Hai kau yang di Jogja
Apa kabarmu disana
Ya, sudah tiga bulan terlewat
Sejak terakhir kita bersua
Saat liburan hari raya
Kau sudah tahu bukan...
Apa yang kusampaikan kala itu
Ya, semua tentang aku dan kau
Dan ternyata pun kau sama saja
Meski sedikit berat, tak mengapa
Pikirku kala itu
Dan kembalilah aku, momen pun berlalu
Tapi, setiba aku di ibukota
Inilah kenyataan yang harus ku kabarkan
Semuanya benar-benar lenyap kawan...
Dan semakinlah nyata
Setelah segenap upaya ku jalankan
Nampaknya
Kita memang harus merelakan
Maafkan kelengahanku kawan
Semua tentang kita
Dari kita, oleh kita, untuk kita
Tapi ternyata, tidak untuk selamanya...
Entah seberapa banyak
Waktu yang kita lalui bersama
Entah seberapa besar
Nilai kenangan yang terbingkai
Ruangan itu...
Saksi bisu rangkaian kisah kita
Dari malam yang masih muda
Hingga menjelang dini hari
Hari berganti tanpa kita hiraukan!
Adanya hanya tawa, heran,
Takjub, alunan nada
Plus kadang sedikit ketakutan
Ya, aku belum lupa!
Kita kumpulkan alunan-alunan nada itu
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit!
Sesekali kita amati mereka
Luar biasa juga ternyata
Kita berhasil kumpulkan sebanyak itu!
Dan hey, jangan lupakan pula
Sepanjang waktu itu kita susun bersama
Onggokan-onggokan besi baja
Menjadi sebuah kerangka
Di atas pondasi yang telah diperkuat
Dari yang kosong menjadi isi
Dari yang belum ada menjadi ada
Yang kosong kita isi
Yang rendah kita tinggikan
Yang kecil kita besarkan
Yang kurang kita tambahkan
Hasilnya memang tak sempurna
Tapi seperti ku bilang sebelumnya
Dari kita, oleh kita, untuk kita!
Belum pula aku lupa
Sore hari pukul setengah lima
Dengan sepatu ala kadarnya
Kita menuju Mandala Krida
Larilah kita disana
Empat hingga lima putaran
Kita rasakan peluh menyertai lelah
Rasa lelah yang kelak 'kan kita kenang
Dan malam ini,
We are doing it, mate...
Ya, aku ingat
Sajak yang aku buat
Bulan April 2013...
Kita goreskan tinta bersama
Tuangkan apa yang dirasakan bersama
Dan kala itu pula
Kita berjanji untuk mengenangnya
Masa-masa pergulatan itu kawan...
Senja di Mandala Krida
Itulah judulnya
Tapi, ku rasa kau juga tahu soal ini
Ketika misi harus melenceng dari visi
Kau turut merasakannya bukan?
Berkompromi dengan kondisi
Berdamai dengan situasi
Ah, itu sudah lewat
Sudah tak relevan bung...
Garis-garis besar haluan Tuhan
Sungguh sempurna tiada cela
Hari ini
Aku menulis khusus untuk kita
Ihwal sesuatu yang hanya kita
Dan juga Tuhan yang tahu
Rangkaian kisah semu
Di rumah tiga lantai itu
Saksi bisu selama empat tahun
Dan separuh dari sesuatu itu
Kini telah tiada...
Melalui sajak ini pula
Aku mengabarimu
Akan ku kunjungi rumah itu
Barang untuk sejenak
Mengenang masa-masa itu
Yang telah berakhir tahun lalu
Menyisakan kenangan yang kini hilang
Kendati hanya sebagian
Tunggulah saja,
El otro me
Moga tiada aral melintang
See you on december!
Written by: ali-aliyonk
Jumat, 30 Oktober 2015
Rabu, 21 Oktober 2015
La Cita (12.1.p)
"Kehidupan lebih nyata daripada pendapat orang-orang tentang kenyataan."- Pramoedya Ananta Toer -
Minggu, 18 Oktober 2015
Mendukung Kebangkitan Industri Dirgantara
Industri strategis nasional
tampak bergairah akhir-akhir ini. Setelah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sukses meluncurkan Satelit LAPAN-A2 akhir September lalu, misi
berikutnya adalah menuntaskan proyek pesawat turboprop N-219 yang rencananya roll
out 2015 ini. Sebuah kabar yang cukup membanggakan khususnya bagi
perkembangan industri dirgantara nasional yang juga tengah menunggu proyek R80
karya PT Reggio Aviasi Industri (RAI), besutan keluarga Habibie.
Pesawat N-219 sendiri merupakan
proyek kolaborasi LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang diproyeksikan
sebagai pesawat ringan untuk transportasi antar pulau di Indonesia.[1] Nantinya bukan hanya sebagai pesawat penumpang/komersial saja, melainkan juga
akan diproduksi sebagai pesawat angkut militer, barang, hingga pesawat amphibi. Dengan kemampuan landing di landasan
pendek, diharapkan pesawat N-219 bisa menjadi solusi kemandirian bangsa dalam
memenuhi kebutuhan transportasi antardaerah dan pulau-pulau terpencil di pelosok
negeri. Kabar baiknya lagi, beberapa negara sudah siap mengantri memesan
pesawat karya anak bangsa itu.
