Sambungan dari bagian
7
Sebelum
dijodohkan orang tuanya dengan Rafi, Sandra menjalin hubungan asmara dengan
temannya semasa SMA, bernama Angga. Pria itu bekerja sebagai staff HRD di
sebuah asuransi swasta. Namun gaya hidupnya yang hedonis kurang disukai kedua
orang tua Sandra sehingga hubungan mereka tidak direstui. Sebagai gantinya,
Sandra dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan Rafi, seorang pengusaha
konveksi yang dirasa punya kepribadian yang lebih baik dari Angga. Seperti yang
telah dipaparkan sebelumnya, Sandra sebetulnya sama sekali tak memiliki rasa
cinta kepada Rafi untuk dijadikan pasangan hidup. Namun karena sikap
otoriter kedua orang tua Sandra yang sudah terlanjur mencapai kesepakatan
dengan kedua orang tau Rafi, keduanya akhirnya dinikahkan dan resmi menjadi
pasangan suami-isteri yang sah.
Sandra pun akhirnya berbesar hati
dan mencoba untuk menerima kenyataan. Ia berupaya untuk terus berpikir positif
bahwa inilah jalan terbaik untuk hidupnya. Di hadapan Rafi, Sandra selalu tersenyum
dan bersikap manis layaknya seorang isteri yang setia pada suami. Namun seperti
yang telah dikatakan Pandu, hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Ia senantiasa
menginginkan hubungan perkawinannya segera berakhir di suatu saat, dan ia
mendapatkan kembali kehidupannya sesuai yang ia inginkan.
Sampailah pada saat ia bertemu
dan diperkenalkan dengan Pandu, teman Rafi. Rafi sendirilah yang memperkenalkan
Pandu kepadanya. Dan Sandra pun turut berteman sama akrabnya dengan Rafi kepada
Pandu. Namun tampaknya Pandu menyimpan rasa kepada Sandra. Setelah mengenal
Sandra cukup lama, pengusaha tekstil dan butik asal Singapura itu bahkan bisa
melihat bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dalam diri Sandra, terkait
hubungan perkawinannya dengan Rafi.
Pandu lalu menyusun siasat demi
misi mendapatkan Sandra dengan cara menyingkirkan Rafi. Gayung pun bersambut.
Sandra kini memandang Pandu sebagai super hero yang tengah berupaya
menyelamatkan hidupnya dari kekangan Rafi. Namun seperti yang yang terakhir
dikatakan Pandu, mereka membutuhkan seseorang bisa dijadikan sebagai tumbal.
Kabar baiknya, mereka tak perlu waktu lama untuk menemukan orang yang dimaksud.
****
Ponsel berbunyi tanda ada pesan
masuk. Dalam layar tertera nama sang pengirim pesan, yakni “Sandra SMA”.
Dibukanya pesan itu oleh seorang pria, yang tak lain adalah Angga.
“Angga, are you free? Klo bisa malam jam 7 kita ketemu.” begitu bunyi pesan yang
dikirim.
Angga pun menyanggupi ajakan
itu, yang notabene dikirim oleh mantan pacarnya yang kini telah bersuami.
Keduanya lalu sepakat untuk bertemu di sebuah rumah makan sesuai waktu yang
disepakati. Angga yang penasaran apa gerangan alasan Sandra meminta pertemuan
antara keduanya, menanyakan hal itu ketika kedua bertemu.
“Ada perlu
apa San, minta ketemuan?”
“Ada yang pengen aku ceritain Ga..”
Sandra mencurahkan isi hati yang
ia pendam selama ini. Kepada Angga, Sandra bercerita bahwa hingga detik itu ia
masih belum bisa merasa bahagia hidup bersama Rafi. Ia pun mengatakan bahwa
Rafi tidak lebih baik dari Angga dan ingin kembali menjalin hubungan dengan
Angga. Dan rupanya memang masih ada sisa rasa cinta yang dimiliki Angga
terhadap wanita mantan pacarnya itu. Mereka akhirnya sepakat untuk menjalin
hubungan rahasia, di luar sepengetahuan Rafi selaku suami Sandra tentunya.
Semenjak itu pertemuan antara
Sandra dan Angga semakin intens. Hampir setiap hari keduanya membuat
kesepakatan untuk mengadakan pertemuan eksklusif, layaknya dua insan yang
menjalin hubungan asmara. Bahkan ada kalanya mereka sepakat bertemu di hotel
dan menghabiskan malam berdua dalam satu kamar.
