Sebetulnya saya
sudah sejak lama vakum mengikuti perkembangan sepakbola, baik lokal maupun
mancanegara. Namun dengan keikutsertaan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF
2016 (sekaligus debut ajang internasional pasca sanksi FIFA), memori saya diingatkan
kembali pada momen kala Timnas tampil di ajang tersebut tahun 2004. Kala itu
turnamen sepakbola antar negara ASEAN dimaksud masih bernama Piala Tiger. Mengapa
Piala Tiger 2004? Karena sepanjang pengamatan saya pada sepak terjang Timnas
Indonesia, penampilan di Piala Tiger 2004 adalah yang terbaik…
Jelang turnamen
Sebelum tampil
di Piala Tiger 2004, Tim Garuda bisa dibilang tak punya waktu persiapan yang
cukup. Bahkan masa TC mereka jauh dari kata ideal untuk membentuk sebuah Tim
Nasional yang tangguh. Alasannya tak lain adalah kompetisi liga domestik yang
padat (dan molor) kala itu. Meskipun tidak punya waktu untuk menghelat pertandingan
uji coba internasional, kebetulan saat itu Timnas sedang menjalani kualifikasi
Piala Dunia 2006 Zona Asia. Maka dijadikanlah sisa laga kualifikasi Piala Dunia
(yang sudah tak lagi menentukan) sebagai “uji coba” Tim Merah-Putih jelang
tampil di kejuaraan ASEAN.
Ada dua
pertanding sisa kualifikasi Piala Dunia yang dijalani, yakni melawan Arab Saudi
dan menghadapi Turkmenistan. Keduanya sama-sama dihelat di Stadion Utama Gelora
Bung Karno, dan sama-sama pula berakhir dengan skor 3-1. Bedanya, skor 3-1 yang
pertama adalah kemenangan Arab Saudi, sedang sisanya adalah kemenangan Timnas
sekaligus penutup rangkaian pertadingan Kualifikasi Piala Dunia yang dijalani
selama 2004.
Namun perlu
digarisbawahi, bahwa pertandingan melawan Arab Saudi yang disebut tadi
merupakan momen yang special. Bukan karena hasil akhirnya, tapi pada
pertandingan itulah seorang pemuda Papua berusia 18 tahun mencatatkan debutnya
bersama Tim Merah-Putih di ajang internasional. Dialah Boaz Theofilius Erwin
Solossa, pemain yang kelak menjadi bintang andalan Timnas Indonesia. Meski
tidak mencetak gol di pertandingan debutnya, penampilan striker asal Sorong itu
mampu memukau sekaligus memberikan harapan baru kepada Timnas dan para pecinta
sepakbola tanah air.
Dipilihnya nama
Peter Withe sebagai juru taktik Timnas pasca Piala Asia 2004 turut memberi
warna tersendiri bagi Timnas. Pasalnya kala itu pula, nama Peter Withe telah
dikenal sebagai pelatih sukses di Asia Tenggara karena mampu membawa Thailand
juara di 2 edisi Piala Tiger sebelumnya (2000 dan 2004), medali emas SEA Games
1999, semifinalis Asian Games 1998 dan berprestasi di Piala Asia 2000 dan
Kualifikasi Piala Dunia 2002. Dibekali pemain-pemain bagus yang banyak memasuki
usia emas, kehadiran Withe pun diharapkan memberi prestasi tinggi pula untuk
sepak bola Indonesia.
Saat Turnamen
Maka Piala Tiger
2004 pun dimulai. Pertandingan perdana dijalani Indonesia menghadapi Laos.
Pertandingan tersebut menjadi panggung pertunjukan bomber-bomber maut Garuda
yang bermaterikan Ilham Jayakesuma, Elie Aiboy dan the rising star, Boaz Solossa. Tak tanggung-tanggung, gawang Laos
digelontor 6 gol tanpa balas dan membuahkan poin penuh Indonesia di laga
perdananya.
Source: bola.net |
Sepanjang
penyisihan grup Indonesia bak raksasa ngamuk yang tanpa ampun melumat
lawan-lawannya. Selain Laos, Kamboja dan tuan rumah Vietnam turut menjadi
korban keganasan Garuda yang dikapteni Ponaryo Astaman. Vietnam yang bermain
sebagai tuan rumah, dibungkam tak berdaya di hadapan pendukungnya sendiri.
Skornya pun cukup telak, 3-0. Penyisihan grup ditutup dengan kemenangan 8-0
Indonesia atas Kamboja. Dari 4 pertandingan penyisihan grup, Indonesia berada
di puncak klasemen dengan mencatatkan 3 kemenangan, satu kali imbang dan
menorehkan membukukan 17 gol tanpa kebobolan satu pun! Cuma Singapura
satu-satunya tim yang berhasil mencuri poin dari Indonesia saat bermain imbang
0-0 di laga kedua penyisihan grup.
Memasuki fase knock out, ekspektasi dan optimisme
terhadap Timnas semakin tinggi saja. Setelah keluar sebagai juara grup dengan
torehan yang fantastis, Indonesia berhadapan dengan tim negeri jiran Malaysia
di semifinal. Pertandingan babak ini (dan selanjutnya) menggunakan system
home-away, dimana Indonesia bertindak sebagai tuan rumah di leg pertama.
Bermain di Gelora Bung Karno, pertandingan Indonesia vs Malaysia disesaki
pendukung Garuda di tribun penonton. Baru 5 menit permainan berjalan, Kurniawan
Dwi Yulianto membuat stadion bergemuruh setelah sundulan akuratnya menjebol
gawang Harimau Malaya sekaligus membuka skor untuk tuan rumah Indonesia.
Sayangnya gol
tersebut menjadi satu-satunya gol yang diciptakan Indonesia di pertandingan
itu. Dan hasil yang didapat pun di luar dugaan. Indonesia justru kalah di
kandang sendiri melawan Malaysia di leg pertama semifinal Piala Tiger 2004. Hasil
ini praktis memperberat peluang Boaz Solossa dkk. untuk bisa lolos ke babak
puncak. Mau tak mau mereka harus menang pada leg kedua di kandang lawan!
Maka selajutnya
pertandingan semifinal leg kedua dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan
beban mengejar defisit kekalahan 1-2 di Jakarta, babak Final serasa cukup jauh
dari harapan. Dan harapan itu semakin kabur setelah Malaysia mencetak gol di
pertandingan itu dan membuka skor 1-0. Alhasil, Indonesia harus mengejar
defisit 3 gol. Namun masuknya Kurniawan sebagai pemain pengganti di babak kedua
agaknya memberi inspirasi baru untuk Timnas yang nyaris kehilangan harapan di
pertandingan.
Source: wikipedia.org |
Benar saja.
Kemenangan spektakuler itu mengantar Indonesia lolos ke Final. Dan lawan yang
dihadapi adalah tim yang sudah tak asing lagi karena sebelumnya sudah bersua di
penyisihan grup. Lawan yang dimaksud adalah satu-satunya tim yang berhasil
mencuru poin dari Indonesia di penyihan grup, yaitu Singapura. Sama seperti
babak semifinal, Indonesia kembali mendapat kesempatan tuan rumah di leg
pertama Final.
Untuk keduakalinya
Stadion Utama Gelora Bung Karno dipenuhi supporter-suporter yang mendukung
Merah-Putih bertanding. Pertandingan berjalan antara kedua belah tim. Ekspektasi
mengangkat trofi Piala Tiger untuk pertama kalinya kian membubung tinggi. Namun
baru beberapa menit permainan berlangsung, gawang Indonesia dikejutkan oleh gol
pemain naturalisasi Singapura.
Tertinggal satu
gol membuat permainan Ponaryo Astaman cs. kian agresif. Namun gawang Hendro
Kartiko lagi-lagi harus bobol sehingga skor menjadi 2-0 untuk tim tamu, dan bertahan
hingga turun minum. Sebetulnya permainan Indonesia tidak buruk dalam
pertandingan ini. Hanya saja Singapura lebih beruntung dan oportunis dalam
memanfaatkan setiap peluang dan serangan balik. Babak kedua pun sama saja. Dominasi
Garuda atas The Lions di lapangan
harus pupus setelah Singapura mencetak gol ketiganya yang membuat Timnas mulai
merelakan kekalahannya di kandang sendiri. Gol Mahyadi Panggabean di akhir
pertandingan menjadi penutup drama leg pertama final yang berakhir 3-1 untuk
kemenangan Tim Singa.
Pertandingan
selanjutnya sekaligus laga pamungkas dihelat di kandang Singapura. “Gol hiburan”
Mahyadi Panggabean saat memperkecil skor jadi 1-3 di Jakarta lalu dijadikan
modal Timnas untuk bangkit. Bukan tanpa alasan mengingat pada semifinal Indonesia
juga kalah di kandang tapi mampu bangkit dan menang saat bertandang. Namun pertandingan
leg kedua final Piala Tiger 2004 agaknya menjadi titik klimaks penampilan
Garuda. Babak pertama berakhir dengan keunggulan 2-0 untuk tuan rumah
Singapura.
Pertandingan
babak kedua hanya menjadi menit-menit hitung mundur resminya gelar juara Piala
Tiger untuk Singapura. Meskipun tetap memberi perlawanan sengit, Indonesia
hanya mampu menambah satu gol sekaligus menjadi gol terakhir Timnas di turnamen
tersebut. Peluit panjang dibunyikan sebagai tanda berakhirnya pertandingan
final leg kedua. Skor 2-1 untuk Singapura menjadikan Tim Singa keluar sebagai
Kampiun ASEAN 2004, setelah unggul agregat 5-2 atas Indonesia. Bagi Indonesia,
hasil ini adalah hattrick mereka
sebagai runner up kejuaraan itu
setelah sebelumnya mendapat hasil yang sama pada edisi 2000 dan 2002.
Pasca tunamen
Meskipun (kembali)
gagal mengangkat trofi juara, Tim Indonesia tetap mendapat sanjungan yang
tinggi. Saya mendapat beberapa catatan dari penampilan impresif Timnas saat
itu, berikut uraiannya.
ü
Di level individu Indonesia mendapat gelar top scorer (pencetak gol terbanyak)
melalui striker Ilham Jayakesuma (7 gol). Gelar ini adalah yang ketiga kali
berturut-turut diraih pemain Indonesia setelah sebelumnya Gendut Doni (2000) dan Bambang Pamungkas (2002) mendapat
gelar serupa.
ü
Nama Boaz Solossa kian melambung namanya di
kancah sepak bola setelah turnamen ini
ü
Kombinasi Boaz Solossa, Ilham Jayakesuma dan
Elie Aiboy menjadi kombinasi paling maut yang pernah dimiliki Timnas sepanjang
sejarah keikusertaan Piala AFF.
ü
Selain trisula Boaz-Ilham-Elie, peran bek sayap
Ismed Sofyan dan Ortizan Solossa turut menjadi alasan diseganinya serangan
Timnas lewat sayap.
ü
Sosok Peter Withe sebagai pelatih tim tentu
memegang peranan penting di balik layar penampilan impresif Timnas di Piala
Tiger 2004. Ia dikenal sebagai pelatih yang pandai memotivasi pemain. Pasca turnamen,
Withe memperkenalkan pola 4-4-2 kepada sepakbola Indonesia yang sebelumnya
akrab dengan pakem 3-5-2.
ü
Rekor gol Timnas 17-0 sepanjang penyisihan grup belum
ada yang menyamainya sama sekali sampai mejelang Piala AFF 2016 (saat catatan
ini dibuat).
ü
Setelah berakhirnya Piala Tiger 2004, Timnas
senior bisa dibilang vakum dari ajang resmi sepakbola internasional sepanjang
2005-2006. Sebetulnya ada kualifikasi Piala Asia 2007, namun karena Indonesia
bertindak sebegai salah satu tuan rumah, maka sudah seharusnya otomatis lolos
tanpa melewati kualifikasi.
ü
Butuh 3 edisi tunamen pasca 2004 bagi Timnas
untuk bisa kembali merasakan babak puncak turnamen. Ini terjadi pada Piala AFF
2010 dimana Timnas kembali melaju hingga Final sebelum dihentikan Malaysia dan
kembali menjadi runner up untuk keempat
kalinya di ajang tersebut.
ü
Meskipun penampilan Timnas di Piala AFF 2010
tergolong impresif dan mendapat apresiasi banyak kalangan, bagi saya Timnas
edisi Piala Tiger 2004 tetap yang terbaik. Semoga tak perlu menunggu waktu lama
lagi untuk melihat performa Timnas yang impresif dan mampu memberi kebanggaan
lewat prestasi-prestasi gemilang...
Bonus Video (Youtube)
Bonus Video (Youtube)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar