Senin, 25 Agustus 2014

Berbagi "Kue Ekonomi" di Lintasan Sirkuit

"Pembangunan sirkuit F1 itu ada dalam rencana di Mandalika Kabupaten Lombok Tengah, tapi kalau di Bali jadi dibangun, kami akan mengganti dengan masterplan yang lain,” ungkap Lalu Bayu Nindia, Kepala BKPM dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi NTB. (http://news.bisnis.com/)
Ajang balap mobil Formula One atau akrab disebut F1, merupakan ajang balap mobil super cepat paling prestisius di saentero jagat. Gengsi yang melekat pada ajang tersebut bukan semata pada kegiatan balapnya saja, tapi juga pada pihak penyelenggaranya.
Selain mewah dari segi materi kegiatannya, F1 juga mendatangkan keuntungan ekonomi yang tidak sedikit bagi pihak penyelenggara, atau dalam hal ini tuan rumah tempat berlangsungnya balapan. Mulai dari sponsor, penonton, hingga official tim peserta balap yang juga turut menyumbang profit yang menggiurkan pihak penyelenggara.[1] Ajang ini juga dapat menjadi instrumen handal dalam mengembangkan wisata olahraga (sport tourism).
Tidak heran jika tidak sedikit negara yang rela mengucurkan dana selangit untuk membangun segala infrastruktur yang dibutuhkan, demi menjadi tuan rumah penyelenggara F1. Indonesia pun termasuk dalam daftar negara yang terobsesi menjadi penyelenggara ajang balap super cepat itu. Bermula dari ide putra penguasa Orde Baru, Tommy Soeharto, yang ingin mendatangkan balap F1 di tanah air, dibangunlah infrastruktur sirkuit balap di Bogor yang kemudian dinamakan Sirkuit Sentul. Sayang, meski sempat menjadi tuan rumah balap motor MotoGP tahun 1997, fasilitas yang dimiliki Sentul tidak cukup memadai untuk menyelenggarakan balap mobil sekelas F1.
Obsesi belum padam. Ide membangun sirkuit di Bali sempat mengemuka sekitar tahun 2005, namun segera meredup sebelum ditindaklanjuti.[2] Barulah 9 tahun kemudian kembali muncul rencana membangun infrastruktur serupa di tempat yang sama. Tepatnya di Jembrana, tanah seluas 1.108 hektar yang dikuasai Pemprov Bali, akan diambil 125 hektar untuk dibangun sirkuit balap F1.[3]
Dilihat dari segi potensi, banyak pihak yang menilai Bali sangat layak menjadi tuan rumah F1. Akan tetapi Bali tidak sendiri. Tetangga terdekatnya, Provinsi Nusa Tenggara Barat, ternyata juga merencanakan proyek serupa. Mereka bahkan telah memasukkan rencana pembagunan sirkuit F1 dalam masterplan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Mandalika, Lombok Tengah.
Sekedar info, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk mendongkrak investasi dalam upaya peningkatan pembangunan daerah-daerah dinilai punya potensi ekonomi tertentu. Untuk detailnya, anda bisa pelajari UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
Okay, kembali ke sirkuit F1. Telah dijelaskan bahwa ternyata NTB juga punya rencana membangun sirkuit F1, bahkan telah tertuang dalam masterplan pengembangan wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa NTB juga serius dengan proyek tersebut. So, manakah yang mendapat prioritas membangun sirkuit?
Disinilah opini saya bermain. Saya berpendapat sah-sah saja kedua daerah itu berlomba menggaet investor guna membangun sirkuit. Tetapi yang diperlukan disini adalah adanya pembagian peran yang adil terhadap fungsi sirkuitnya masing-masing. Untuk ajang F1, saya menjatuhkan pilihan pada Bali. Hal ini karena rencana penyelenggaraan F1 di Bali telah mengemuka sejak lama, sehingga layak untuk segera mendapat tindak lanjut yang nyata. Selain itu, dipilihnya Jembrana sebagai lokasi sirkuit diharapkan mampu mewujudkan pemerataan pembangunan berbasis Pariwisata. Hal ini karena pengembangan pariwisata Bali selama ini cenderung terpusat di kawasan selatan (Kuta dan sekitarnya).
Sedangkan NTB, tepatnya kawasan Mandalika di Lombok, saya rasa tetap layak dibangun sirkuit internasional. Selain karena telah termuat dalam masterplan, Lombok memang butuh sebuah event besar berskala internasional yang rutin diselenggarakan tiap tahun untuk pariwisata. Hal ini sangat penting untuk pengembangan pariwisata Lombok sebagai salah satu alternatif destinasi wisata andalan Indonesia.
Andai kelak ajang F1 atau balap mobil jadi diamanatkan ke Bali, maka event balap yang diharap dapat dihelat Sirkuit Mandalika nanti adalah balap motor seperti MotoGP dan WSBK. Opsi tersebut tentu tidak menghilangkan fungsi Sirkuit Mandalika yang sedianya didesain untuk ajang internasional. Singkat kata, Sirkuit Bali untuk balap mobil, Sirkuit Lombok untuk motor.
Demikian tulisan yang memuat opini saya mengenai rencana pembangunan sirkuit balap di Bali dan Lombok. Apapun hasilnya nanti di lapangan, kita harapkan dapat berdampak positif dan masif terhadap pengembangan pariwisata kedua daerah, sehingga bermuara pada pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya secara nyata.





2 komentar:

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...