksikan Timnas…
Benar saja. Kemenangan spektakuler itu mengantar Indonesia lolos ke Final. Dan lawan yang dihadapi adalah tim yang sudah tak asing lagi karena sebelumnya sudah bersua di penyisihan grup. Lawan yang dimaksud adalah satu-satunya tim yang berhasil mencuru poin dari Indonesia di penyihan grup, yaitu Singapura. Sama seperti babak semifinal, Indonesia kembali mendapat kesempatan tuan rumah di leg pertama Final.
Untuk keduakalinya Stadion Utama Gelora Bung Karno dipenuhi supporter-suporter yang mendukung Merah-Putih bertanding. Pertandingan berjalan antara kedua belah tim. Ekspektasi mengangkat trofi Piala Tiger untuk pertama kalinya kian membubung tinggi. Namun baru beberapa menit permainan berlangsung, gawang Indonesia dikejutkan oleh gol pemain naturalisasi Singapura.
Tertinggal satu gol membuat permainan Ponaryo Astaman cs. kian agresif. Namun gawang Hendro Kartiko lagi-lagi harus bobol sehingga skor menjadi 2-0 untuk tim tamu, dan bertahan hingga turun minum. Sebetulnya permainan Indonesia tidak buruk dalam pertandingan ini. Hanya saja Singapura lebih beruntung dan oportunis dalam memanfaatkan setiap peluang dan serangan balik. Babak kedua pun sama saja. Dominasi Garuda atas The Lions di lapangan harus pupus setelah Singapura mencetak gol ketiganya yang membuat Timnas mulai merelakan kekalahannya di kandang sendiri. Gol Mahyadi Panggabean di akhir pertandingan menjadi penutup drama leg pertama final yang berakhir 3-1 untuk kemenangan Tim Singa.
Pertandingan selanjutnya sekaligus laga pamungkas dihelat di kandang Singapura. “Gol hiburan” Mahyadi Panggabean saat memperkecil skor jadi 1-3 di Jakarta lalu dijadikan modal Timnas untuk bangkit. Bukan tanpa alasan mengingat pada semifinal Indonesia juga kalah di kandang tapi mampu bangkit dan menang saat bertandang. Namun pertandingan leg kedua final Piala Tiger 2004 agaknya menjadi titik klimaks penampilan Garuda. Babak pertama berakhir dengan keunggulan 2-0 untuk tuan rumah Singapura.
Pertandingan babak kedua hanya menjadi menit-menit hitung mundur resminya gelar juara Piala Tiger untuk Singapura. Meskipun tetap memberi perlawanan sengit, Indonesia hanya mampu menambah satu gol sekaligus menjadi gol terakhir Timnas di turnamen tersebut. Peluit panjang dibunyikan sebagai tanda berakhirnya pertandingan final leg kedua. Skor 2-1 untuk Singapura menjadikan Tim Singa keluar sebagai Kampiun ASEAN 2004, setelah unggul agregat 5-2 atas Indonesia. Bagi Indonesia, hasil ini adalah hattrick mereka sebagai runner up kejuaraan itu setelah sebelumnya mendapat hasil yang sama pada edisi 2000 dan 2002.

Pasca tunamen
Meskipun (kembali) gagal mengangkat trofi juara, Tim Indonesia tetap mendapat sanjungan yang tinggi. Saya mendapat beberapa catatan dari penampilan impresif Timnas saat itu, berikut uraiannya.
ü  Di level individu Indonesia mendapat gelar top scorer (pencetak gol terbanyak) melalui striker Ilham Jayakesuma (7 gol). Gelar ini adalah yang ketiga kali berturut-turut diraih pemain Indonesia setelah sebelumnya Gendut Doni  (2000) dan Bambang Pamungkas (2002) mendapat gelar serupa.
ü  Nama Boaz Solossa kian melambung namanya di kancah sepak bola setelah turnamen ini
ü  Kombinasi Boaz Solossa, Ilham Jayakesuma dan Elie Aiboy menjadi kombinasi paling maut yang pernah dimiliki Timnas sepanjang sejarah keikusertaan Piala AFF.
ü  Selain trisula Boaz-Ilham-Elie, peran bek sayap Ismed Sofyan dan Ortizan Solossa turut menjadi alasan diseganinya serangan Timnas lewat sayap.
ü  Sosok Peter Withe sebagai pelatih tim tentu memegang peranan penting di balik layar penampilan impresif Timnas di Piala Tiger 2004. Ia dikenal sebagai pelatih yang pandai memotivasi pemain. Pasca turnamen, Withe memperkenalkan pola 4-4-2 kepada sepakbola Indonesia yang sebelumnya akrab dengan pakem 3-5-2.
ü  Rekor gol Timnas 17-0 sepanjang penyisihan grup belum ada yang menyamainya sama sekali sampai mejelang Piala AFF 2016 (saat catatan ini dibuat).
ü  Setelah berakhirnya Piala Tiger 2004, Timnas senior bisa dibilang vakum dari ajang resmi sepakbola internasional sepanjang 2005-2006. Sebetulnya ada kualifikasi Piala Asia 2007, namun karena Indonesia bertindak sebegai salah satu tuan rumah, maka sudah seharusnya otomatis lolos tanpa melewati kualifikasi.
ü  Butuh 3 edisi tunamen pasca 2004 bagi Timnas untuk bisa kembali merasakan babak puncak turnamen. Ini terjadi pada Piala AFF 2010 dimana Timnas kembali melaju hingga Final sebelum dihentikan Malaysia dan kembali menjadi runner up untuk keempat kalinya di ajang tersebut.
ü  Meskipun penampilan Timnas di Piala AFF 2010 tergolong impresif dan mendapat apresiasi banyak kalangan, bagi saya Timnas edisi Piala Tiger 2004 tetap yang terbaik. Semoga tak perlu menunggu waktu lama lagi untuk melihat performa Timnas yang impresif dan mampu memberi kebanggaan lewat prestasi-prestasi gemilang...

Bonus Video (Youtube)


Kamis, 10 November 2016

La Cita (12.1.z)

"Kemerdekaan satu negara, yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa-harta-benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga." 
- Jenderal Sudirman -

Minggu, 30 Oktober 2016

Tentang Objektivitas

Apalah arti objektif
Bila semua yang kita yakini bersifat subjektif
Lantas apakah yang kau sebut "objektif" 
Benar-benar bersifat objektif?

"Kau harus objektif kawan..."
Kata-kata lantang yang sering lembut diucapkan
Lantas apakah kau seorang yang objektif?
Hmm.. cobalah sejenak 'tuk pikirkan

Tiada yang salah dengan terma "objektif"
Sebutir kata dengan segenap makna yang baik
Nahasnya, yang baik itu belum tentu benar...
Sekalipun benar dalam konteks gramatikal

Ketika kau sebut objektivitas itu kebenaran
Maka ingatlah bahwa kebenaran itu subjektif!
Dan ketika kau mengaku-ngaku objektif
Maka dirimu itulah subjektivitas yang masif..

Karena apa-apa yang kau pikirkan
Apa-apa yang kau inginkan
Dan apa-apa yang kau wujudkan 
Semua berpangkal dari subjektivitasmu
Dan subjektivitasmu berpangkal dari egomu

Kita tak bisa berbuat objektif kawan..
Karena ia hanya ketiadaan yang diada-adakan
Lantas apa yang dapat kita perbuat, kawan..
Ketika sang waktu memaksa 'tuk menyikapi keadaan?

Jawabnya adalah keadilan, kawan..
Karena ia berpangkal dari kebijaksanaan
Dan kebijaksanaan berpangkal dari nurani
Dimatangkan oleh logika atas sebuah kelaikan
Dan mengkristal dalam tindakan-tindakan

Timbanglah semua dengan aspek-aspek yang berperan
Hindari berat sebelah, mulailah adil sejak dalam pikiran
Ya, adil sejak dalam pikiran
Seperti kata Pram

Jakarta, 30 Oktober 2016
Written by: Ali-aliyonk

Jumat, 28 Oktober 2016

Sumpah Mahasiswa Indonesia

Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah:
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan

Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah:
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan

Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah:
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan



Selasa, 27 September 2016

Nafas Imaji

Fikiran statis tak dinamis
Fokus pun beku macam es batu
Tatapan kosong menerawang hampa
Namun tajam menawan bayang

Imaji bukan lagi sekedar mimpi
Bukan pula penghibur sepi
Kiranya ia tak ubahnya zat asam
Dimana nafas berhembus lega darinya

Dan aku ini adalah pemujamu
Mengejarmu adalah hasrat hidupku
Bagiku
Kau adalah awal dan akhir sebuah cerita
Dan aku adalah lakon di segala chaptermu
Karena ku tahu
Kau adalah agen Tuhan petunjuk hidupku

Menatapmu, menyapamu
Lalu kau lari menantang kejarku
Kau mainkan pikirku dengan lihaimu
Menggugah akal dan ikhtiarku padamu
Meraihmu, muara dari segala harapku

Jakarta, 26 September 2016
Written by: Ali-Aliyonk



Senin, 12 September 2016

La Cita (12.1.y)

"The happiest people do not necessarily have the best things, they simply appreciate the things they have."
           - Warren Buffett - 

Jumat, 19 Agustus 2016

Sajak Binatang Jalang

 
Pixabay

Selamat malam binatang jalang
Ya, binatang jalang yang nyata
Bukan di puisi "aku" karya Khairil Anwar
Meski mungkin kau memang datang
Dari kumpulan yang terbuang

Kuakui hadirmu membuyarkan sepiku
Datang tetiba tanpa siulan dariku
Bernafaskan lapar yang tak menentu
Memelas manja pancarkan harapmu
Demi secuil tulang sisa makan malamku
Sepulang lemburku yang menyita waktu

Entitasku tentu tak sama dengan entitasmu
Aku hanya manusia dan kau cuma hewan
Tampilan ragawi adalah unsur pembeda kita 
Yang mutlak tanpa debat argumen kata

Namun kita adalah satu dalam hakekat
Kau punya kekurangan, begitupun aku
Tapi kau ingin dihargai, begitupun aku
Kau ingin dikasihi, begitupun aku
Dan kau tak mau disakiti, begitupun aku
Karena seperti ku katakan sebelumnya padamu,
Kita satu hakekat sebagai makhluk-Nya

Teringat aku akan sosok Leonardo da Vinci
Si jenius universal yang gila itu
Ihwal kata-katanya yang mahsyur
Bahwa segala sesuatu 
Saling berpadu kait dengan sesuatu yang lain

Ya, entah sadar ataupun tidak
Kau dan aku saling menyatu 
Dalam harmoni ekosistem kehidupan
Dimana terjalin berbagai simbiosis di dalamnya,
Atraksi keindahan taman sari takdir-Nya

Kita ini hanyalah komponen terkecil
Yang bermain peran dalam sandiwara kosmik
Lewat dunia dan durasi hidup masing-masing
Dalam naungan garis-garis besar haluan-Nya

Lantas, hanya kepada-Nya lah
Gusti Yang Maha Nirmala
Kelak kita 'kan berpulang


Jakarta, 19 Agustus 2016
Written by: Ali-Aliyonk

Rabu, 17 Agustus 2016

La Cita (12.1.x)

"Revolusi melahirkan negara, negara menjalankan amanat revolusi, rakyat berlindung pada negara."
- Moh. Yamin -

Minggu, 14 Agustus 2016

Tim Terbaik Gli Azzurri Abad XXI (2001-2016)

Italia adalah salah satu negara dengan prestasi sepakbolanya yang mendunia. Sepak bola (Calcio) telah memberikan 4 (empat) gelar juara Piala Dunia dan 1 (satu) gelar juara Piala Eropa untuk negeri semenanjung itu. Selain memang karena calcio merupakan olahraga terpopuler di masyarakatnya, pembinaan sepak bola disana juga berjalan secara sistematis dan terstruktur dalam berbagai jenjang usia. Meskipun kerap tersandung skandal pertandingan di kompetisi domestik (calciopoli) dan sempat mandeknya produksi pemain-pemain berbakat usia muda, tetap saja Italia diakui sebagai salah satu negara sepak bola yang diperhitungkan di kancah internasional.
Sepak terjang Timnas Sepak Bola Negeri Pizza pun terbilang unik. Pasang surut prestasi mereka berputar dalam siklus, dimana setiap 6 tahun sekali (sejak Piala Dunia 1994) mereka selalu melaju hingga babak Final turnamen yang diikuti. Pembahasan mengenai siklus yang dimaksud pernah saya tulis di postingan siklus-sepakbola-jerman-dan-italia, tahun 2015 lalu.
Nah, pada kesempatan ini saya mencoba untuk menyusun formasi tim berjuluk Gli Azzurri itu, yang bermaterikan pemain-pemain terbaik yang sedang atau pernah menghiasi skuad Italia di millennium ketiga ini (2000-2016). Langsung saja, berikut susunan timnya  dengan skema 3-4-1-2.

1.       Kiper


Posisi pertama tentu adalah Penjaga Gawang yang saya berikan kepada kapten Azzurri 2014-2016, Gianluigi Buffon. Penjaga gawang Juventus yang kabarnya akan pensiun 2018 ini adalah salah satu penjaga gawang terbaik di dunia. Memulai debut di Timnas sejak 1997, portiere berjuluk superman ini bukan hanya hebat dalam menjaga gawangnya, tapi juga memiliki leadership yang kuat pula.

2.       Belakang

Untuk mengisi 3 bek di depan Buffon, saya memasang trio Fabio Cannavaro, Paolo Maldini dan Alessandro Nesta.

Fabio Cannavaro adalah salah satu center-back kelas dunia andalan Italia. Posturnya tidak terlalu tinggi untuk bek negara-negara Eropa (175 cm), akan tatapi sangat lugas dan pandai dalam penempatan posisi. Dialah kapten Azzurri saat merebut trofi Piala Dunia 2006, sekaligus menjadi pemain terbaik di tahun yang sama. Sepanjang karirnya ia memperkuat sejumlah tim papan atas seperti Parma, Internazionale Milan, Juventus dan Real Madrid.


Paolo Maldini adalah ikon AC Milan yang menjadi kapten di klub tersebut maupun Timnas di masanya. Pemain yang pensiun pada 2009 itu adalah sosok kharismatik yang tangguh dalam menjaga wilayah pertahanannya. Selain bek tengah, posisi bek sayap juga akrab dilakoni oleh pemain yang gantung sepatu di usia 40 tahun itu.


Sama halnya Maldini dan Cannavaro, nama Alessandro Nesta masuk dalam daftar bek tertangguh di dunia. Pemain yang sempat menjadi ikon Lazio itu adalah langganan Timnas Italia sejak Piala Dunia 1998 sebelum mengundurkan diri dari Timnas pasca Piala Dunia 2006. AC Milan adalah klub yang paling lama menggunakan jasa bek asal Roma itu sebelum akhirnya hijrah ke Liga Amerika Serikat di penghujung karirnya. Bersama Maldini dan Cannavaro, Nesta menjadi komponen penting yang menjadikan Italia sebagai Tim dengan pertahanan terbaik di dunia.

3.       Tengah

Lini tengah tim yang saya susun tidak semuanya diisi gelandang. 4 pemain di lini vital ini diisi Christian Panucci yang berperan sebagai bek sayap kanan, Gennaro Gattuso dan Andrea Pirlo sebagai gelandang penyeimbang timn serta Gianluca Zambrotta sebagai bek sayap kiri.


Christian Panucci adalah pemain yang biasa berperan sebagai bek kanan. Namanya kerap menghiasi skuad Azzurri dibawah asuhan Dino Zoff dan Giovanni Trapatoni. Sempat absen di Piala Dunia 2006, muncul kembali di Euro 2008 saat Italia dilatih Roberto Donadoni. Dengan kemampuan bertahan dan menyerang sama baik, plus ditunjang segudang pengalaman, Panucci menjadi sosok andalan Italia di sisi kanan pertahanan.


Selanjutnya posisi gelandang "pengangkut air" diisi oleh Gennaro Gattuso. Bagi para Milanisti, sosok Gattuso pasti sudah akrab sebagai sosok yang keras, baik gaya bermain maupun temperamen. Kemampuan tackling dan keuletannya dalam merebut bola sangat ampuh dalam memutus alur serangan lawan di lini tengah. Berkat tipikalnya yang keras dan penuh tenaga, julukan il rhino (si badak) pun disematkan padanya.


Sebagai kompatriot Gattuso di lini tengah, pilihan saya jatuhkan pada Andrea Pirlo. Ya, Pirlo adalah duet sehati Gattuso baik di Milan maupun Timnas Italia. Sang metronom yang akrab dengan rambut gondrongnya ini adalah sosok sentral yang seolah sulit digantikan dalam tim. Kemampuannya dalam bertahan diimbangi secara sempurna dengan kelihaiannya memberikan umpan-umpan akurat sebagai pengawal serangan tim. Vitalnya peran yang diemban sang metronom membuatnya terus dipercaya memperkuat Timnas, bahkan hingga memasuki usia senjanya dalam karir sepak bola.


Posisi bek sayap kiri diisi oleh pemain yang pernah memperkuat Juventus, Barcelona dan Milan: Gianluca Zambrotta. Sejatinya pemain ini adalah gelandang. Namun seiring kebutuhan tim, ia mampu mengemban tugas sebagai bek sayap yang impresif. Ia mahir bermain di sisi kanan maupun kiri pertahanan dengan sama baiknya, hingga menjadi andalan di posisi bek sayap di klubnya maupun Tim Nasional.

4.       Depan

Lini depan terdiri dari 1 penyerang lubang yang berdiri di belakang 2 striker murni. Posisi yang dalam sepak bola Italia disebut Fantasista ini diisi oleh sang Pangeran Roma, Francesco Totti. Adapun duet striker di depannya adalah Alessandro Del Piero dan Christian Vieri.



Posisi Fantasista memang akrab dengan Francesco Totti. Di posisi ini, Totti bebas berkreasi mengeskplor pertahanan lawan dengan skill-nya yang sangat mumpuni. Il Principe memang telah mengundurkan diri dari Timnas sejak 2006. Akan tetapi di klubnya, AS Roma, ia tetap menjadi ikon tak tergantikan dalam tim. Bahkan ia masih terus bermain dan menjadi andalan di usia yang nyaris kepala empat, tanpa kehilangan taji dan wibawanya sebagai simbol tim yang bermarkas di ibukota Italia itu. Fantastis…


Kemudian penyerang yang pertama adalah Alessandro Del Piero. Sama halnya Totti, Del Piero sudah menjadi simbol di tim yang membesarkan namanya, Juventus. Ban kapten tim pun begitu awet di lengannya selama berseragam Juventus, sebelum akhirnya pindah ke Liga Australia di penghujung karirnya. Namanya pun kiranya akan abadi di benak setiap Juventini.


Terakhir, pemain yang berduet bersama Del Piero di depan Totti adalah penyerang bertubuh besar, Christian Vieri. Pemain yang akrab dipanggil Bobo itu berada di puncak karirnya saat memperkuat Internazionale Milan. Di timnas pun ia turut diandalkan dalam membobol gawang setiap lawan yang dihadapi Gli Azzurri. Dengan postur tinggi besar, plus produktivitasnya dalam mencetak gol, Vieri seperti monster yang selalu menjadi ancaman pertahnan lawan manapun.

Pelatih


Belum lengkap rasanya jika menyusun sebuah tim tanpa disertai pelatihnya. Bertindak sebagai juru taktik, saya sempat mempertimbangkan Giovanni Tapattoni sebagai allenatore tim yang saya susun. Alasannya karena Mr. Trap adalah pelatih yang paling banyak mengoleksi gelar scudetto sepanjang karirnya. Akan tetapi ia tercatat gagal saat menangani Timnas Italia 2000-2004. Akhirnya pilihan saya jatuhkan pada sosok yang mengarsiteki tim Italia saat juara dunia 2006, Marcello Lippi. 
Alasannya pun simpel dan jelas: dialah yang membangun dan mengasuh tim Italia di bawah bayang kelabu Calciopoli 2006 hingga menjadi kampiun dunia.


Formasi
3-4-1-2

Gianluigi Buffon


Fabio Cannavaro                         Paolo Maldini (c)              Alessandro Nesta

     


Christian Panucci           Gennaro Gattuso          Andrea Pirlo          Gianluca Zambrotta
                                                                                                                                                                    

                                                                    Francesco Totti
          


                                Alessandro Del Piero                                     Christian Vieri
                                                                                                                                                     



Coach: Marcelo Lippi              




Sumber Gambar: Wikipedia

Jumat, 08 Juli 2016

La Cita (12.1.w)

"There are three classes of people: those who see, those who see when they are shown, and those who do not see ."
             - Leonardo da Vinci - 


Rabu, 22 Juni 2016

(Menatap) Jakarta


Pixabay

Aku di kotamu, Jakarta...
Megapolitan dunia di rantau nusantara
Sebelas juta jiwa
Sebelas juta cerita
Pernah sayup terdengar dari mereka
Pesonamu cuma uang dan uang
Adakah uang-uang itu memancarkan gaya?
Gaya magnet yang menarik mereka
Untuk datang berkalang mimpi dan asa
Memenuhi kotamu yang bersimbah asam arang?

Kiranya ini takdir yang terbentuk
Sekalipun kau sembunyi di cerukan teluk
Tapi selat strategis tak jauh darimu
Jalur ramai kapal dari segala penjuru
Dan ceruk teluk liang sembunyimu
Justru itulah yang kapal-kapal itu buru
Sejak zaman yang sudah sangat dulu
Selepas masa Karang Antu

Jakarta, di kotamu ini dulu
Berabad-abad yang telah berlalu
Orang-orang barat singgah di tanahmu
Berdagang sembari berkoloni 
Bernafaskan nafsu imperialistis menggebu
Menguasai hajat seluruh pewaris sahmu

Tidakkah kau ingat?
Ketika sang Pangeran terusir dari singgasana
Bersembunyi di hutan jati pinggir sungai
Lalu membangun harapannya kembali
Sembari lanjutkan ikhtiarnya yang suci?

Atau tidakkah kau ingat?
Peristiwa epik ratusan tahun silam
Ketika laskar-laskar berpanji Mataram
Bersimbah darah bertaruh nyawa
Di medan laga Sungai Marunda?

Mereka semua
Rela pertaruhkan itu semua
Dengan tujuan yang sama:
Membebaskan tanahmu yang mulia 
Dari belenggu pasung para penjajah!

Kaulah saksi bisu, yang paling sejati
Rangkaian momen heroik putra-putri pertiwi
Sebagai martir-martir revolusi
Berjiwa gelora determinasi tak bertepi
Hingga tibalah kemerdekaan di suatu hari
Yang kemudian kita nikmati sampai hari ini

Jakarta, kulihat kotamu kini telah menggila...
Terlena pembangunan masif merajalela
Berpacu iringi arus zaman
Episentrum ekonomi dan "seni segala kemungkinan"

Gedung-gedung pencakar mega
Jalan-jalan menjalar hingga sudut-sudut kota
By pass, underpass, fly over, rel dan lebuh raya
Dan jangan lupa proyek-proyek ambisius menggelora
Itulah rona wajahmu kini, Durian Besar...

Maafkan aku tak bermaksud antimodernitas
Tapi tak adakah yang mengingatkanmu
Bagaimana kabar sungai-sungaimu
Pesisir-pesisir pantaimu
Dimana hutan dan kebunmu yang dulu
Tidakkah kau muliakan bumimu
Serta budaya luhur pendahulu-pendahulumu?

Semoga tiada lupa atau masa bodoh darimu...
Karena semua ihwal jati dirimu
Jati diri sebuah ibukota
Dari negara yang berbhineka, berbudaya dan berketuhanan
Dan kau adalah cerminan
Maka janganlah sekali-kali kau nafikan

Tiada terlambat 'tuk sadar menghela
Kiranya semua akan mengamininya
Jadilah kau megapolitan madani dunia
Megapolitan yang humanis, asri dan berbudaya
Bukan cuma sarang hedonisme belaka


Cempaka Baru, 8 Juni 2016
Written by: Ali-Aliyonk


Minggu, 19 Juni 2016

Agama Terbaik di Dunia?

Ketika sesi reses sebuah acara diskusi tentang agama dan kebebasan, Dalai Lama mendapat pertanyaan yang menggelitik dari Leonardo Boff tentang agama apa yang paling baik di dunia. Leonardo sendiri adalah seorang tokoh renovator teologi pembebasan Amerika Latin yang berasal Brazil. Berikut dialog mereka, antara Leonardo (L) dan Dalai Lama (D):

L : “Menurut anda, agama apa yang terbaik di dunia ini?”

Leonardo berpikir jawaban yang akan ia terima adalah Buddha dari Tibet atau agama-agama timur yang usianya lebih tua dari Kristianitas.

D : (tersenyum seraya menatap Leonardo) “Agama terbaik di dunia adalah yang lebih mendekatkan diri anda pada cinta, yaitu agama yang membuat anda menjadi orang yang lebih baik.”

Sambil menutup rasa malu, Leonardo kembali bertanya.

L : “Apa tanda agama yang membuat kita menjadi lebih baik?”

D : “Agama apapun yang bisa membuat anda lebih welas asih, lebih berpikiran sehat, lebih objektif dan adil, lebih menyayangi, lebih manusiawi, lebih punya rasa tanggung jawab, lebih beretika, agama yang punya kualitas seperti yang saya sebut adalah agama terbaik.”

Leonardo terdiam sejenak dan terkagum-kagum atas jawaban yang bijak dan tak terbantahkan itu. Dalai Lama lalu kembali melanjutkan,

D : “Kawan, tak penting bagi saya apa agamamu, tak peduli anda beragama atau tidak. Yang betul-betul penting bagi saya adalah perilaku anda di depan kawan-kawan anda, di depan keluarga, lingkungan kerja, dan dunia.

Ingat, alam semesta akan menggaungkan apa yang sudah kita lakukan dan pikirkan. Hukum aksi dan reaksi tidak ekslusif hanya untuk ilmu fisika, melainkan juga untuk hubungan antarmanusia. Jika saya berbuat baik, akan menerima kebaikan. Jika saya jahat, maka saya pun akan mendapatkan keburukan yang sama.”

Menurut Dalai Lama, apa yang telah disampaikan nenek moyang kita adalah kebenaran murni. Dalai Lama lantas menegaskan.

D : “Anda akan mendapatkan apa saja yang anda inginkan untuk orang lain. Dan menjadi bahagia bukanlah persoalan takdir, melainkan pilihan.”

Dan akhirnya Dalai Lama menutup:

“Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu

Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu

Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu

Jagalah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu

Jagalah karaktermu, karena akan menjadi nasib/kammamu

Jadi, nasib/kammamu berawal dari pikiranmu, dan tak ada agama yang lebih tinggi daripada  kebenaran.”



Disadur dari: http://health.liputan6.com/read/2258491/agama-yang-paling-baik-di-dunia
                                              

Jumat, 10 Juni 2016

La Cita (12.1.v)

"Everyone just like the mosaic artwork. You can't value them by looking at only one part. You have to find the other parts by knowing them closer, by heart to heart, until you can see the full shape of its mosaic."
         - Aliyonk -

Rabu, 01 Juni 2016

(Penuturan) Kisah Bung Karno dibawah Pohon Sukun Pesisir Ende

"Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari... Di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung.., di sanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudera bergolak dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan berirama. Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinya. Pasang surut, namun ia tetap menggelora secara abadi. Keadaan ini sama dengan revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi kami, seperti juga samudra luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan hukum dari Yang Maha Ada."

Dari hasil kontemplasinya dibawah rindang Pohon Sukun tersebut, Bung Besar menemukan ilham yang beliau sebut "5 butir Mutiara". Kelak, 5 butir mutiara itu kita kenal (sampai hari ini) dengan nama Pancasila...


Sabtu, 28 Mei 2016

Bias Rasa

Apalah gerangan kau ini
Datang tetiba bak semilir angin
Merasuk pori-pori dada dan kepala ini
Racuni hati hingga relung teresapi
Akal sehatku lumpuh serasa mati

Membias rasa dalam diri
Perasaan macam apa ini?
Semu tanpa ada nilai
Tapi konstan bergelayut dalam diri
Liarkan imaji dalam savana sepi
Tanpa dapat kumaknai sama sekali

Sengaja aku datang kemari
Cuma untuk menelisikmu seorang diri
Dan konklusi yang kini kutegasi
Rasa ini bukan cinta, tapi obsesi!

Ya, ini urusan kau dan aku
Kau yang membenturku
Dengan sosok asing itu
Tanpa alasan dan rasionalitas yang patut

Apalah salahku duhai penjaja rasa
Kau tahu, dia dan aku tak ada apa-apa
Aku tak menanam apa-apa
Tapi kau yang semai dengan lancangnya
Memaksaku bermain-main tanpa logika
Kau tautkan simpul semu dalam kalbu yang hampa

Dan inilah waktuku 'tuk balas memaksa
Menggugatmu 'tuk ungkapkan kebenaran
Kebenaran yang nyata tanpa embel-embel "semoga"
Jikalau memang garis takdir kami sama
Tunjuklah bahwa itu nyata

Tapi jika itu palsu, tunjuklah pula!
Bawalah kembali rasionalitas yang kau sita
Karena sungguh tak pernah kuhendakinya
Aku tak mau permainkan rasa
Terlalu lugu hati ini 'tuk dimainkan
Terlebih terkait masa depanku seorang

Sekali lagi ku tekankan dengan tegas
Ini soal realitas
Bukan impian kosong yang tak jelas
Menuntun inangnya dalam sesat tak berbatas

Jakarta, 28 Mei 2016
Written by: Ali-Aliyonk

Senin, 02 Mei 2016

La Cita (12.1.u)

"Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dari belakang seorang Guru harus memberikan dorongan dan arahan."
          - Ki Hadjar Dewantara -

Sabtu, 30 April 2016

Sajak Personalitas

 
Pixabay

Aku bukan apa yang ku perbuat
Aku bukanlah tutur kata yang ku ucap
Aku bukan perangai yang kau lihat
Aku bukan pula apa yang mereka gunjingkan
Gila-gilaku pun bukan parameter baku akan ku

Kawan,
Aku adalah kamu...
Sosok yang cukup kau saja yang tahu


Jakarta, 30 April 2016
Written by: Ali-Aliyonk

Senin, 18 April 2016

La Cita (12.1.t)

"Relativity is the only rational answer to question of what the biggest absoluteness."

          - Aliyonk -

Sabtu, 09 April 2016

Monolog Kecantikan

Cantik itu permata
Atraksi pesona duniawi yang paling nyata
Cantik itu suci
Ia 'kan slalu dijaga dan dirawat bagai bayi
Cantik itu syahdu
Kerna ia bisa jadi sumber kedamaian kalbu

Cantik itu mewah
Kerna merawatnya, perlu daya nan melimpah
Cantik itu candu
Ketika orang  terus memujanya sepanjang waktu
Cantik itu bias
Karena ia hanyalah sebuah relativitas

Cantik itu karya
Kerna ia dipahat langsung oleh sang Pencipta
Cantik itu adiluhung
Kerna dibuat oleh Dzat Yang Maha Agung
Cantik itu berlian
Binar kilaunya memancarkan kemuliaan

Cantik itu api
Kobarannya menyulut cinta di dalam hati
Cantik itu kotak pandora
Godaannya bisa pula datangkan angkara
Cantik itu dusta
Kerna ia bisa jadi topeng kebusukan jiwa
Cantik itu tersembunyi
Jika ia berupa keluhuran hati

Cantik itu sempurna
Ketika pesona lahirnya
Dipadu keelokan hati empunya
Cantik itu fana
Kerna ia akan hilang seiring usia
Cantik itu drama
Darinya hadir kisah-kisah yang penuh romantika
Cantik itu siksa
Bagi bujangan yang terpana, 
tapi mustahil 'tuk dapatkan empunya


Jakarta, 9 April 2016
Written by: Ali-Aliyonk

Sabtu, 26 Maret 2016

Sajak Penulis

Kepada kalian para penulis
Ksatria-ksatria sunyi
Orator-orator intuisi
Pengungkap kebenaran sejati

Bersenjata pena, berperisai kertas
Melawan apa yg kalian sebut tirani
Atau menderma gagasan bersendi idealitas
Atau sekedar bergurau dalam sepi

Kebenaran adalah subjektivitas kolektif
Ia tak mengenal apa itu definitif
Termasuk yang kalian tulis, bisa jadi
Sebab itulah subjektivitas yang kalian miliki
Tergantung mereka gerangan menyikapi
Apalah daya untuk tak kompromi

Menulis bukan perkara sederhana
Seperti melihat jemari yang menggores pena
Merangkai tulisan-tulisan dari guratan tinta
Yang membisikkan suara-suara sunyi
Bagi yang membacanya seorang diri

Menulis adalah visualisasi
Dari pergulatan ide dan keteguhan hati
Serta jua yang tak kalah penting: nyali
Ya, setidaknya itulah seni

Di setiap kata dan kalimat
Tak ubahnya rambu-rambu integritas
Juga konsistensi dalam berbuat
Yang menaungi perangkainya lewat batas-batas

Namun demikian, tetaplah berpijak pada nurani
Kebenaran yang kalian yakini
Selama tidak berbuah rugi
Karena dalam kebebasan ekspresi
Terselip kontrol diri

"Karena kau menulis
Suaramu tak 'kan padam ditelan angin
Akan abadi, sampai jauh
Jauh di kemudian hari,"
Begitu kata Pram

Maka dengan segala hormatku padamu
Tuanglah kritik dan gagasanmu
Dalam tulisan-tulisan yang membangun
Dengan redaksi dan intensi tulusmu
Agar segala yang baik-baik darimu
Turut abadi tak lekang waktu

Jakarta, 26 Maret 2016
Written by: Ali-Aliyonk

Senin, 29 Februari 2016

Sajak Kabisat

Salam wahai manggala suci
Senapati abdi-abdi langit
Pengemban amanah maha suci
Pemandu pilihan-pilihan-Nya di bumi

Aku masih di dunia
Di Bumi yang mulai menua
Bersibuk menyemai benih-benih di ladang amal
Diantara keruhnya genangan-genangan air dosa

Aku rasa kau cukup tahu
Ihwal yang ada dalam benakku
Andaikan kita bisa saling bertemu
Entah berapa harga 'tuk bayar waktu

Ku akui diriku telahlah kalut
Larut dalam pekatnya tipuan musuh
Tapi percayalah, ini bukan murni karsaku
Disinilah aku mengaku

Maka oleh sebab itu
Berkenanlah 'tuk berbagi cahyamu
Sebagai suplai ilham, kekuatan dan pencerahan bagiku
Sampaikan pada Tuhanmu yang juga Tuhanku
Ampunilah segala khilaf dan kesilapanku
Lindungi aku dari segala macam tipu

Wahai manggala tanah anbiya
Pelindung negeri yang bercahaya
Dari fitnah terbesar di akhir masa
Mohonkan pula pada-Nya
Izinkan aku dan komplemen-komplemen hidupku
Untuk berteduh di kotamu kelak
Karena bagiku itu sebuah asa

Konsepsimu irrasional
Namamu abadi dalam Al Hikmah
Ihwal pondasi spiritual 
Dan musuhmu adalah musuh Tuhanmu pula 
Kadang hadirmu tak selalu diingat
Kendati begitu, apa peduli anda?

Indah, gagah, brilian nan menawan
Statis penuh wibawa kharisma
Tak setitikpun kau luput dari minulya
Sampaikan pula pada Tuhan kita
Bahwasannya
Tiada alasan bagi saya
Untuk tak mensyukuri karunia-Nya

Dan meski kita tak saling bersua
Setidaknya aku bisa mengira
Bahwa kau pun mengetahuinya
Semoga kelak kita bisa berjumpa
Salam!


Jakarta, Hari Kabisat 2016
Written by: Ali-Aliyonk


Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...