Rabu, 11 Juli 2018

Rambu

Inikah waktu yang pernah kita impikan?
Tibakah kita di masa yang dulu kita dambakan?
Apakah tabikmu 'tuk menagih apa yang kita rajut?
Atau hadirmu sekedar tunjukkan rambu sang waktu?

Maafkan silap dan khilafku
Jikalau tak semua sejalan denganmu
Maukah kau tahu cara waktu memainkanmu?
Ia memang tak nampak di pelupuk
Datangnya menyatu dalam embun pagi
Lalu pergi menghilang bersama angin malam
Hinggalah tiba kau di titik puncak
Disitulah kau 'kan menyadarinya
Jatah umurmu sudah berkurang digerogotinya!

Tujuh kabisat beradu suka dan duka
Dari segala yang semu, nyata, sementara dan selamanya
Tiada terhingga upaya, doa, tawa, air mata berlarut dalam pusaran
Mungkinkah tiada kesia-siaan?

Terima kasih
Atas senyummu yang masih semanis dahulu
Senyuman yang memancarkan rasa percaya
Akan segala enigma di penghujung sana
Yang terselubung dibalik kelambu-kelambu kelam

Tak 'kan pernah ku mendustaimu
Aku hanya berkompromi dan bernegosiasi
Di segala titik yang hendak aku tuju
Tanpa menafikan visi yang telah terpatri

Ini tak seburuk yang kau kira, kawan...
Aku tahu kau cukup adil 'tuk menilai
Maka janganlah kau hakimiku dengan godammu
Cukuplah rambu yang kau genggam sebagai pengingat

Selalu ada kadar di setiap goresan-Nya
Dan ku 'kan selalu menikmati
Segala proses yang mengiringi takdirku
Demi visi sang pengelana dimensi keempat


Jakarta, 8 Juli 2018
Written by: Ali-Aliyonk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...