Source: http://jakartagreater.com/ |
Sebetulnya misi menerbangkan
pesawat buatan dalam negeri bukan hal yang baru. Beberapa dekade silam industri
dirgantara kita sempat dua kali menghasilkan produk yang menjadi kebanggaan
nasional. Keduanya adalah pesawat CN-235 (kerjasama dengan Cassa Spanyol), dan
yang fenomenal N-250, pesawat turboprop pertama di dunia yang menerapkan sistem fly by wire. Dua variannya bahkan sudah terbang perdana pada tahun 1995 (N-250
Gatotkaca) dan 1996 (N-250 100 Kerincing Wesi), sebelum akhirnya dibatalkan
proyeknya karena Krisis Ekonomi 1997. IPTN sendiri merupakan perusahaan yang
kini berganti nama menjadi PTDI.
Ya, industri dirgantara merupakan
salah satu industri strategis yang berperan vital bagi negara kepulauan,
layaknya Indonesia. Benefit yang dihasilkan bukan hanya kemandirian dalam
memenuhi kebutuhan transportasi udara yang besar prospeknya, melainkan juga
prestis sebagai sebuah bangsa. Pengembangan teknologi dirgantara merupakan yang
paling sulit setelah teknologi antariksa, atau setara dengan teknologi energi
nuklir. Oleh karena itu, B.J. Habibie (Presiden RI ke-3, Bapak Teknologi
Indonesia) melalui teori “lompatan kodok”-nya, menyatakan bahwa bila kita mampu
menguasai teknologi yang paling rumit, maka teknologi lain yang tingkat
kesulitannya dibawah akan lebih mudah dikuasai. [2]
Proyeksi pesawat buatan dalam
negeri yang dirancang LAPAN (selain satelit) tidak berhenti pada N-219.
Rencananya setelah pesawat tersebut diproduksi masal, selanjutnya bakal menyusul seri-seri pesawat lain seperti
N-245 dan N-270. Terlebih jika Pesawat R80
produksi PT RAI yang juga made in
Indonesia turut berhasil nantinya, maka industri dirgantara nasional tengah
menatap masa depannya yang cerah.
Dengan memahami arti pentingnya,
maka seyogyanya agar industri dirgantara didukung oleh berbagai kalangan, baik dukungan materil maupun non-materil.
Info-info positif mengenai industri strategis kiranya perlu dipublikasikan
dengan porsi yang layak. Mengingat industri dirgantara ataupun industri
strategis pada umumnya-- merupakan bagian dari pembangunan nasional, maka
masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan perlu mendapat informasi
yang cukup agar dapat memahami dan ikut mengawasi.
Semoga industri dirgantara pada
khususnya, dan industri strategis pada umumnya,
terlindung dari kepentingan-kepentingan yang menghambat perkembangannya dan mengancam eksistensinya.
Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Sebagai bangsa yang 70 tahun merdeka, maka sepatutnya dinding yang bernama inferiority complex itu dihancurkan, lalu dibangun benteng kokoh bernama Kedaulatan Nasional.
Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Sebagai bangsa yang 70 tahun merdeka, maka sepatutnya dinding yang bernama inferiority complex itu dihancurkan, lalu dibangun benteng kokoh bernama Kedaulatan Nasional.
Selasa, 13 Oktober 2015
Asa Mengubah Dunia (Sebuah puisi di Westminster Abbey)
Sebaris puisi terukir pada salah satu nisan di Westminster Abbey, London, Inggris. Sebuah puisi inspiratif tentang mimpi besar untuk merubah dunia. Puisi ini menginspirasi pembacanya bahwa untuk mencapai sebuah tujuan besar, maka mulailah dari hal-hal yang terkecil terlebih dahulu.
Mulai dari yang terdekat, dari yang termudah, dari yang sederhana, maka waktu akan menuntun kita menuju fase yang tertinggi. Berikut puisi yang dimaksud, beserta terjemahannya...
When I was young and free
and my imagination had no limits,
I dreamed of changing the world
As I grew older and wiser,
I discovered the world would not change,
so I shortened my sights somewhat
and decided to change only my country
But it too seemed immovable
As I grew into my twilight years,
in one last desperate attempt,
I settled for changing my family,
those closest to me,
but alas they would have none of it
And now as I lay on my deathbed,
I realize,
If I had only changed myself first,
then by example I might have changed my family
From their inspiration and encouragement,
I would then have been able to better my country
And who knows,
I may have even changed the world
Terjemahan:
Ketika aku masih muda dan bebas
Dan imajinasiku pun tanpa batas,
aku bermimpi mengubah dunia
Ketika aku bertambah tua dan bijaksana,
Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah,
Maka cita-citaku kupersempit
Dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
Namun tampaknya itupun tak berhasil
Ketika usia senja mulai kujelang,
Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,
Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku
Namun sayangnya,
Mereka pun tak kunjung berubah
Dan sekarang,
Ketika aku berbaring menjelang kematianku,
Tiba-tiba kusadari
Jika pertama-tama
Yang kuubah adalah diriku sendiri,
Maka teladan yang kuberikan
Mungkin dapat mengubah keluargaku
Dan mungkin inspirasi dan dorongan mereka
Membuat negeriku menjadi lebih baik
Dan siapa tahu,
Pada waktu itu aku telah mengubah dunia
(taken from the Anglican Bishop's Tomb at Westminster Abbey, 1100 AD)
Langganan:
Postingan (Atom)
Postingan Terbaru
Surat untuk sang Waktu
Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...