Kegagalan Tim Nasional Indonesia di Piala AFF 2014 kiranya telah memperpanjang daftar kegagalan sepak bola Indonesia dalam berprestasi di ajang internasional. Bagaimana tidak, dengan gagalnya Timnas lolos penyisihan grup AFF Cup 2014, berarti masa-masa kering prestasi sepak bola Indonesia (dalam hal ini Timnas Senior) telah berlangsung genap 23 tahun mengingat terakhir Tim Garuda meraih gelar juara pada SEA Games 1991 di Manila, Filipina.
Fakta tersebut mengingatkan saya
pada sebuah gagasan alternatif untuk sepak bola Indonesia agar mampu bicara
banyak di ajang internasional. Alternatif itu berupa wacana agar organisasi
induk sepak bola nasional (PSSI) yang berada di bawah organisasi induk sepak
bola Asia (AFC), berpindah ke konfederasi induk lain yang dianggap lebih ringan
persaingannya. Adapun konfederasi yang dimaksud adalah Oceanian Football Confederation (OFC) yang beranggotakan
negara-negara di Samudera Pasifik (Oseania).
Ide untuk pindah konfederasi
sebetulnya bukan hal yang baru. Wacana ini sempat dilontarkan tahun 2013 oleh
mantan Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI, Timo Scheunemann. Jauh sebelumnya
lagi, entah kapan tahunnya, saya pernah membaca gagasan serupa yang disampaikan
seseorang di rubrik surat pembaca di salah satu tabloid olahraga nasional.
Mari mencoba menakar kemungkinan
PSSI pindah ke OFC. Secara geografis, letak Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik. Jika Israel dan Kazakhstan yang 100%
wilayahnya masuk Asia tapi bisa gabung UEFA, kenapa Indonesia yang sebagian
wilayahnya ada di Pasifik tidak bisa ke OFC?
Secara rivalitas antar anggota,
OFC tergolong lebih ringan dari Asia. Terlebih setelah keluarnya Australia yang
sebelumnya begitu digdaya di zona tersebut. Hal ini tidak terlepas dari
kualitas sepak bola di negara-negara Oseania yang masih tertinggal dari region
lainnya. Bila gabung OFC, peluang lolos ke Piala Dunia terbuka cukup lebar
karena regulasi FIFA mensyaratkan juara kualifikasi OFC untuk play-off dengan wakil CONCACAF (Amerika
Utara, Tengah dan Karibia) untuk memperebutkan satu tiket Piala Dunia. Hal ini
lebih ringan dari kebijakan sebelumnya yang mengharuskan wakil OFC play-off dengan wakil CONMEBOL (Amerika
Selatan).
Bukan hanya Piala Dunia, andaikan
PSSI pindah ke OFC, peluang timnas tampil di ajang prestis lain seperti
Olimpiade (untuk Tim U-23) dan kejuaraan-kejuaraan dunia kelompok umur (Piala
Dunia U-20 dan U-17) juga terbuka lebar. Syaratnya adalah menjuarai kualifikasi
pra-olimpiade (untuk Olimpiade) dan menjuarai kejuaraan-kejuaran junior
regional OFC (untuk Piala Dunia U-20 dan U-17).
Sebagaimana sempat disebut
sebelumnya, setelah keluarnya Australia, persaingan zona OFC relatif lebih
seimbang. Selandia Baru yang dianggap tim terkuat pun tidak selalu mulus dalam
bersaing kendati kualitas lawan-lawan di Oseania relatif dibawah mereka. Artinya,
tidak ada superioritas mutlak di kawasan Oseania dalam sepak bola. Masih
ingat Tahiti di Piala Konfederasi 2013 ? Mereka menjadi tim penggembira di
ajang tersebut. Tapi mengapa mereka bisa lolos ke Piala Konfederasi? Karena mereka
adalah juara OFC Nations Cup 2012...
Kembali ke sepak bola Indonesia. Entah
faktor apa yang membuat timnas begitu sulit menjuarai sebuah turnamen. Di level
Asia kita masih dibawah Asia Timur dan Timur Tengah. Di level Asia Tenggara yang
levelnya relatif setara pun tetap sulit bersaing. Terlebih Piala AFF mendatang, ASEAN kedatangan
rival baru dari selatan, langganan Piala Dunia: Australia. Sembari
menata kompetisi dan pembinaan pemain muda secara intensif, tidak
ada salahnya PSSI mempertimbangkan alternatif lain demi kepentingan Tim
Nasional. Termasuk pindah konfederasi mungkin?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar