Rabu, 30 September 2020

Balada Dua Kera Dewata



Dua wiracarita di dua titimangsa
Dari wilayah timur asia dan negeri anak benua
Dua peradaban tua yang getarkan sejarah dunia
Melintas generasi tanpa terlekang oleh masa
Mereka abadi dalam kisah nan melegenda

Sun Wukong 
Sang Raja Kera dari Gunung Huaguo
Bersemayam di Gua Suilien
Senjata toya emas membuatnya semakin beken
Berbekal 72 ilmu sihirnya yang mahir
Dewa-dewa kahyangan sampai dibikin ketar-ketir...

Hanoman
Sang wanara Mahapatih Kiskenda
Kera putih keturunan dari sang Batara
Kala kecil, matahari nyaris jadi santapannya
Wanara sakti anugerah para Sinathrya

Sun Wukong dikurung oleh sang Buddha
Hanoman dipanah Dewa Indra
Perjalanan mereka kompak dimulai dengan duka
Siapa sangka,
Keduanya ditakdirkan dengan tujuan yang sama
Tegakkan keadilan, perangi angkara murka

Sun Wukong mengabdi Biksu Tong
Hanoman membantu Sri Rama
Kekalahan dan ketakutan tak ubahnya omong kosong
Siluman dan rakshasa dipecundangi tak berdaya
Sekalipun Sinta tak menghendaki Hanoman tolong
Betapapun Wukong acap kali dihukum mantra 

Keduanya sama sekaligus berbeda
Sun Wukong kera sakti berbulu pirang
Hanoman kera putih berkekuatan dewa
Keduanya kebal tombak maupun parang
Wukong sang pengacau kahyangan penuhi dharmanya
Purna tugasnya, ia menjadi Buddha Perang
Hanoman sudahi perlawanan Rahwana
Ayodhya bersorak, kebajikan akhirnya menang


Bekasi, 30 September 2020
Written by: Ali-aliyonk

Selasa, 25 Agustus 2020

Gita Belia

Untuk diriku
Untuk dirimu
Untuk siapapun
Untuk semuanya

Maka sambutlah
Hangatnya mentari di ufuk sana
Untuk bisa memaknainya
Maka bukalah hati dan mata 
Bersama kita bisa melangkah

Jangan pernah kau simpangi jalan kita
Karena sekali kau menyimpang
Jangan ada tangis diantara kita
Maka hari ini pastikan
Esok hanya untukmu

Bila hidup dalam hati yang gundah
Hanya beban yang tak kunjung melengang
Saat kau sadar semua terlewat
Hidup seperti itu bukan untukmu

Maka dengarlah
Kisah yang belum kau ketahui
Agar bisa kau ceritakan
Di kemudian hari dengan senyuman
Di bawah langit yang cerah

Untuk diriku
Untuk dirimu
Untuk siapapun
Untuk semuanya...

Bekasi, 25 Agustus 2020
Written by: Ali-aliyonk

Minggu, 23 Agustus 2020

Kabinet 75 Tahun Republik Indonesia

Tanggal 17 Agustus 2020. Bangsa Indonesia memperingati hari jadi negaranya yang ke-75. Selama 7,5 dekade itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia, begitu nama resmi negara kita, telah dipimpin oleh 7 orang presiden yang merangkap kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. 
Terlepas dari suatu masa dimana pemerintahan negara kita dipimpin oleh seorang perdana menteri, sudah begitu banyak jumlah orang-orang pilihan yang didaulat sebagai pembantu presiden dalam menyelenggarakan negara dari masa ke masa. 
Pada postingan kali ini saya mencoba untuk menyusun kabinet yang terdiri dari menteri-menteri pilihan yang namanya terbilang legend di institusi kementerian yang dipimpinnya, sepanjang sejarah 75 tahun Indonesia Merdeka. 
Mungkin saja mereka bukan yang terbaik yang pernah menduduki jabatan tersebut.  Akan tetapi nama-nama yang hendak saya tulis ini adalah sosok yang bisa dibilang memorable persons yang pernah atau bahkan masih ada di jajaran kabinet pemerintahan RI.
Tanpa berlama-lama, berikut susunannya berdasarkan nomenklatur kementerian yang berlaku saat postingan ini dibuat, yakni Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.

1. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Mahfud MD
Source: Wikipedia


Posisi pertama yang saya dalam Menko Bidang Polhukam. Beliau adalah sosok yang saat ini masih menjabat di kabinet Indonesia Maju: Mahfud MD. Pria asal Madura itu sebagai salah satu pakar hukum terbaik Indonesia yang begitu diakui keilmuannya. Beliau adalah satu dari sedikit tokoh yang pernah menduduki jabatan di tiga ranah trias politika: eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Di ranah eksekutif, jauh sebelum didapuk jadi Menko Polhukam oleh Jokowi, beliau pernah menjabat Menteri Pertahanan dan Menteri Kehakiman dan HAM era presiden Gusdur. 
Selepas jabatan menteri di kabinet Persatuan Nasional, Mahfud MD terpilih menjadi anggota DPR 2004-2008 yang artinya berpindah ranah ke legislatif. Selanjutnya beliau didaulat sebagai pemegang pucuk pimpinan tertinggi Mahkamah Konstitusi 2008-2013 yang mana merupakan lembaga yudikatif. 
Setelah cukup lama vakum di perpolitikan, pria bergelar profesor itu sempat menjadi dewan pengarah BPIP sebelum datangnya kepercayaan sebagai Menko Polhukam Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Dan Mahfud MD adalah yang pertama dari kalangan sipil yang menduduki jabatan tersebut.

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Ali Wardhana
Source: Wikipedia

Indonesia adalah gudangnya ekonom-ekonom hebat dari masa ke masa. Tapi untuk posisi Menko Bidang Perekonomian, rasanya tidaklah salah bila memilih sosok Ali Wardhana, kendati nama tersebut lebih lama menjabat sebagai Menteri Keuangan. Beliau adalah salah satu ahli ekonomi dengan kontribusi yang cukup besar dalam pemulihan dan pembangunan ekonomi di masa awal orde baru. 
Pernah di suatu masa, perekonomian negara kita diteror hantu hiperinflasi yang besarannya sungguh tak masuk akal: 650%. Berkat tangan dingin Ali Wardhana yang menjabat sebagai Menteri Keuangan  1968-1983, perekonomian negara berhasil bangkit dan berhasil memukul mundur musuh yang bernama hiperinflasi tadi. 
Ali Wardhana kemudian menjadi Menko Bidang Ekonomi, Industri, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan 1983-1988. Kepakaran pria yang telah wafat 2015 lalu itu bukan hanya di lingkup nasional, tapi juga diakui internasional. Beliau pun pernah menjabat Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional periode 1971-1972 (https://m.detik.com/). Kini, nama Ali Wardhana diabadikan sebagai nama gedung kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

3. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

Luhut Binsar Panjaitan
Source: Wikipedia

Sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia, belum banyak sosok yang menduduki jabatan Menko Kemaritiman dan Investasi mengingat institusi ini baru dihidupkan di era Presiden Joko Widodo. Lantas siapa sosok yang mengisi susunan kabinet ini, rasanya tidaklah sulit apalagi ragu untuk menyebutnya.
Ya, Luhut Binsar Panjaitan memang bukan orang pertama yang menduduki jabatan ini. Beliau pun baru menjadi Menko Kemaritiman dan Investasi tahun 2016, pasca reshuffle kedua Kabinet Kerja. Sebelumnya, selama pemerintahan Jokowi, sosok yang akrab disapa Opung itu menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan 2014-2015 dan Menko Polhukam 2015-2016. Bagaimanapun, namanya sudah sangat melekat dengan lembaga kementerian yang telah dipimpinnya selama 2 periode itu (Kemenko Marves). Kepercayaan presiden untuk mengkoordinir sektor-sektor strategis dibawah kementeriannya membuktikan keistimewaan kualitas dan kapasitas sosok purnawarman jenderal tersebut. 

4. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Gambar Idham Chalid pada pecahan uang Rp 5.000,- emisi 2016

Meskipun baru terdengar pada era presiden Jokowi, Kemenko Bidang PMK sebenarnya adalah perubahan nomenklatur dari Kemenko Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Jika menilik nama-nama yang pernah menjabat posisi ini dari masa ke masa, rasanya nama Idham Chalid patut dipertimbangkan.
Tokoh asal Satui (Kalsel) itu adalah intelektual, ulama, pejuang kemerdekaan, dan juga pahlawan nasional. Ketokohan beliau sangat berpengaruh di masanya. Nahdlatul Ulama adalah  salah satu wadah perjuangan dan pengabdiannya. Idham Chalid menjadi Menko Kesra tahun 1968-1973. 

5. Menteri Sekretaris Negara

Source: Wikipedia

Jika Presiden dikenal dengan sebutan RI 1 dan Wakil Presiden RI 2, dahulu kita punya RI 1,5. Dan yang menduduki posisi itu adalah seorang Menteri Sekretaris Negara yang Moerdiono (https://m.antaranews.com). 
Tentu saja RI 1,5 bukan sebutan resmi untuk jabatan Mensesneg, melainkan julukan yang menggambarkan betapa dekatnya Moerdiono dengan Soeharto saat menjabat Mensesneg 1988-1998, menyusul jabatan sebelumnya sebagai Sekretaris Kabinet 1981-1988. Selama duduk di kursi menteri terdekat Presiden itu, peran Moerdiono memang begitu sentral dalam urusan administrasi dan protokoler presiden. Tak jarang beliau pun tampil sebagai jubir sang Presiden kepada awak media.

6. Menteri Keuangan

Frans Seda
Source: Wikipedia

Sekarang kita beralih ke menteri-menteri sektoral. Dan yang disebut pertama adalah Menteri Keuangan. Memang cukup banyak ekonom legend yang pernah berada di pos Menkeu. Tapi disini kita tidak boleh melupakan sosok asal Maumere bernama  Franciscus Xaverius Seda, atau simply ditulis Frans Seda. 
Sama seperti Ali Wardhana, Frans Seda menjabat Menteri Keuangan di era sulit tahun 1960-an. Bedanya, sebagai Menkeu 1966-1968, Frans  Seda bisa dibilang adalah pembuka jalan bagi Ali Wardhana yang baru menjabat menteri setelahnya. 
Ya, Frans Seda mendapat tugas yang tidak mudah saat diamanati jabatan Menkeu oleh Soeharto. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Indonesia kala itu mencatatkan rekor inflasi 650%. Dengan menyeimbangkan sistem anggaran penerimaan dan belanja, perekonomian Indonesia perlahan mulai beranjak lebih baik. Inflasi berhasil ditekan cukup signifikan hingga ke angka 112% (https://m.detik.com). 
Emil Salim, salah satu tokoh sentral pemerintahan Soeharto bahkan menyebut Frans Seda sebagai pahlawan keuangan Indonesia (https://id.m.wikipedia.org). Nama beliau pun diabadikan sebagai nama bandara di kota Maumere, tanah kelahirannya di NTT.

7. Menteri Pertahanan

Jendral M. Jusuf
Source: Wikipedia

Sama halnya sektor ekonomi, negeri kita pun tak habis-habisnya melahirkan tokoh yang mumpuni di bidang pertahanan negara. Tapi jika harus memilih satu, maka Jenderal M. Jusuf adalah sosok yang layak mendapat atensi. 
Seorang jenderal yang tegas, cakap, kharismatik, dan juga merakyat. Jenderal M. Jusuf menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Panglima ABRI 1978-1983.
Dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah militer Indonesia, ketegasan beliau memang tak pandang bulu dalam menegakkan aturan. Jiwa kerakyatan beliau pun tampak nyata dari kepeduliannya dengan kesejahteraan prajurit selama memegang pucuk pimpinan tertinggi institusi ketentaraan (https://m.merdeka.com). Memorable dan very adorable...

8. Menteri Hukum dan HAM

Baharuddin Lopa
Source: Wikipedia

Salah satu jaksa terbaik yang pernah dimiliki oleh republik ini. Baharuddin Lopa memang lebih dikenal sebagai jaksa sebelum menjadi Menteri Kehakiman dan HAM (sekarang Hukum dan HAM) era Gusdur. 
Selama mengabdi di Korps Adhyaksa, pria asal Sulawesi Selatan itu sangat terkenal akan kejujuran, ketegasan, dan keberaniannya dalam penegakan hukum. Tak tanggung-tanggung, ia pun tak segan menyeret nama-nama kelas kakap yang menjadi tersangka kasus besar pada waktu itu (https://tirto.id). Melihat rekam jejaknya yang luar biasa itulah, besar kemungkinan menjadi alasan Presiden Abdurrahman Wahid mengangkatnya menjadi Menteri Kehakiman dan HAM sebelum akhirnya menjadi Jaksa Agung.
Sayang jabatan beliau di pemerintahan sangatlah singkat. Setelah menjadi Menkeh dan HAM selama beberapa bulan di tahun 2001, Baharuddin Lopa hanya menjabat Jaksa Agung selama sebulan sebelum Yang Maha Kuasa memangginya untuk pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

9. Menteri Luar Negeri

Adam Malik
Source: Wikipedia

Salah satu diplomat terbaik yang pernah dimiliki tanah air: Adam Malik Batubara. Sebelum menjadi diplomat, Adam Malik juga dikenal sebagai seorang wartawan. Pria asal Pematangsiantar itu menjabat Menteri Luar Negeri 1966-1978, posisi yang menjadi pijakannya sebelum didaulat sebagai Wakil Presiden RI 1978-1983. 
Di tengah-tengah masa jabatannya sebagai Menlu, beliau sempat terpilih menjadi Ketua Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1971, sekaligus menjadikan beliau sebagai satu-satunya putra Indonesia yang berhasil duduk di posisi tersebut (https://www.goodnewsfromindonesia.id/).

10. Menteri Dalam Negeri

Rudini
Source: Wikipedia

Jenderal (Purn) Rudini adalah salah satu pejabat orde baru yang bersih dari hujatan dan tetap eksis di era awal reformasi. Pria asal Malang itu menjabat Menteri Dalam Negeri 1988-1993. Semasa memimpin kementerian tersebut, beliau dikenal atas keputusannya yang menggabungkan institusi pendidikan tinggi pamong praja. Kampus yang kini bernama Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinangor itu merupakan institusi pendidikan kedua yang memuat pendidikan pamong praja setelah institusi serupa pernah terbentuk lebih dahulu di Malang (https://id.m.wikipedia.org).
Setelah orde baru berakhir, Rudini didapuk menjadi ketua KPU pertama yang bertanggungjawab atas terselenggaranya pemilu pertama pasca-orba yang diikuti 48 parpol tahun 1999.
Guna mengenang jasanya, kampus IPDN Jatinangor mengabadikan namanya sebagai nama gedung Balairung kampus. Selain itu dibuat pula patung monumen dirinya, sebagai pengakuan atas dedikasinya kepada kampus tersebut semasa menjadi Mendagri.

11. Menteri Komunikasi dan Informatika

Harmoko
Source: Wikipedia

Harmoko. Salah satu menteri paling populer zaman orde baru. Tapi kan... Tapi kan...? Ya! Saya pun tahu Harmoko dulu adalah Menteri Penerangan. Lantas kenapa sosok yang terkenal dengan ucapan "sesuai petunjuk bapak presiden" itu ditaruh di pos Menkominfo?
Perlu diketahui bahwa Kemenkominfo adalah hasil perubahan dari Departemen Penerangan yang baru eksis di era reformasi (https://kominfo.go.id). Harmoko memang begitu populer di eranya. Dan faktanya memang beliau termasuk menteri kepercayaan presiden Soeharto. Setelah sekian lama menjadi Menteri Penerangan 1983-1997, pria asal Nganjuk (Jawa Timur) itu bahkan sempat didaulat menjadi Menteri Negara Urusan Khusus (https://id.m.wikipedia.org). Sebuah jabatan menteri yang hanya ada satu kali sepanjang sejarah dan Harmoko pula satu-satunya orang yang menduduki posisi tersebut. Karir Harmoko pun tak berhenti di ranah eksekutif. Selepas menteri, tahun 1997 beliau menjadi ketua DPR/MPR sampai tahun 1999.

12. Menteri Perdagangan

Soemitro Djojohadikusumo

Lagi-lagi salah satu ekonom terbaik yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Kali ini giliran sang Begawan Ekonomi, Bapak Sarjana Ekonomi Indonesia: Soemitro Djojohadikusumo. 
Setelah lama malang melintang di luar negeri, Soemitro Djojohadikusumo kembali ke tanah air di masa orde lama dan mendapat jabatan strategis di pemerintahan. Menteri Perindustrian dan Perdagangan dan Menteri Keuangan adalah 2 jabatan yang diembannya di masa pemerintahan Soekarno. Pada tahun 1953 namanya masuk dalam 5 ahli dunia (group of five experts) oleh PBB (https://tokoh.id). 
Memasuki era orde baru, beliau mendapat kepercayaan Presiden Soeharto ke dalam tim ekonomi yang ditugaskan membenahi perekonomian negeri yang morat-marit kala itu. Soemitro Djojohadikusumo menjadi Menteri Perdagangan 1968-1973 dimana beliau bahu membahu bersama Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, dan jajaran menteri bidang ekonomi lainnya dalam membangkitkan perekonomian dari keterpurukan dan inflasi super tinggi.

13. Menteri Perindustrian

Hartarto Sastrosoenarto
Source: Wikipedia

Hartarto Sastrosoenarto adalah Menteri Perindustrian 1983-1993. Sebelumnya beliau memang telah menggeluti dunia industri sejak 1960-an hingga mengantarnya ke kursi Dirjen Industri Kimia sebelum akhirnya didaulat sebagai Menteri Perindustrian selama 2 periode pemerintahan. 
Selama mengemban tugas sebagai Menperin, beliau dikenal dengan ketidaksetujuannya atas kebijakan ekspor bahan mentah. Baginya hal tersebut tak ubahnya seperti kebijakan era kolonial (https://m.republika.co.id).

14. Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Adi Sasono
Source: Wikipedia

Setelah Soeharto lengser tahun 1998, tampuk kekuasaan beralih ke BJ Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai Wapres terakhir era orde baru. Kabinet Reformasi Pembangunan pun segera dibentuk untuk membantu Presiden Habibie dimana Indonesia lagi-lagi didera krisis parah sejak 1997. 
Diantara sekian nama dalam susunan Kabinet Reformasi Pembangunan, terselip sosok yang kemudian dijuluki "Indonesia's Most Dangerous Man" oleh media luar negeri. Sosok tersebut tak lain adalah Adi Sasono, Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil, dan Menengah 1998-1999. Hal ini tidak lepas dari gebrakannya semasa memimpin kementerian yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan itu.
Adapun gagasan-gagasan pria yang telah wafat 2016 lalu itu diantaranya mengucurkan angaran triliunan rupiah untuk bantuan usaha kecil dan merubah jaringan distribusi bahan pokok melalui keperasi-koperasi (https://www.tagar.id).
Kebijakan tersebut memang memukau dari kacamata ekonomi kerakyatan tapi juga menggangu bagi konglomerat-konglomerat mapan yang merasa terancam kelangsungan usahanya.

15. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Widjojo Nitisastro
Source: Wikipedia

Satu lagi anggota tim ekonomi kabinet awal orde baru yang menyelamatkan ekonomi Indonesia di masa sulit. Widjojo Nitisastro yang menjadi Kepala Bappenas sejak 1971 dan merangkap Menko Ekuin 1973-1983, dikenal sebagai arsitek utama perekonomian Indonesia di era awal orde baru. 
Pemikirannya di bidang ekonomi yang dikenal dengan istilah "widjojonomics" menekankan prinsip kehati-hatian yang tinggi dalam penerapan kebijakan (prudent). Konsep yang diusungnya pun memadukan antara mekanisme pasar dengan intervensi pemerintah. Konsepsi pemikirannya juga diuraikan dalam buku Pengalaman Membangun Indonesia: Kumpulan tulisan dan uraian Widjojo Nitisastro. Dan kini, nama Widjojo Nitisastro diabadikan sebagai nama Gedung Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (https://id.m.wikipedia.org).

16. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Ki Hadjar Dewantara
Masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan pertama Republik Indonesia mungkin terhitung singkat, September-November 1945 (nomenklatur saat itu Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan) (https://id.m.wikipedia.org). Tapi namanya sudah begitu abadi dalam dunia pendidikan Indonesia. Siapa lagi jika bukan Ki Hadjar Dewantara.   
Pria bernama asli Soewardi Soerjaningrat inilah Bapak Pendidikan Indonesia yang terkenal dengan perguruan Taman Siswa-nya sejak 1920-an. Tanggal kelahirannya, yakni 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

17. Menteri Agama

Syaifuddin Zuhri

Syaifuddin Zuhri adalah Menteri Agama di akhir masa kepemimpinan Bung Karno. Beliau menduduki jabatan tersebut kurun 1962-1967. Semasa mengemban amanat tersebut, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) berkembang pesat dimana kampus-kampusnya berdiri di hingga ke sembilan daerah.
Untuk urusan Haji, di tengah kondisi ekonomi yang tak menentu di zaman itu, Ongkos Naik Haji (ONH) diupayakan seterjangkau mungkin oleh seluas-luasnya masyarakat (tirto.id/).

18. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional

B.J. Habibie
Source: Wikipedia

Nah, ini dia menteri paling populer zaman orde baru selain Harmoko. Popularitasnya bahkan tetap tinggi sampai jauh setelah beliau tak lagi menjabat di pemerintahan. Dialah Bapak Teknologi, pakar kedirgantaraan, mantan Wakil Presiden, dan menjadi Presiden RI ke-3 setelah tumbangnya Soeharto.
Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sangat luas sebagai Menteri Riset dan Teknologi 1978-1998 yang juga merangkap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bedanya, di era sekarang Menristek merangkap Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional. 
Dua dekade BJ Habibie menjabat Menristek, beliau pun menjadi sosok sentral dalam misi pemerintahan Soeharto membangun industri strategis nasional. Salah satu yang menonjol tentu saja Industri Pesawat Terbang melalui BUMN Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), atau kini dikenal dengan PT Dirgantara Indonesia. 
Semasa menjadi presiden, beliau juga berjasa sebagai pembuka kebebasan pers dan di masa pemerintahan beliau pula pemilu demokratis multipartai pertama dilaksanakan paca-orde baru. Tak salah jika Pak Habibie disebut juga sebagai Bapak Demokrasi.

19. Menteri Kesehatan

G.A. Siwabessy
Source: Wikipedia

Salah satu putra terbaik Maluku itu bernama Prof.dr. Gerrit Augustinus Siwabessy. Beliau adalah Menteri Kesehatan 1966-1978. Selain ahli di bidang kesehatan, Gerrit Siwabessy juga pakar di bidang teknologi nuklir. Ia pun dikenang sebagai Bapak Atom Indonesia (https://tirto.id/).
Berbagai pencapaian ditorehkan oleh Gerrit Siwabessy selama duduk di kursi Menkes. Salah satu yang menonjol ketika tahun 1974, Indonesia dinyatakan bebas penyakit folio oleh WHO, organisasi kesehatan dunia dibawah naungan PBB. "Sang Upuleru" juga menggalakkan program-program sektor kesehatan serta pembangunan fasilitas-fasilitas  yang cukup masif demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat luas akan akses kesehatan di zamannya.(http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/)

20. Menteri Pertanian

Wardojo
Source: Wikipedia

Indonesia untuk pertama kalinya mewujudkan swasembada beras pada tahun 1984. Istimewanya lagi, prestasi itu membuat Food and Agriculture Organization (FAO), organisasi bidang pertanian dibawah naungan PBB mengundang Presiden Soeharto hadir mengisi pidato dan menyematkan medali penghargaan kepada Presiden RI ke-2 itu, pada sebuah konferensi tahun 1985 di Roma, Italia. 
Keberhasilan kala itu sulit dilepaskan dari andil seorang menteri bernama Wardojo. Ya, beliau Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan 1983-1988, dan lanjut menjadi Menteri Pertanian 1988-1993. 
Tatkala ditunjuk sebagai menteri, Wardojo langsung menjalankan berbagai program guna meningkatkan hasil pertanian yang akhirnya berdampak pada kelangsungan ketahanan pangan nasional. Ratusan ribu hektar sawah berhasil dicetak, diberangi pula dengan pembaruan teknologi pendukungnya (wikipedia). 
Hasilnya pun fenomenal. Indonesia berhasil swasembada beras yang mana merupakan makanan pokok utama penduduk negara terbanyak ke-4 di dunia (atau ke-5 di dunia pada masa itu, setelah Tiongkok, India, Uni Soviet, dan Amerika Serikat).

21. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Soebroto
Source: Wikipedia

"The wiser minister Subroto from Indonesia". Demikian sebutan yang disematkan anggota OPEC kepada tokoh yang cukup dikenang sebagai sosok yang pernah menjabat menteri di sektor strategis itu. Sosok itu bernama Prof. Dr. Soebroto, M.A. 
Berlatar belakang pendidikan ekonomi, Soebroto menjadi Menteri Pertambangan dan Energi (sekarang Energi dan Sumber Daya Mineral) 1978-1988. Semasa mengemban amanat tersebut, Subroto membuat berbagai kebijakan penting, utamanya dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan produksi dan eksplorasi minyak bumi, dan juga pengembangan sumber-sumber energi non-migas di tanah air. Selain itu, kebijakan lain yang cukup fundamental adalah penyusunan buku Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE). 
Kiprah pria yang kini berusia 96 tahun itu tak hanya di dalam negeri saja. Subroto pun dipercaya sebagai Ketua Konfrensi OPEC 1984-1985, sebelum akhirnya didaulat sebagai Sekjen OPEC selama 2 periode, antara 1988-1991 dan 1991-1994. Selama berkiprah di OPEC, beliau sempat menjadi penengah konflik antar faksi dalam keanggotaan organisasi negara pengekspor minyak dunia tersebut. (http://geomagz.geologi.esdm.go.id//)

22. Menteri Kelautan dan Perikanan

Susi Pudjiastuti
Source: Wikipedia

Kiranya nama ini masih segar dalam ingatan masyarakat tanah air. Betul, beliau adalah Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Kerja 2014-2019. Seorang menteri wanita pertama di sektor tersebut, dengan jargonnya yang terkenal, "Tenggelamkan..."
Hal tersebut tentu tak terlepas dari gebrakan Bu Susi yang begitu populer selama duduk di kursi Menteri KP, yaitu menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri hasil laut di  wilayah kedaulatan Indonesia. 
Di luar itu, sebenarnya cukup banyak kebijakan lain yang beliau terapkan untuk sektor kelautan dan perikanan, khususnya yang berkontribusi terhadap kesejahteraan nelayan. Beberapa diantaranya dengan mengucurkan dana pemberdayaan untuk pulau-pulau kecil dan terluar, pembentukan Satgas Illegal Fishing, serta kebijakan-kebijakan lain yang melindungi kelangsungan mata pencaharian nelayan. (https://money.kompas.com/)

23. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gambar  Djuanda Kartawidjaja pada pecahan uang Rp 50.000,- emisi 2016

Rasanya kurang pas jika tidak memasukkan nama tokoh yang begitu berjasa ini. Lewat delaklarasinya yang monumental itu, dunia mengakui kedaulatan wilayah laut Indonesia. Djuanda Kartawidjaja menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia kala menyatakan Deklarasi Djuanda tahun 1957. Tapi posisi PM (Ya, Pemerintahan RI sempat dipimpin PM 1945-1959) bukan jabatan pertama yang diembannya di pemerintahan. Sebelum menjadi PM terakhir Indonesia, Djuanda mengampu jabatan Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum era Orde Lama. 
Djuanda, meski kala itu sudah bukan Menteri PU lagi, turut berkontribusi atas dibangunnya bendungan terbesar di Indonesia, yaitu Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat. Sebagai PM beliau memperjuangkan pembiayaan dana pembangunan waduk serbaguna pertama di Indonesia itu pada tahun 1957. Atas jasanya itulah, nama lain dari waduk tersebut adalah Waduk Ir. H. Djuanda (wikipedia).
Selain untuk nama waduk, namanya pun diabadikan sebagai nama stasiun KRL di Jakarta dan Bandara Internasional di Surabaya.

24.  Menteri Perhubungan

Giri Suseno Hadihardjono
Source: Wikipedia

Salah satu tokoh transportasi Indonesia. Giri Suseno Hadihardjono adalah konseptor sistem transportasi Jabodetabek pada tahun 1980-an. Tak hanya Jabodetabek saja, Giri Suseno bahkan juga mencetus ide "Sabuk Nusantara", yakni jaringan perhubungan jalur darat dan kapal feri dari Aceh sampai Timor Timur, atau sekarang Timor Leste (https://newswantara.com/).
Giri Suseno adalah Menteri Perhubungan 1998-1999, dari masa peralihan akhir Orde Baru hingga awal Reformasi. Sebelumnya beliau dikenal sebagai Wakil Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), tempat dimana ia merancang sistem transportasi Greater Jakarta tahun 1980-an (wikipedia). Sayang, rencana itu gagal terealisasi karena berbagai faktor.

25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Soni Harsono
Source: Wikipedia

Soni Harsono adalah orang pertama yang menduduki tampuk pimpinan tertinggi di Badan Pertanahan Nasional yang merangkap Menteri Agraria, yakni 1993-1998. Semasa bertugas menangani pertanahan nasional, beliau dikenal concern dengan program Catur Tertib Bidang Pertanahan. Adapun catur tertib yang dimaksud meliputi tertib hukum, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah, dan tertib pemeliharaan tanah.

26.  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Mari Elka Pangestu
Source: Wikipedia

Perkembangan dunia pariwisata Indonesia terus bergeliat sejak dicanangkannya program Visit Indonesia 2008. Angka kunjungan wisatawan mancanegara ke tanah air terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. 
Mari Elka Pangestu mengisi pos Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pasca reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II sejak 2011 hingga 2014. Beliau adalah menteri pertama dimana sektor pariwisata digabung dengan ekonomi kreatif jelang akhir periode pemerintahan SBY.  
Mari Elka pun sukses melanjutkan trend positif dunia pariwisata dengan terus berkembangnya sektor tersebut yang turut berperan  dalam menggerakkan perekonomian nasional.
Tatkala tampuk kekuasaan beralih ke Jokowi, sektor ekonomi kreatif sempat dipisah dari pariwisata. Akan tetapi memasuki periode kedua kepemimpinan Presiden RI ke-7 itu, dua sektor tadi kembali disatukan dimana Menparekraf merangkap pula sebagai Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

27. Menteri Sosial

Nani Soedarsono
Source: Wikipedia

Dari sekian banyak tokoh yang pernah duduk di kursi Mensos, nama Nani Soedarsono rasanya layak untuk dipertimbangkan. Semasa hidupnya, wanita yang menjabat Mensos 1983-1988 itu kerap aktif di dunia sosial. 
Ketika mengemban tugas menahkodai sektor tersebut, beliau telah menyusun konsep Pola Dasar Pembangunan Kesejahteraan Sosial yang kemudian dijadikan pedoman kerja Kemensos setelahnya. Konsep tersebut telah dituangkan dalam kumpulan pidato-pidato yang dibukukan sebanyak 39 jilid.
Hal lain yang masih dirasakan hingga sekarang, pada masa kepemimpinan beliau dicanangkan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) (/www.nanisoedarsono.com/). HKSN sendiri merupakan event tahunan yang diselenggarakan Kemensos tiap tanggal 20 Desember.  Sebelum 1983, peringatan tersebut bernama Hari Kebaktian Sosial (https://tirto.id/).

28. Menteri Ketenagakerjaan

Jacob Nuwa Wea

Diantara sekian tokoh yang namanya pernah menjabat Menteri Ketenagakerjaan, hanya satu yang berasal dari kalangan aktivis buruh. Dan sosok itu bernama Jacob Nuwa Wea. Sebelum duduk di kursi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2001-2004 (sekarang Ketenagakerjaan), Putra NTT itu memang akrab dengan dunia perburuhan, salah satunya saat menjadi Ketua Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SPSI) tepat sebelum didapuk sebagai Menteri. Maka tak heran bila Jacob kerap mengeluarkan beleid yang membela kaum buruh. 
Berbagai produk hukum yang dihasilkan selama periode di Kemnaker seperti Undang-Undang Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (https://www.beritasatu.com). Selain itu turut pula memperjuangkan RUU Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan, serta RUU Penyelesaian Perselisihan Industrial (wikipedia). 
Maka tidaklah heran tatkala Jacob Nuwa Wea menghembuskan nafas terakhirnya 2016 lalu, ribuan buruh turut mengantar jenazahnya ke peristirahatan terakhir.

29. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Azwar Abubakar
Source: Wikipedia

Ketika Azwar Abubakar ditunjuk sebagai Menpan-RB pasca reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II tahun 2011, beberapa tokoh Aceh terkemuka menyebutnya sebagai putra Aceh terbaik (wikipedia). Azwar Abubakar memang sempat menjadi Gubernur Aceh 2004-2005 sebelum didaulat sebagai Menpan-RB 2011-2014. 
Di masa beliau di Kemenpan-RB, untuk pertama kalinya proses seleksi CPNS menerapkan sistem Computer Assisted Test (CAT) pada tahun 2013, setelah sebelumnya sempat diberlakukan moratorium penerimaan CPNS. 

30. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Manuel Kaisiepo
Source: Wikipedia


Jika sebelumnya tokoh dari Aceh, kini giliran sosok dari ujung timur Indonesia, yaitu Papua. Adapun sosok dimaksud adalah Manuel Kaisiepo, Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia 2001-2004. 
Adapun kementerian tempat bertugasnya itu merupakan cikal bakal dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi era sekarang. Dan Manuel Kaisiepo adalah orang pertama yang menjabat posisi tertinggi di instansi tersebut. Selama menjadi menteri  beliau begitu peduli  dan memahami masalah di wilayah timur Indonesia. Upaya-upaya pun terus diperjuangkan demi meningkatkan derajat hidup masyarakat di wilayah tempat bermulanya matahari terbit di Bumi Nusantara itu (https://m.merdeka.com). 

31. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Emil Salim


Apalah arti kesuksesan pembangunan jika menafikan aspek tempat berlangsungnya objek pembangunan tersebut. Emil Salim bukan hanya Profesor Ekonomi yang memikirkan perputaran ekonomi belaka, tetapi juga concern akan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan. 
Dan terbukti, kiprah dan dedikasinya terhadap lingkungan hidup membawanya sampai mendapat penghargaan The Leader for Living Planet Award dari WWF dan Blue Planet Prize dari Asahi Fondation.
Emil Salim adalah Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup 1978-1993, alias 17 tahun mengabdikan diri untuk lingkungan hidup. Bahkan setelah purna tugas sebagai menteri, beliau bersama para koleganya mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). Melihat kiprah beliau yang mana mencurahkan sebagian besar umurnya untuk lingkungan hidup, baik lingkup nasional maupun internasional ,maka sudah sepantasnya Emil Salim menyandang gelar Bapak Lingkungan Hidup Indonesia.

32. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Mien Sugandhi

Dari beberapa tokoh yang pernah menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, bisa jadi Mien Sugandhi adalah yang paling menyita perhatian publik di masanya. Mien Sugandhi mengampu jabatan Menteri PPPA 1993-1998, atau nomenklatur saat itu Menteri Urusan Peranan Wanita. 
Selama duduk di kursi tersebut, beliau melakukan beberapa hal yang cukup mengundang atensi. Diantara tindakannya yang dimaksud seperti ketidaksetujuannya atas pengiriman wakil Indonesia di ajang Miss Universe zaman itu, serta wacananya untuk mendeportasi istri Bung Karno sebelum keputusan terakhir itu akhirnya diralat menteri lain (https://www.suara.com). 

33. Menteri BUMN

Dahlan Iskan
Source: Wikipedia

Sama halnya Azwar Abubakar, Dahlan Iskan masuk Kabinet Indonesia Bersatu II pasca reshuffle 2011. Berbagai gebrakan dilakukan pria yang sebelumnya menjabat Dirut PLN itu, seperti membangkitkan BUMN dengan neraca keuangan negatif (PT IKI, PT Leces), merger BUMN (PT Surveyor Indonesia dan PT Sucofindo), dan masih gebrakan-gebrakan lain yang bermanfaat untuk kemajuan BUMN (https://m.detik.com/).
Akan tetapi diantara kebijakan Dahlan Iskan selama di kementerian, yang paling menarik adalah ketika memfasilitasi pengembangan mobil listrik buatan dalam negeri. Purwarupa produk berupa mobil sport pun berhasil mengundang perhatian khalayak kala itu. Meskipun sempat mengalami kecelakaan ketika menguji mobilnya, beliau tampak tidak kapok untuk melanjutkan program tersebut. Sayang, proyek bagus itu tidak benar-benar berlanjut seiring lengsernya beliau dari kursi Menteri BUMN 2014.

34. Menteri Pemuda dan Olahraga

Adhyaksa Dault
Source: Wikipedia

Last but not least, posisi Menpora diperuntukkan kepada Adhyaksa Dault yang berada di pos itu tahun 2004-2009. Selama ditugasi sebagai Menpora, pria yang terkenal dengan gaya ceplas-ceplosnya itu menunjukkan perhatiannya yang tinggi terhadap para atlet. 
Pada masa beliaulah terbit Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional dan regulasi yang memberi kesempatan atlet serta pelatih berprestasi untuk menjadi CPNS (https://regional.kompas.com). Hal yang kiranya cukup fundamental terhadap jaminan kesejahteraan para duta olahraga, utamanya setelah mereka tak lagi aktif sebagai olahragawan. 

Demikianlah susunan kabinet yang terdiri dari menteri-menteri pilihan yang meninggalkan kesan tersendiri bagi masyarakat, baik selama maupun  setelah tak lagi menjabat sebagai pembantu presiden. Mohon maaf bila ada kekurangan baik dari segi materi ataupun dari segi penyampaian, mengingat sebenarnya cukup banyak menteri hebat yang tidak masuk daftar yang saya ulas. 
Dan jika muncul pertanyaan mengapa didominasi menteri jaman Orba, jawabnya sederhana. Masa pemerintahan orde baru adalah yang paling lama sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Sekali lagi saya jelaskan bahwa tulisan ini memang subjektif, sehingga tak ada keharusan bagi pembaca untuk setuju akan apa yang dipaparkan barusan. Akhir kata, semoga bermanfaat dan salam pancasila...


Minggu, 02 Agustus 2020

Perkara soal Marah

Sore itu Inshiv Moerta menyaksikan seseorang yang tengah memarahi seseorang lainnya. Nada ucapan yang terlontar dari lisan itu tidaklah terlalu tinggi, tetapi cukup mengena bagi sosok yang menjadi objek kemarahan tersebut. Sama halnya dengan orang-orang sekitar, tak ada yang dapat dilakukan Moerta selain hanya diam tercenung mendengar kata-kata pedas yang terus merambati telinga selama kemarahan berlangsung.  Sekalipun tentu saja, ia dan orang-orang disekitarnya bukanlah objek dari kemarahan yang terjadi.
Peristiwa marahnya seseorang kepada seseorang lainnya memang lazim dalam dinamika interaksi antarindividu. Akan tetapi insiden hari itu seolah menjadi percikan yang hadirkan kecamuk kecil yang menjalari rongga-rongga ruang pikiran seorang Moerta. 
Tiupan memori membawanya melintasi pengalaman-pengalaman masa lalunya yang berkaitan dengan kemarahan. Menuntun Moerta untuk menarik benang merah yang tersembunyi di balik tabir jiwa-jiwa yang marah.
Sebagaimana telah mahfum dimengerti, marah merupakan luapan emosi yang berangkat dari kekesalan atas ketidaksesuaian realitas dengan idealitas yang diinginkan. Luapan emosi ini dapat berlangsung tentatif, dapat pula berlangsung lama. Tergantung tingkat parahnya keadaan yang dirasakan oleh sang empunya kemarahan. 
Cara orang mengungkapkan kemarahan pun bervariasi. Marah secara eksplisit dengan mengucap kata-kata pedas dan frontal langsung kepada objek kemarahan adalah cara yang paling umum sekaligus paling mudah dilakukan. Sedangkan orang yang menunjukan kemarahan hanya cukup dengan sikap adalah marah yang tersirat (implisit). Oh, satu lagi. Tak jarang pula orang mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata sindiran sarkastik, baik langsung maupun tidak langsung, ditujukan kepada orang yang menjadi objek kekesalannya. 
Sayangnya, segala seluk beluk kemarahan yang dijabarkan kalimat-kalimat tadi bukanlah benang merah yang dimaksud oleh Inshiv Moerta. Ia lantas berpikir bahwa kemarahan seseorang itu dibagi berdasarkan musabab dan tujuan dari marah itu sendiri.
Pertama adalah marah yang mengintimidasi. Kemarahan ini dilakukan untuk mengancam objek kemarahannya agar tunduk ataupun takut untuk melakukan hal-hal yang tak dikehendaki pelaku. Seperti halnya kemarahan seorang petani jagung kepada anak yang bermain di ladangnya karena khawatir akan jagungnya dicuri, jenis kemarahan ini juga dapat ditujukan untuk melindungi diri. 
Kemudian jenis kemarahan kedua adalah yang paling dibenci Inshiv Moerta: marah yang mem-bully. Baginya, ini adalah kemarahan palsu. Kemarahan yang dibuat-buat. Marah untuk mengerjai, sering kali mencelakai. Marah yang dilakukan seseorang untuk show off! 
Sebut saja seorang murid yang menghardik anak baru di kelasnya agar bersikap seperti yang ia inginkan, atau marah karena anak yang ia palak tidak mau memberikan uangnya. Kemarahan ini intimidatif seperti jenis pertama, tetapi latar belakangnya sangat tidak bermutu. Oleh sebab yang tidak prinsipil sama sekali, termasuk standard ganda yang diterapkan seenak jidat pelakunya. WTF...!
Dan yang terakhir ialah marah yang mengoreksi. Marah jenis ini represif, tapi konstruktif. Intimidatif, tapi positif. Luapan kemarahan yang murni berangkat dari hasrat memperbaiki keadaan. Kemarahan yang ditujukan agar objeknya selamat dari resiko kesalahan, maupun terulangnya kesalahan. Seperti marahnya seorang guru kepada murid yang tidak mengerjakan PR, atau marahnya seorang ayah kepada anaknya yang bermain korek api. 
Hmm, memang benar bahwa marah bukanlah solusi yang disarankan dalam menuntaskan masalah. Inshiv Moerta pun menyepakati pendekatan persuasif sebagai jalan utama dalam upaya mengembalikan  idealitas ke posisi yang semestinya. Akan tetapi kebijaksanaan tetaplah menjadi parameter dalam memutuskan kapan seseorang perlu bernegosiasi, kapan  pula harus marah. Dan tentu saja marah disini adalah jenis yang ketiga.
Ah, peristiwa marah-memarahi sore itu memang tak enak didengar. Jangankan oleh orang yang dimarahi, orang-orang sekitarnya yang tak berkaitan pun turut terkena imbasnya meski hanya sebatas perasaan. Tetapi, setidaknya ada sesuatu yang dapat dipetik oleh Inshiv Moerta, dan juga orang-orang lain disekitarnya...

Credit: pixabay.com

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...