27 Mei. Tanggal
tersebut mempunyai kesan tersendiri bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta
dan sekitarnya. Belum hilang dari ingatan pada tahun 2006, di tanggal tersebut
terjadi sebuah peristiwa yang pahit untuk dikenang. Gempa bumi berskala hampir
6 skala richter telah meluluh lantakan sebagian besar wilayah bekas Kerajaan
Mataram tersebut. segala kesedihan dan kepahitan yang disisakan oleh peristiwa
tersebut hendaknya dijadikan pelajaran bagi kita semua untuk diambil hikmahnya
agar lebih bijak dalam melangkah di kemudian hari.
Lima tahun berselang, tepatnya di tahun 2011, pada tanggal yang
sama (27 Mei) kembali terjadi sebuah momen penting berskala nasional Meskipun
gaungnya tidak sedahsyat gempa bumi maupun tsunami yang terjadi di tahun-tahun
sebelumnya, Peristiwa tersebut bukanlah berupa bencana atau pun malapetaka.
Melainkan yang terjadi pada 27 Mei 2011 adalah sebuah momen yang bisa dibilang
merupakan tanda awal dimulainya revolusi pembangunan Indonesia, khususnya di
bidang ekonomi.
Ya, pada tanggal 27 Mei 2011, bertempat di Jakarta Convention
Center, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara terbuka meresmikan program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
atau dikenal dengan singkatan MP3EI. Dalam acara yang disiarkan langsung oleh
salah satu stasiun TV swasta nasional tersebut sang Kepala Negara juga
meresmikan dimulainya beberapa proyek di masing-masing koridor ekonomi sebagai
simbol dimulainya semua proyek-proyek yang menjadi prioritas MP3EI di seluruh
koridor ekonomi Indonesia seperti kawasan industri Kelapa Sawit di Sei Mangkei
(Sumatera Utara), bendungan Pandan Duri di NTB, juga sebuah proyek di Banten
dan Papua.
So, apa itu sebenarnya MP3EI?? Menurut Pasal 1 ayat (2) Peraturan
Presiden Nomor 32 Tahun 2011, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 tahun terhitung sejak tahun 2011
sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembnangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Simpelnya, MP3EI
merupakan sebuah program yang dicanangkan pemerintah guna mengakselerasi
pembangunan ekonomi secara merata di seluruh wilayah Indonesia untuk mencapai
visi menjadi negara yang maju, makmur, dan berkeadilan di tahun 2025. Program
tersebut bermula dari kesadaran mengenai pentingnya konektivitas antar wilayah
dalam negeri untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam program MP3EI tertera 3 langkah utama yang dilaksanakan untuk mencapai
Visi Ekonomi Indonesia 2025, yaitu mengembangkan potensi ekonomi melalui
pembagian koridor, memperkuat konektivitas nasional dan internasional, serta
meningkatkan kualitas SDM berbasis IPTEK.
Untuk pengembangan ekonomi berbasis koridor, wilayah Indonesia
telah dibagi menjadi 6 koridor ekonomi dengan masing-masing potensi yang
dimiliki, yaitu koridor Sumatera, koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor
Sulawesi, Koridor Nusa Tenggara, dan Koridor Maluku-Papua. Koridor Sumatera ditetapkan
sebagai Sentra Produksi dan
Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi
Nasional. Koridor Jawa ditetapkan
sebagai Pendorong Industri dan
Jasa Nasional . Koridor
Kalimantan ditetapkan sebagai Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional . Koridor Sulawesi ditetapkan sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional. Koridor Nusa Tenggara ditetapkan
sebagai Pintu Gerbang Pariwisata
dan Pendukung Pangan Nasional dan
Koridor Maluku-Papua sebagai Pusat
Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional.
