Sabtu, 29 Juni 2013

Cerita Bersambung : Player (Bag.7)

Sambungan dari bagian 6

Malam berlalu, berganti dengan pagi hari yang cerah. Mata Sandra terbuka perlahan. Tubuhnya masih terbaring di atas kasur. Kembali perlahan ia menolehkan kepala ke samping. Namun tidak terlihat olehnya sosok Pandu yang semalam tidur bersamanya. Ia mengacuhkan hal itu dan mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Diinjakkan kaki kanannya ke lantai dan turunlah Sandra dari kasur. Bersama sisa rasa kantuk yang masih menghinggapinya, Sandra berjalan ke arah jendela dan membukanya. Tampak olehnya pemandangan pagi di jalananan depan aprtemennnya yang berada lantai dua. Masih terbilang sepi pikirnya. Rasa ingin tahunya mulai bangkit perihal dimana Pandu gerangan kini berada.
“Pandu…” panggil Sandra menaikkan nada suaranya.
Namun tidak ada jawaban atas penggilannya. Kembali sekali lagi ia panggil nama yang sama seraya berjalan ke dapur. Namun kembali tak membuahkan jawaban.
“Paling keluar jalan-jalan…” pikirnya simpel.
Sandra pun membuka keran guna mengisi ceret dengan air yang keluar. Ia tutup ceret begitu penuh, lalu ditaruhnya diatas kompor yang menyala dengan api birunya. Rasa ingin buang air kecil menghinggapi Sandra. Ia beranjak meninggalkan dapur menuju kamar mandi. Begitu sampai tempat tujuan, pintu kamar mandi tertutup rapat. Ia ketok pintunya dengan prediksi Pandu ada di dalamnya.
“Pandu, kamu di dalam?”
Lagi-lagi tak ada respon. Dicobanya untuk memutar gagang pintu kamar mandi. Begitu terbuka, tiba-tiba Sandra berteriak spontan,
“AAAAAAAAAAAARGGHHHHHHHH…….!!!”
Tak lama setelah itu, alunan sirene mobil polisi dan ambulans saling bersahutan di depan apatemen tempat tinggal Pandu dan Sandra. Pandu ditemukan Sandra menggantung di tali tambang dalam kondisi tak bernyawa, dalam kamar mandi apartemennya. Berdasarkan hasil olah TKP, Polisi menduga kuat kematian Pandu murni bunuh diri. Dan faktanya memang benar demikian…

                                                                               ****

5 bulan sebelumnya…
Graha Taruna Catering, kantor tempat Sandra bekerja sehari-hari sebagai marketing. Waktu menunjuk pukul 12 siang, dimana orang-orang biasa menyebutnya jam istirahat. Sandra dan seorang wanita rekan kantornya bersiap hendak keluar untuk makan siang. Tiba-tiba salah satu rekan lainnya, yang bernama Widya,  datang menghampiri Sandra.
“San, ada tamu nyariin kamu.”
“Siapa?” tanya Sandra.
“Ngga tahu, laki-laki kayak orang India gitu.” jelas Widya.
“Oke deh, kalian makan duluan aja.” kata Sandra bergegas menuju ruang tamu.
Sandra sudah tahu siapa yang mencarinya, setelah mendengar penjelasan Widya tentang ciri-ciri India tadi. Seorang warga negara Singapura yang tidak lain adalah teman dekat suaminya.
“Eh Pandu, ada apa ya?” sambut Sandra menyebut nama tamunya.
Sorry for bothering you. Sedang busy-kah?” tanya Pandu.
“Mau istirahat sih, but it’s okay kalau ada hal yang mau dibicarakan. Silahkan duduk.”
“Oh, nak makan siang ya. Kalau begitu, kita makan sama-sama je sekarang.”
Sandra pun memenuhi ajakan tamunya yang berbahasa gado-gado, melayu-inggris. Mereka berjalan bersama menuju rumah makan yang tak jauh dari kantor Sandra. Sesampainya di tujuan, masing-masing memesan makanan menu makan siangnya. Sambil menyantap makan, keduanya memulai pembicaraan.
“Sandra, aku dengar kalian married kerana dijodohkan both of your parents. Benarkah?” tanya Pandu.
“Rafi yang cerita ya?” tanggap Sandra.
Yeah. Dia cakap pasal tu.”
“Iya, kami memang dijodohkan oleh masing-masing orang tua kami.” jelas Sanda.
Do you enjoy it?
Sandra sejenak berpikir dan menjawab,
Yeah, why not?”
Pandu tersenyum dan mencoba meyakinkan,
Are you sure?”
Yeah, yes I am..” jawab Sandra.
I am not..” kata Pandu menggelengkan kepala, masih dengan senyuman.
“Not what?” tanya Sandra.
I’m not sure kau enjoy with Rafi. Your eyes can’t lie..”
Kembali sejenak Sandra terdiam, lalu mencoba tersenyum meredam situasi.
What do you mean?” tanya Sandra.
I mean.. I can see you tak enjoy hidup bersama Rafi. Don’t you?”
Sandra menghela nafas dan menyeruput minuman dinginnya dengan sedotan.
“Aku tak paham maksud pembicaraanmu.” ujar Sandra dengan mimik lebih serius.
“Well..”
Pandu lalu mengeluarkan sebuah kotak dari kantongnya. Diletakkannya benda itu di meja, tepat di hadapan Sandra.
“Mungkin benda ini nak buat kau paham.” kata Pandu.
“Apa ini?”
“Bukalah.”
Dibukanya bungkusan kotak itu oleh Sandra. Dan begitu terbuka tampaklah isinya berupa jam tangan mewah berwarna putih silver dengan serpihan berlian yang menempel di sepanjang sisi lingkaran kepala jamnya.
“Kamu ngasih aku ini??” tanya Sandra dengan penuh takjub.
Yup, that’s yours..”
Oh my God… It’s so expensive.. Bagaimana aku bisa menebus ini?” tanya Sandra dengan ekspresi yang tak berubah.
Kini giliran Pandu yang terdiam sejenak. Diletakkan tangan kanannya di meja, tepat di hadapan Sandra.
Get my hand..” pinta Pandu.
Rupanya Sandra salah menangkap maksud Pandu, diserahkannya jam tangan itu ke tangan Pandu.
Oh no, I mean your hand. Hold my hand.”
Dengan sedikit berat hati, tangan kanan Sandra meraih tangan Pandu dan kedua tangan itu pun saling bergenggaman.
I love you Sandra..” kata Pandu dengan nada lembut.
I wanna be yours..” lanjutnya.
Sandra menunduk, lalu menjawab,
No, I cannot.”
Sandra langsung melepaskan tangannya, lalu ia masukkan kembali jam tangan mewah ke dalam bungkusnya, kemudian ia serahkan kembali ke Pandu.
Yes, we can.” tegas Pandu menerima bungkusan tadi seraya menahan tangan Sandra dengan genggamannya.
“Kita boleh jalani hubungan serius kita. I will give you everything.”
You know.. aku sudah bersuami. Tolong hormati saya.” elak Sandra.
“Sandra, life is a choice. And you gotta choose your best. Kau tak boleh terus menerus hidup macam ni. You have a right to be happy..”kata Pandu terus membujuk.
I really can’t do it, Pandu. I cannot do it..” kata Sandra dengan mata yang mulai memerah.
Okay, listen to me Sandra.. Kau ini macam burung yang terkurung dalam sangkar. Tiap hari selalu diberi makan oleh majikannya, diberi minum, dimandikan, serta diberi berbagai macam treatment yang dibutuhkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Segalanya tampak baik-baik saja selama si majikan konsisten dengan kewajibannya.” ujar Pandu.
But everything is not what it seems. Sebaik-baiknya perlakuan majikan dalam memelihara, dalam hati kecil burung itu tetap saja ingin hidup bebas di habitatnya, tanpa kekangan majikan dalam sangkar. Karena pada hakekatnya burung diciptakan untuk terbang bebas di angkasa, mengepakkan kedua sayap kebanggaannya, untuk mencari dan menikmati segala yang ada di kehidupannya.”
Sandra menunduk mendengarkan kata-kata yang diucapkan lawan bicaranya dengan seksama, sedangkan Pandu terus melanjutkan,
“Begitu pun denganmu Sandra. Meskipun kau menunjukkan sikap seolah-olah enjoy bersama Rafi, tapi di satu sisi kau telah membohongi dirimu sendiri yang sebenarnya ingin hidup lebih baik tanpa bersamanya.”
Mata Sandra mulai berkaca-kaca. Dalam benaknya mengakui, bahwa apa yang dikatakan Pandu memang benar adanya.
“So ikutlah denganku Sandra. Kau akan temukan kembali sayapmu, lalu kita bergandengan tangan dan terbang bersama mencari kebahagiaan yang kita impikan bersama-sama.” lanjut Pandu.
Sandra mengusap air matanya dengan jari, lalu berkatalah ia dalam lirih,
“Aku ngga bisa tinggalin suamiku.”
“Pasti bisa Sandra. Aku bisa mengaturnya. Yang kita butuhkan hanyalah seorang tumbal.” kata Pandu.
“Tumbal bagaimana maksudmu?” tanya Sandra tak paham.
Pandu menghela nafas, lalu balik bertanya,
“Adakah lelaki lain yang kau pernah jalin special relationship di masa lampau?”
Sandra berpikir sejenak, lalu menjawab sambil mengangguk,
“Ada.” 

****
BERSAMBUNG...
Lanjutannya klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...