Seiring berjalannya waktu,
kondisi tersebut telah berjalan selama 4 bulan. Namun sepertinya Rafi belum
mencium kejanggalan yang ada pada isterinya. Meskipun sering pulang larut
malam, Rafi tetap percaya saja dengan alasan yang diutarakan Sandra, yang
berkerja di perusahaan catering. Sandra selalu beralibi ada event malam
sehingga harus berada di gedung hingga semua urusan tuntas. Kenyataannya memang
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk berada di gedung untuk mengurus sebuah
event. Kadang bila acara inti resepsi pernikahan selesai, masih dilanjutkan
dengan jamuan untuk para tamu VIP.
Fakta tersebut tentu
meningkatkan resiko gagalnya misi yang tengah dijalankan Pandu dan Sandra. Sadar
akan hal itu, Pandu akhirnya mencoba untuk turun tangan memperbaiki “arus
jalannya misi” agar kembali menuju track
yang direncanakan. Pada suatu momen di malam hari, Pandu berkunjung ke rumah
Rafi yang kala itu sedang sendirian tanpa isterinya yang menemani. Pandu pun mencoba
membangun obrolan mengenai kabar Sandra.
“By the way, camna khabar isterimu?” tanya
Pandu.
“Baik-baik
saja, seperti biasa.” jawab Rafi
mengangguk.
“Sudah
isikah?” goda Pandu.
“Hahaha, kami berharap momen itu di usia
30.” Rafi tertawa.
“Lama sangat,
jangan terlalulah..”
“Kami memang
sudah planning itu sejak awal.”
Tatapan Pandu tertuju pada pintu
ruang tamu yang terbuka, sehingga tampaklah halaman luar yang gelap di malam
itu. Inilah timing yang tepat untuk
menyampaikan apa yang harus ia sampaikan kepada Rafi.
“What time is it?” tanya Pandu.
“Jam.. 19.38”
jawab Rafi melihat jam di poselnya.
“Sudah jam
segini belum pulang juga isterimu. Kau tak kroscek kah?”
“Ada kalanya
ia harus mengawasi event di malam hari, pulangnya bisa sampai larut malam.”
jawab Rafi.
“Wow, dia
sering?”
“Ya,
akhir-akhir ini sering.”
“Hmm, it
just recommendation. Alangkah baiknya bila kau kroscek kondisi isterimu
yang sebenar. Bila perlu konfirm juga
ke bosnya, apa betul ada event malam hingga larut.” ujar Pandu.
“It’s normal. Sering orang mengadakan
hajatan di malam hari, dan perusahaan catering juga berperan sebagai event organizer sehingga harus berada di
lapangan hingga acara berakhir, tak peduli sampai jam berapa selesainya.”
“Yeah, that’s good. Tapi sebagai suami
yang care, kau harus pastikan
segalanya berjalan sesuai yang kau pikir tentang apa yang dilakukan isterimu.
Kau paham what I mean?”
“Well, saya sudah cukup paham tentang
bagaimana perkerjaan isteriku. Tapi saranmu ya rasional juga.”
“Just give impression kau suami yang care and responsible, isterimu pasti
makin cinta.”
“You are right.”
Masukan dari Pandu memang telah
mengetuk hati Rafi untuk lebih peduli dengan situasi dan kondisi isterinya kala
sedang tak berada di rumah. Terlebih tak jarang pula Sandra sama sekali tidak
pulang ke rumah. Ketika ditanya mengapa tidak tidur di rumah, alasannya
tertidur di kantor setelah lelah mengurus event bersama rekan-rekannya. Maka
begitu Pandu selesai berpamitan dan mengakhiri kunjungannya, segera Rafi
mengambil ponsel dan mencoba hubungi Sandra.
“Halo Mah…”
Di tempat yang berbeda, tapi
waktu yang bersamaan, Sandra duduk di atas karpet dalam sebuah ruang TV. Bukan
seragam kantor yang melekat di tubuhnya, melainkan babydoll tipis hingga sebatas lutut.
“Hai Pah, ada
apa?” Sandra menjawab panggilan telpon Rafi.
“Nanti mau balik jam berapa?”
Tiba-tiba
datang sosok pria membawa nampan dengan dua gelas berisi minuman berwarna
cokelat berbusa, plus sebuah botol minuman berwarna hijau. Sandra memberi
isyarat untuk jangan bersuara dan duduklah pria itu disamping Sandra, menaruh
salah satu minuman di hadapan Sandra, lalu satu minuman di hadapannya sendiri
dan botol yang masih di nampan diletakkan ditengah-tengah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar