Warisan dunia UNESCO merupakan
sebuah penghagaan prestisius yang diberikan kepada situs/cagar alam dan/atau
budaya yang dinilai memenuhi syarat tertentu, terutama dalam hal kelestarian. UNESCO
sebagai badan PBB yang menangani bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, sangat selektif dalam menetapkan warisan dunia. Oleh karena itu,
sebuah tempat atau area yang mendapat status sebagai warisan dunia UNESCO
memiliki prestis dan keistimewaan tersendiri, sehingga turut menjadi daya tarik
dalam menggaet wisatawan.
Ada tiga kategori warisan yang
ditetapkan UNESCO, yaitu alam (natural
site), budaya (cutural site) dan
campuran (mixed site). Dari 8 situs
warisan dunia yang saat ini dimiliki Indonesia, belum ada satu pun situs yang
berkategori campuran. Pulau Komodo, Taman Nasional (TN) Lorentz, TN Ujung Kulon
dan Hutan Hujan Sumatera berkategori alam. Sedangkan Situs Sangiran, Candi
Prambanan, Candi Borobudur dan Sistem Subak di Bali masuk kategori budaya.
Meski sebentulnya bukan hal yang urgent, alangkah baiknya jika otoritas
ataupun para pemangku kepentingan agar mendorong situs nasional menjadi warisan
dunia kategori campuran. Guna mewujudkannya, maka harus ada situs atau cagar yang
mengombinasikan alam dan budaya sebagai daya tariknya. Melalui tulisan ini saya
menyampaikan masukan akan hal tersebut, yakni berupa tiga situs nasional yang
rasanya dapat memenuhi kriteria warisan dunia mixed site. Berikut deskripsinya masing-masing.
1. Taman
Nasional Lore Lindu
Taman Nasional
Lore Lindu (TNLL) merupakan sebuah taman nasional yang berlokasi di Sulawesi
Tengah. Kawasan ini punya kombinasi daya tarik alam dan peninggalan sejarah
yang menawan. TNLL yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer sejak 1977,
dikenal sebagai tempat yang sangat ideal untuk pengamatan burung. Burung Maleo
khas Sulawesi adalah salah satu “artis” yang paling dicari pengunjung TNLL. Tercatat
ada 127 spesies burung dimana 77 diantaranya merupakan spesies endemik yang hanya
dapat ditemukan di kawasan hutan dengan tiga tipe ekosistem yang berbeda itu.
Selain kaya akan
berbagai jenis burung, terdapat pula berbagai jenis mamalia, reptil dan amfibi
yang tersebar dalam kawasan konservasi dimana 50% diantaranya endemik Sulawesi.
TNLL pun termasuk salah satu rumah bagi spesies primata terkecil di bumi yang
juga endemik Sulawesi, Tarsius.
Source: blog.therabuana.com |
Dari sisi cultural, TNLL dikenal pula sebagai salah
satu surga megalitik Nusantara. Ratusan situs megalitik dengan beragam bentuk, ukuran
dan keunikan masing-masing tersebar di beberapa titik dalam area konservasi. Mulai
dari arca-arca yang hanya puluhan centimeter hingga patung-patung besar ukuran
1-4 meter dapat dijumpai di kawasan seluas 217.991,18 hektar itu. Dan yang
lebih istimewanya lagi, situs-situs tersebut diyakini eksis sejak 1300-2500 SM.
Itulah Taman Nasional Lore Lindu, sebuah aset yang tak ternilai harganya bagi
Sulawesi Tengah.
2. Kepulauan
Banda
Kepulauan Banda
belum menjadi World Heritage kendati
telah masuk daftar tentative sejak
2005. Sebagai kepulauan yang sebagian besar wilayah berupa perairan, Banda
adalah salah satu icon dalam segitiga
emas koral dunia yang menaungi Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste,
Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Ya, dengan spesies terumbu karang sebanyak
330 jenis, sudah tentu perairan Banda yang juga titik terdalam peraian
Nusantara menyimpan biodiversitas laut yang sangat kaya. Keindahan Taman Laut
Banda memang sudah tersohor sampai mancanegara berkat keindahan spot-spot diving-nya yang visibilitasnya dapat
diselami hingga 40 meter.
Source: sains.kompas.com |
Selain atraksi
berupa keindahan dan keanekaragaman terumbu karang yang luar biasa, taman laut
banda memang sebuah keajaiban alam. Suatu ketika terumbu-terumbu karang Banda
pernah hancur karena letusan gunung berapi. Normalnya terumbu karang yang rusak
membutuhkan waktu puluhan tahun untuk tumbuh seperti sedia kala. Tetapi teori
itu tidak berlaku untuk terumbu karang Banda. Dalam tempo tidak sampai sepuluh
tahun, terumbu karang Banda sudah kembali tumbuh dengan sehatnya. Berkat fenomena
ini, UNESCO menilai pertumbuhan terumbu karang Banda sebagai yang tercepat di
dunia.
Lautnya bak surga, daratnya melegenda. Sebutan
itu memang layak disematkan untuk Kepuauan Banda. Sebagaimana pernah kita
dengar, Maluku adalah penghasil rempah-rempah yang mengundang perhatian para
penjelajah (baca: imperialis) Eropa untuk mendatangi dan menguasainya. Kepulauan
Banda pun dikenal sebagai produsen utama rempah-rempah di Bumi Maluku.
Source: health.kompas.com |
Jejak historis
Banda sebagai “harta rebutan” bangsa Eropa abad pertengahan dapat disaksikan
melalui keberadaan benteng-benteng di beberapa titik wilayahnya. Di sana masih
dapat dijumpai sisa-sisa Benteng yang didirikan dan digunakan
kolonialis-kolonialis Eropa yang pernah menguasai Kepulauan Banda, dengan
berbagai kondisi bangunannya.
Berkat tanahnya yang menghasilkan pala, Inggris menjadikan salah satu pulau di wilayah Banda yang bernama Run, sebagai koloni pertamanya di dunia.[1] Kemudian terjadi konflik bersejata yang melibatkan Belanda yang ternyata juga menginginkan tempat yang sama, sampai akhirnya disudahi dengan perjanjian dimana Belanda bersedia menukarkan sebuah pulau koloninya di Amerika dengan Pulau Run. Jadilah Belanda menguasai penuh Kepulauan Banda. Di lain pihak, Inggris mendapatkan pulau koloni Belanda di Amerika bernama Nieuw Amsterdam. Kemudian Inggris merubah nama pulau di pesisir timur Amerika Utara itu dengan nama New York...
Berkat tanahnya yang menghasilkan pala, Inggris menjadikan salah satu pulau di wilayah Banda yang bernama Run, sebagai koloni pertamanya di dunia.[1] Kemudian terjadi konflik bersejata yang melibatkan Belanda yang ternyata juga menginginkan tempat yang sama, sampai akhirnya disudahi dengan perjanjian dimana Belanda bersedia menukarkan sebuah pulau koloninya di Amerika dengan Pulau Run. Jadilah Belanda menguasai penuh Kepulauan Banda. Di lain pihak, Inggris mendapatkan pulau koloni Belanda di Amerika bernama Nieuw Amsterdam. Kemudian Inggris merubah nama pulau di pesisir timur Amerika Utara itu dengan nama New York...
Ya, memang ada
beberapa situs dengan kondisi yang memprihatinkan. Oleh karena itulah
revitalisasi mutlak dilaksanakan jika memang serius mengajukan Banda sebagai
warisan dunia. Jika wilayah kota sebesar Malaka, Brasilia dan Rio de Janeiro
bisa menjadi World Heritage, kenapa
tidak bagi Banda yang hanya Kecamatan?
3. Taman
Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Dari Maluku kita
balik lagi ke Sulawesi. Di Sulawesi Selatan ada Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) yang juga layak menjadi Mixed Site World Heritage. Dalam taman nasional tersebut terhampar
indah perbukitan Karst nan luas, yang masuk salah satu yang terbesar di dunia. Ratusan
tahun silam seorang Naturalis ternama Inggris, Alfred Russel Wallace, pernah
singgah di Bantimurung dan dibuat terpesona dengan keberadaan berbagai jenis
kupu-kupu, dengan ukuran fisik yang besar-besar dan juga elok warnanya. Kala itu,
naturalis yang pertama mencetuskan teori evolusi sebelum Darwin itu mencatat
ada 256 spesies kupu-kupu di Bantimurung.
Source: id.wikipedia.org |
Pesona keindahan
dan kemegahan bukit Karst TN Babul bukan hanya mendatangkan manfaat bagi
kehidupan warga sekitar melalui mata-mata airnya. Tidak jauh dari kawasan
tersebut, belum lama ini ditemukan sebuah temuan arkeologis yang cukup fenomenal.
Temuan yang dimaksud adalah beberapa stensil atau lukisan tangan dalam sebuah
gua yang umurnya berkisar 17.400-39.900
tahun.[2]
Jika sebelumnya
lukisan tangan tertua di dunia ada di Gua El Castillo (Spanyol) dengan usia
37.300 tahun, maka dengan ditemukannya lukisan goa di Maros 2014 lalu
membuktikan bahwa karya seni rupa tertua di dunia dibuat oleh manusia-manusia
Nusantara, yang menghuni Sulawesi sejak 40.000 tahun silam.
Demikian tiga situs nasional yang kiranya dapat dipertimbangkan
untuk diajukan ke UNESCO sebagai warisan dunia kategori campuran. Upaya tersebut
dilakukan tidak lain sebagai komitmen negara dalam menjaga dan merawat
situs-situs nasionalnya, demi kelestarian alam, budaya dan pengembangan pariwisata, dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar