Selasa, 29 April 2014

Presiden yang Baru, Jangan Lupakan Hal Ini...

Konstelasi politik Indonesia tengah memanas. Berakhirnya rangkaian proses Pemilihan Legislatif 9 April lalu tak lantas menurunkan suhu. Kulminasinya justru baru akan tercapai pada Pemilihan Presiden bulan  Juli nanti.

Source : http://www.itoday.co.id/
Bicara mengenai calon presiden atau kompetitor yang hendak bertarung  pada Pilpres  mendatang, masing-masing mereka telah merumuskan dan menyampaikan visi-misi yang diusung sebagai komoditas atau nilai jual mereka di mata para pemilih (baca : rakyat). Semuanya bagus. Namun disini saya tidak mau membahas satu per satu visi-misi mereka karena yang akan saya lakukan dalam tulisan ini hanya menyampaikan harapan kepada siapapun yang menduduki kursi RI 1 kelak, untuk jangan mengalihkan perhatian dari hal-hal berikut. Dua hal yang sebetulnya penting untuk diperhatikan dan disikapi secara patut, namun tampak sering dipinggirkan karena (mungkin) bukan suatu isu yang seksi, khususnya sebagai komoditas politik.

1.    Pariwisata
Source : http://www.scuba-libre-bali.com/
Okay, hal pertama adalah mengenai pariwisata. Sebuah sektor perekonomian yang tidak asing lagi di telinga. Terlebih tentang perannya sebagai sumber devisa negara. Namun bukan berarti sektor pariwisata adalah satu-satunya yang memiliki peran tersebut. Bahkan kontribusinya tergolong kalah bila dibanding sektor-sektor lain yang mengemban peran yang sama.
Posisi pertama penyumbang devisa terbesar adalah sektor minyak dan gas (migas). Rangking dua diduduki oleh sektor tambang (mineral dan batubara), lalu disusul sektor perkebunan(kelapa sawit) . Pariwisata? Ia hanya duduk persis dibawah sektor-sektor tadi.[1] Sebuah fakta yang ironis mengingat potensi wisata yang dimiliki negeri ini.
Keindahan alam Indonesia adalah kekayaan alam yang paling nyata. Dalam artian, kita tidak perlu menggali hingga lapisan tanah terdalam untuk mengeksploitasinya. Bilapun harus menggali tanah, tujuannya bukan untuk mengeruk material yang ada, tapi justru untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan yang terkubur dalam tanah. Dan bukan sebagai objek wisata alam, melainkan dijadikan sebagai objek wisata sejarah dan pendidikan.
Alam Indonesia begitu luar biasa. Mulai dari hal-hal terkecil di dunia, seperti spesies ikan terkecil, primata terkecil, spesies harimau terkecil, hingga hal-hal terbesar di dunia seperti danau vulkanik terbesar, danau air asam terbesar, area hutan bakau terbesar dan bongkahan batu terbesar.  Di sini orang bisa berselancar di sungai layaknya berselancar di pantai, tempat ditemukannya fenomena api biru alami (hanya ada 2 di dunia), gumuk pasir (hanya 4 di dunia), danau habitat ubur-ubur jinak (hanya 2 di dunia), pantai berpasir merah jambu, bahkan ada pula sebuah danau yang kandungan airnya separuh atas adalah air tawar, separuh bawahnya air laut. Lokasi Indonesia yang berada dalam segitiga emas (golden triangle) koral dunia, menjadikannya sebagai pusat konservasi terumbu karang terkaya di dunia.
Keragaman suku, tradisi dan budaya Nusantara adalah aset yang tak ternilai harganya bagi Bangsa Indonesia. Ditambah berbagai warisan peradaban kuno, baik berupa bangunan maupun artefak bersejarah, membuatnya semakin sempurna. Lengkap sudah potensi wisata yang dimiliki tanah air kita tercinta.
Namun para stakeholder negeri ini seolah memandang sebelah mata sektor pariwisata. Kurangnya fokus terhadap sektor ini tampak dari minimnya anggaran yang dikucurkan untuk promosi pariwisata.[2] Dampaknya pun terpampang jelas pada jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Okelah jumlah kunjungan turis bertambah dari tahun ke tahun. Tapi dibanding negara-negara tetangga, kita kalah jauh. Bahkan sampai kalah dengan tetangga yang luas wilayahnya tidak sampai se-jabodetabek!
Lebih konkret lagi pada pemilu tahun ini. Silahkan cek  struktur organisasi Dewan Perwakilan Pusat masing-masing Parpol peserta Pemilu 2014. Hampir semuanya tidak ada yang menempatkan pariwisata sebagai bidang sektoral yang menjadi fokus kerja partai.
Sebetulnya peran yang diemban pariwisata bukan sekedar sumber devisa belaka. Jauh lebih dari itu, pariwisata merupakan ajang pemberdayaan potensi ekonomi kerakyatan. Usaha-usaha mikro, kecil dan menengah, serta pemberdayaan potensi-potensi lokal masyarakat, sangat bisa didongkrak melalui pariwisata. Hal ini tentu sejalan dengan program-program pro-rakyat yang diusung sejumlah parpol peserta pemilu.
Oleh karena itu, sudah selayaknya pemimpin mendatang harus mempunyai paradigma yang berbeda dalam memandang pariwisata. Sebuah sektor yang bila digarap secara serius, bukan mustahil untuk menjelma menjadi sektor yang berperan sentral dalam perekonomian nasional. Pariwisata bukan hanya memberi keuntungan materi, tapi juga non materi. Ingat, cukup banyak negara yang suskses mengangkat citranya berkat bidang satu ini.

2.    Konservasi Hutan

Source : http://savehutankalimantanbarat.blogspot.com/
Penegakan hukum, harus. Kedaulatan pangan, oke. Kedaulatan energy, yes. Pendidikan yang inklusif dan berkualitas, great. Pertumbuhan ekonomi tinggi disertai pemerataan, boleh. Memang semuanya penting. Tapi itu baru mencakup kepentingan manusianya.  Kita tidak boleh lupa bahwa kita hidup di sebuah tempat yang disediakan Tuhan, yakni alam. Jadi, sudah sepatutnya perhatian juga diberikan kepada alam penyangga kehidupan kita.
Indonesia dianugerahi Tuhan kekayaan alam berupa hutan hujan tropis terbesar nomor 3 dunia. Fakta ini turut melegitimasi hutan Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia. Perannya kian penting di tengah merebaknya isu perubahan iklim global. Hutan Indonesia adalah rumah bagi jutaan spesies flora-fauna dengan biodiversitas tertinggi kedua di dunia. Bahkan mempunyai organisme endemik terbanyak di muka bumi. Sayangnya, reputasi itu tercoreng dengan laju deforestasi terparah di dunia.
Pemberian status taman nasional di sejumlah area konservasi di Indonesia, tak lantas membuatnya terbebas dari ancaman predator yang disebut pembalakan liar. Sebagai contoh sebuah taman nasional di timur Kalimantan. Hutan tersebut memiliki keanekaragaman hayati cukup kaya. Bahkan di tempat itu pula terdapat pohon ulin terbesar di dunia, tingginya 20 meter dan berumur kurang lebih 1000 tahun.[3] Namun eksistensi hutan tersebut kian terancam oleh berbagai faktor, mulai dari pembalakan liar, hingga pemukiman yang dibangun di area hutan. [4]
Satu contoh lagi adalah hutan hujan tropis Sumatera. Kawasan hutan ini telah mendapat kehormatan dari UNESCO sebagai warisan dunia (UNESCO World Heritage). Namun sekarang, cobalah buka laman resmi UNESCO. Pada daftar warisan dunia UNESCO, kita dapat melihat bahwa hutan hujan tropis sumatera (Tropical Rain Forest of Sumatera) diberi warna merah pada simbolnya. Sebuah tanda yang khusus disematkan pada warisan dunia yang terancam kelestariannya. Ironisnya, hutan hujan sumatera menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yang mendapat tanda tersebut.
Oleh karena itu, alangkah bijaknya bila siapapun yang berada di tampuk kekuasaan tertinggi nanti, memiliki kepedulian dan perhatian yang besar pada masalah hutan Indonesia. Khususnya dalam  upaya merehabilitasi kawasan hutan yang rusak, serta perlindungan yang cukup terhadap hutan yang masih lestari. Bagaimanapun alam telah memberi kita kehidupan, jadi sudah sepatutnya kita sebagai manusia turut memperlakukan alam secara adil dan bijak.

Demikian sekelumit pikiran dan harapan yang dituangkan dalam tulisan ini. Saya tidak mengharap dua hal diatas dikomodifikasi sebagai “objek jualan” politisi. Yang terpenting adalah perhatian dan tindakan nyata dari pemimpin mendatang, kaitannya dengan dua hal tadi. Semoga Pemilu 2014 mampu menghasilkan sosok negarawan yang cakap dan amanah. Negarawan yang mampu memimpin, memahami, melayani dan melindungi segenap unsur yang ada di tanah air Indonesia.




[1] http://economy.okezone.com/read/2012/07/05/320/659393/pariwisata-penyumbang-devisa-terbesar-kelima-di-indonesia
[2] http://travel.kompas.com/read/2013/09/24/0815118/Pariwisata.Belum.Dianggap.sebagai.Sektor.Penting
[3] http://sains.kompas.com/read/2013/03/18/12370079/Pohon.Ulin.Terbesar.Dunia.Ada.di.Indonesia
[4] http://news.detik.com/read/2013/12/08/004559/2435461/10/peneliti-asal-kanada-ini-kaget-melihat-kondisi-taman-nasional-kutai

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...