Infrastruktur jalan diperlebar. Dermaga pelabuhan
diperpanjang. Pasokan listrik ditingkatkan dan dipastikan ketersediaannya. Begitu
pula dengan jaringan telekomunikasi. Sementara 20 unit rumah baru dibangun
secara khusus, 4 diantaranya dilengkapi air
conditioner. Semuanya dibangun dan segera diselesaikan demi suksesnya
penyelenggaraan sebuah event bertaraf internasional, bernama Sail Morotai 2012.
Bulan September 2012. Pada bulan yang kesembilan ini,
Indonesia disibukkan oleh dua event besar di waktu yang hampir bersamaan. Yang
pertama adalah Pekan Olahraga Nasional atau lebih disingkat PON, sebuah ajang
olahraga multicabang tingkat nasional, dimana 33 provinsi se-Indonesia mengirim
talenta-talenta terbaiknya untuk bertanding dan memberikan yang terbaik bagi
daerahnya. Event yang kedua adalah yang berkelas internasional, yakni Sail
Indonesia. Hajatan ini berupa ajang rally
kapal (jenis yacht) dari berbagai
negara di seluruh dunia, dimana tahun ini Indonesia memilih Morotai sebagai host acara tahunan tersebut, sehingga
lebih dikenal dengan nama Sail Morotai 2012. Untuk diketahui, ini bukan pertama
kalinya Indonesia menjadi penyelenggara World
Sailing Event, karena ajang serupa pernah dihelat di Bunaken (Sail Bunaken
2009), Kepulauan Banda (Sail banda 2010), serta Wakatobi dan Belitung yang menjadi
tuan rumah bersama tahun kemarin (Sail Wakatobi-Belitong 2011).
Pulau Morotai. Mungkin sebuah nama yang masih terdengar asing
bagi sebagian pembaca. What is Morotai
Island, and where is it? Dengan mengetahuinya, boleh jadi anda akan merasa bangga
Indonesia memiliki pulau tersebut. Ingin tahu?
Pulau Morotai adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah
utara Pulau Halmahera, Maluku Utara. Awalnya pulau ini masuk wilayah
administrasi Kabupaten Halmahera Utara, namun sejak dimekarkan tahun 2008,
Morotai resmi menjadi daerah otonom baru dengan nama Kabupaten Pulau Morotai. Kabupaten
yang beribukota di Daruba ini dikenal memiliki segudang potensi, terutama
kekayaan alamnya. Perairan sekitar Morotai menyimpan potensi perikanan yang
sangat melimpah sedangkan pesisirnya terdiri atas deretan pantai dengan
panorama yang menggoda mata, termasuk yang ada di Pulau Dodola yang tak jauh
dari Morotai.
Pulau Morotai juga menyimpan kenangan yang tertulis dalam
sejarah. Kurang lebih 70 tahun yang lalu, Morotai menjadi saksi bisu dahsyatnya
salah satu pertempuran terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia : Perang
Dunia II. Yup, di pulau inilah
terjadi pertempuran antara Jepang dan Sekutu pada awal hingga pertengah era
1940-an. Nilai sejarah Pulau Morotai semakin ‘bergengsi’ karena di tempat
itulah Jenderal MacArthur, Panglima Besar Sekutu wilayah Pasifik yang cukup legendaris
itu meraih kejayaannya setelah mengalahkan Jepang dalam peristiwa yang yang
disebut Battle of Morotai, sebuah
nama pertempuran yang cukup terkenal dalam sejarah Perang Dunia II. Berbagai
peninggalan Perang Dunia II pun masih bisa dijumpai di Pulau Morotai berupa
bunker-bunker dan gua persembunyian tentara, senajata-senjata perang, termasuk pula
bangkai-bangkai kapal dan pesawat yang tenggelam di dasar laut. Bahkan bandara
yang ada di Morotai sekarang ini adalah warisan Pangkalan Militer Sekutu 70
tahun silam.
Sebagai bukti
tingginya nilai sejarah Pulau Morotai, beberapa waktu lalu ketika Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI bersama Gubernur Maluku Utara berkunjung ke
Amerika untuk mencari data Perang Pasifik terkait pembangunan Museum Perang Dunia
II di Morotai, pihak setempat (Amerika) sampai meminta untuk dibawakan segenggam
pasir dari Morotai untuk disimpan di Museum milik Amerika. Alasannya karena
mereka menilai Morotai sebagai tanah penuh sejarah (karena menjadi saksi
kejayaan mereka di Perang Dunia II).
Okay, kembali ke Sail
Morotai. Menyelenggarakan sebuah event yang melbatkan peserta dari berbagai
negara di dunia, di daerah yang terbilang masih tertinggal pembangunannya tentu
sebuah terobosan yang sangat baik. Karena bila festival tersebut berjalan
sukses, tentu akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi daerah
tersebut serta namanya semakin terangkat dan harum di dunia internasional. Apalagi
dapat dikatakan bahwa Morotai adalah salah satu harta masa depan Indonesia. Mengapa?
Sesuai tema yang diusung panitia Sail Morotai, yaitu "Menuju Era Baru Ekonomi Regional Pasifik". Untuk
diketahui, pusat alur kegiatan ekonomi dunia di masa mendatang diperkirakan
akan bergeser dari Samudra Atlantik ke Samudra Pasifik. Bersama Bitung
(Sulawesi Utara), Morotai akan menjadi garda terdepan Indonesia, sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional di kawasan pasifik. Terlebih lagi seperti yang diceritakan sebelumnya, Morotai sudah
sudah mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah dunia. Dengan kesuksesan
menyelenggarakan event kelas dunia, lalu citranya tersebar luas, momen ini bisa
menjadi pertanda come back-nya
Morotai, yang dikenal sebagai ‘mutiara di bibir pasifik’.
Salah satu bukti keampuhan penyelenggaraan World Sailing Event terhadap daerah yang menjadi host-nya bisa kita lihat di Ambon.
Setelah meraup sukses sebagai tuan rumah Sail Banda 2010, turis asing semakin
banyak yang mengunjungi Maluku. Hal ini terbukti dengan semakin seringnya
kapal-kapal pesiar yang datang dan singgah di pelabuhan Ambon. Sesuatu yang
tidak pernah dialami Ambon sekian lama pasca terbebasnya daerah tersebut dari
status daerah konflik. Suatu hal yang patut kita syukuri bersama tentunya.
Berlokasi di daerah yang notabene merupakan kawasan beranda negara, penyelenggaraan Sail Morotai juga semakin berarti karena
sesuai rencana yang termaktub dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, Pulau Morotai akan
dikembangkan sebagai kawasan mega minapolitan, yakni sebuah pengembangan
kawasan berbasis kegiatan perikanan. Dengan suksesnya Morotai sebagai
penyelenggara ajang internasional, yang memberikan efek domino terhadap perkembangan pariwisatanya, prospek Morotai ke depan bakal semakin cerah dengan kombinasi sektor pariwisata dan pengembangan mega minapolitan sebagai pilar perekonomian daerah.
Oleh karena itu, pihak penyelenggara terutama pemerintah
pusat dan pemerintah daerah setempat (baik provinsi Maluku Utara mapun Pemkab
Morotai) harus membuat target pencapaian yang hendak di diraih baik saat maupun
pasca Sail Morotai berlangsung. Hal ini penting untuk memacu agar
penyelenggaraan event ini mampu memberikan hasil yang sesuai harapan. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat adalah hal yang mutlak untuk dijadikan parameter. Untuk hal ini kiranya mereka harus berpegang pada salah satu prinsip penyelenggaraan kepariwisataan yang termaktub dalam Pasal 5 huruf c Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yakni memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan proporsionalitas.
Well, kita tentunya berharap perhelatan World Sailing Event
di negeri ini dapat memberikan hasil yang terbaik untuk daerah penyelenggara
pada khususnya, dan negara pada umumnya. Jangan sampai event ajang tahunan ini
hanya menjadi pesta kembang api yang heboh di malam hari, tapi kembali sepi
saat tibanya pagi. Harapan serupa juga patut disematkan kepada penyelenggaraan
Sail Komodo tahun 2013 mendatang dan Sail Event di tahun berikutnya.
Melalui tulisan ini pula saya juga ingin memberikan masukan
kepada pemerintah atau siapapun pihak yang berwenang atas penyelenggaraan event
tahunan Sail Indonesia, mengenai daerah-daerah yang layak menjadi host Sail Indonesia selanjutnya. Adapun
daerah-daerah yang saya usulkan menjadi tuan rumah selanjutnya adalah Raja
Ampat (Papua Barat), Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur), Kepulauan Anambas
(Kepulauan Riau), Sabang (Aceh) dan Biak (Papua). Alasannya tidak lain karena
daerah-daerah tersebut tergolong masih tertinggal, tapi memiliki potensi bahari
yang sangat kaya dan prospektif untuk dikembangkan sebagai pusat perekonomian
baru berbasis kelautan.
Referensi :
http://www.sailmorotai2012.com/
http://www.sailmorotai2012.com/
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Bappenas. 2011.
Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Kemenko
Perekonomian : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar