"Pembangunan sirkuit F1 itu ada dalam rencana di
Mandalika Kabupaten Lombok Tengah, tapi kalau di Bali jadi dibangun, kami akan
mengganti dengan masterplan yang lain,” ungkap Lalu Bayu Nindia, Kepala BKPM
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi NTB. (http://news.bisnis.com/)
Ajang
balap mobil Formula One atau akrab
disebut F1, merupakan ajang balap mobil super cepat paling prestisius di
saentero jagat. Gengsi yang melekat pada ajang tersebut bukan semata pada
kegiatan balapnya saja, tapi juga pada pihak penyelenggaranya.
Selain
mewah dari segi materi kegiatannya, F1 juga mendatangkan keuntungan ekonomi
yang tidak sedikit bagi pihak penyelenggara, atau dalam hal ini tuan rumah
tempat berlangsungnya balapan. Mulai dari sponsor, penonton, hingga official
tim peserta balap yang juga turut menyumbang profit yang menggiurkan pihak
penyelenggara.[1]
Ajang ini juga dapat menjadi instrumen handal dalam mengembangkan wisata
olahraga (sport tourism).
Tidak
heran jika tidak sedikit negara yang rela mengucurkan dana selangit untuk
membangun segala infrastruktur yang dibutuhkan, demi menjadi tuan rumah
penyelenggara F1. Indonesia pun termasuk dalam daftar negara yang terobsesi
menjadi penyelenggara ajang balap super cepat itu. Bermula dari ide putra
penguasa Orde Baru, Tommy Soeharto, yang ingin mendatangkan balap F1 di tanah
air, dibangunlah infrastruktur sirkuit balap di Bogor yang kemudian dinamakan
Sirkuit Sentul. Sayang, meski sempat menjadi tuan rumah balap motor MotoGP tahun 1997, fasilitas yang
dimiliki Sentul tidak cukup memadai untuk menyelenggarakan balap mobil sekelas
F1.
Obsesi
belum padam. Ide membangun sirkuit di Bali sempat mengemuka sekitar tahun 2005, namun segera meredup
sebelum ditindaklanjuti.[2] Barulah 9 tahun kemudian
kembali muncul rencana membangun infrastruktur serupa di tempat yang sama.
Tepatnya di Jembrana, tanah seluas 1.108 hektar yang dikuasai Pemprov Bali,
akan diambil 125 hektar untuk dibangun sirkuit balap F1.[3]
Dilihat
dari segi potensi, banyak pihak yang menilai Bali sangat layak menjadi tuan
rumah F1. Akan tetapi Bali tidak sendiri. Tetangga terdekatnya, Provinsi Nusa
Tenggara Barat, ternyata juga merencanakan proyek serupa. Mereka bahkan telah
memasukkan rencana pembagunan sirkuit F1 dalam masterplan pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus di Mandalika, Lombok Tengah.
Sekedar
info, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk
mendongkrak investasi dalam upaya peningkatan pembangunan daerah-daerah dinilai punya potensi ekonomi tertentu.
Untuk detailnya, anda bisa pelajari UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus.
Okay,
kembali ke sirkuit F1. Telah dijelaskan bahwa ternyata NTB juga punya rencana
membangun sirkuit F1, bahkan telah tertuang dalam masterplan pengembangan
wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa NTB juga serius dengan proyek tersebut. So,
manakah yang mendapat prioritas membangun sirkuit?
Disinilah
opini saya bermain. Saya berpendapat sah-sah saja kedua daerah itu berlomba
menggaet investor guna membangun sirkuit. Tetapi yang diperlukan disini adalah adanya pembagian peran yang adil
terhadap fungsi sirkuitnya masing-masing. Untuk ajang F1, saya menjatuhkan
pilihan pada Bali. Hal ini karena rencana penyelenggaraan F1 di Bali telah
mengemuka sejak lama, sehingga layak untuk segera mendapat tindak lanjut yang
nyata. Selain itu, dipilihnya Jembrana sebagai lokasi sirkuit diharapkan mampu
mewujudkan pemerataan pembangunan berbasis Pariwisata. Hal ini karena
pengembangan pariwisata Bali selama ini cenderung terpusat di kawasan selatan
(Kuta dan sekitarnya).
Sedangkan
NTB, tepatnya kawasan Mandalika di Lombok, saya rasa tetap layak dibangun
sirkuit internasional. Selain karena telah termuat dalam masterplan, Lombok
memang butuh sebuah event besar berskala internasional yang rutin
diselenggarakan tiap tahun untuk pariwisata. Hal ini sangat penting untuk
pengembangan pariwisata Lombok sebagai salah satu alternatif destinasi wisata
andalan Indonesia.
Andai kelak ajang F1 atau balap mobil jadi diamanatkan ke Bali, maka event balap yang diharap dapat
dihelat Sirkuit Mandalika nanti adalah balap motor seperti MotoGP dan WSBK. Opsi tersebut tentu tidak menghilangkan fungsi Sirkuit
Mandalika yang sedianya didesain untuk ajang internasional. Singkat
kata, Sirkuit Bali untuk balap mobil, Sirkuit Lombok untuk motor.
Demikian
tulisan yang memuat opini saya mengenai rencana pembangunan sirkuit balap di
Bali dan Lombok. Apapun hasilnya nanti di lapangan, kita harapkan dapat
berdampak positif dan masif terhadap pengembangan pariwisata kedua daerah,
sehingga bermuara pada pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya
secara nyata.
salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit
BalasHapussalam hangat, silahkan..
BalasHapus