Pengembangan koridor
ekonomi tersebut juga diimbangi dengan penguatan konektivitas melalui
percepatan pembangunan segala infratruktur yang dibutuhkan agar arus kegiatan
ekonomi lancar dan memperkuat daya saing dengan negara lain. Selain itu
kualitas SDM juga diprioritaskan untuk ditingkatkan baik ilmu dasar,
keterampilan maupun kemampuan dalam praktek di lapangan. Melalalui pemenuhan 3
misi tersebut, diharapkan ekonomi Indonesia mampu tumbuh dalam kisaran
6,4%-7,5% kurun 2011-2014 dan 8-9% dalam kurun 2015-2025 dengan inflasi 3,5%.
Pemerintah meyakini angka-angka yang ditagetkan tersebut merupakan
karakteristik negara maju. Diharapkan pada tahun 2025 pendapatan per kapita
Indonesia mencapai kisaran 14.250-15.500 US dollar sehingga masuk kategori
negara dengan high income.
Namun yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, mungkinkah suatu
negara berkembang seperti Indonesia bisa menjadi negara maju dalam tempo 14 tahun?
Pertanyaan ini cukup reasonable. Sekedar perbandingan, Malaysia yang
menargetkan diri menjadi negara maju di tahun 2020 telah mencanangkan visinya
tersebut sejak 1980. Bila dihitung berarti butuh waktu 40 tahun bagi Malaysia
untuk memenuhi tagetnya menjadi Developed Country. Sebelumnya pun
Indonesia pada masa rezim Soeharto pernah menerapkan konsep pembangunan jangka
panjang berdurasi 2x25 tahun yang terbagi dalam 10 Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun), dimulai sejak 1969. Jika dihitung, 10 kali repelita
dimulai dari 1969, maka sasaran akhirnya baru akan tercapai pada tahun 2019.
Artinya butuh 50 tahun untuk menjadi negara maju menurut konsep pembangunan
zaman orde baru yang mengacu pada teori lepas landas Rostow (Rostow Take Off
Theory).
Kondisi yang terjadi sekarang agaknya membuat kita berpikir
panjang ketika mendengar target-target yang dicanangkan pemerintah zaman ini.
Realitas di lapangan menunjukkan masih ada hampir 30 juta warga negara yang
hidup dibawah poverty line menurut data dari CIA Worldfact yang
dirilis tahun ini. Jumlah tersebut bahkan lebih banyak dari jumlah total
penduduk negeri jiran Malaysia yang sekitar 27 juta jiwa. Human Development Index Indonesia tahun 2011 pun tercatat
“hanya” 0,616 menurut data yang dirilis UNDP. Padahal angka HDI yang ideal
setidaknya 0,800.
Melihat fakta yang ada mungkin memang dapat meciutkan optimisme
kita. Tapi jika kita mencoba keluar dari kotak dan menengok apa yang terjadi di
luar sana, saya berpendapat bahwa kita layak untuk tidak pesimis. Dunia
mencatat cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa keinginan menjadi negara
maju dalam waktu yang relatif singkat bukan hal yang mustahil selama disertai
usaha keras dan komitmen yang kuat untuk mencapainya. Need evident? Sesuai teori Ilmu Hukum, untuk
membuktikan suatu perkara, dibutuhkan minimal 2 alat bukti yang sah. Hehehe… Okelah saya sudah siap dengan 2 alat
bukti yang dimaksud J
Siapa yang tak kenal Jepang? Negeri Sakura ini dikenal sebagai
Macan Asia karena perekonomiannya yang maju dan membawa dampak pada tingginya
tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup waga negaranya. Kapan Jepang mulai
merintis jadi negara maju? Jepang mengalami kejatuhan ekonomi yang sangat parah
pasca kekalahan Perang Dunia II tahun 1945. Saat itu kondisi rakyat Jepang
cukup memprihatinkan apalagi setelah kota Hiroshima dan Nagasaki di bom atom.
Namun setelah pemerintah mereka mereformasi ekonominya besar-besaran, termasuk
membuka diri pada investasi yang datang dari Amerika (musuhnya di PD II),
perekonomian Jepang mengalami “keajaiban” dengan tumbuh rata-rata 10% di tahun
1960-an, 5% pada 1970-an sehingga mereka mencapai masa keemasan pada 1980-an.
Jika dilihat dari fakta yang ada, dimana transformasi ekonomi dimulai 1960
berarti hanya memakan waktu 2 dekade hingga 1980-an. Revolusi yang terbilang
singkat bukan?
2. Korea Selatan
Pernah dengar “Keajaiban Sungai Han”? istilah ini merujuk pada
keajaiban ekonomi yang terjadi Korea Selatan pada era 1970-an yang berawal dari
kota Seoul yang dilalui sungai Han. Sebelumnya, kondisi negeri ginseng pun tak
jauh berbeda dengan negara-negara miskin di afrika. Pasca pendudukan jepang,
tepatnya tahun 1950-an, terjadi perang saudara disana. Kondisi perekonomian
negara pun sangat jauh dari kata baik. Kemiskinan hampir merata di pelosok
negeri. Namun lagi-lagi berkat tekad yang bulat dan komitmen yang kuat untuk
mau berbenah, perubahan pun mulai terjadi di Korsel. Pemerintah mereka
mulai melakukan reformasi besar-besaran di berbagai bidang seperti pendidikan,
hukum, sosial, dan tentu saja ekonomi. Industrialisasi digalakkan untuk menjadi
pilar perekonomian mengingat negeri mereka miskin SDA. Hasilnya? Tahun 1980-an
dunia sudah mulai mengnal produk-produk macam Samsung, LG, Hyundai yang
semuanya adalah hasil karya unggulan bangsa Korea. Sekarang pun kita telah
memandang Korea Selatan bukan hanya sebagai negara yang maju, tapi juga punya
pengaruh yang cukup kuat terhadap bangsa lain khususnya bidang sosial-budaya.
Hal ini terbukti dengan maraknya Korean
Style Fever yang melanda
anak-anakmuda zaman sekarang.
Oke, kembali lagi ke MP3EI. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya bahwa program tersebut hendak dijadikan sebagai jembatan menuju Visi
Ekonomi Indonesia 2025 dimana pada waktu itu negara ini telah menjadi negara yang
maju, makmur, dan berkeadilan. Waktu 14 tahun yang menjadi patokan program
tersebut (2011-2015) memang tampak tidak terlalu ideal. Tapi perlu diketahui
bahwa sejak 2007 perekonomian Indonesia memang menanjak cukup pesat. Angka
pertumbuhan ekonomi stabil di angka 6%, kecuali tahun 2009 sebesar 4,5% karena
dampak krisis global. Jumlah
penduduk golongan kelas menengah pun juga meningkat dari tahun 2003 yang
persentasenya mencakup sekitar 49% dari total populasi penduduk Indonesia,
tahun 2010 sudah mencapai 56,5% dari total populasi (data World Bank).
Terakhir tahun 2011 perekonomian Indonesia tumbuh 6,5% dengan
pendapatan per kapita mencapai 3.716 US Dollar. Dan untuk pertama kalinya,
pasca krisis moneter 1998, Indonesia berhasil masuk ke dalam daftar negara Investment
Grade. Fakta inilah yang membuat Uni Eropa merubah kebijakan bantuan ke
Indonesia. Jika sebelumnya dana bantuan dari UE ditujukan untuk pengentasan
kemiskinan, tapi setelah pendapatan per kapita Indonesia tahun kemarin
naik pesat, bantuan tersebut kini ditujukan lebih untuk kepentingan peningkatan
produksi dengan teknologi yang lebih tinggi. So,
seperti slogan apparel olahraga terkemuka, untuk menjadi
negara maju, impossible is
nothing.
NB : Bagi yang berminat mengetahui lebih mendalam tentang MP3EI
bisa mengunduh langsung dari link ini, http://ristek.go.id/file/upload/ebook_web/mp3e1/MP3EI_versi
Ind.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar