Rabu, 26 Juni 2013

Cerita Bersambung : Player (Bag.6)

Sambungan dari bagian 5

“Okay Angga, saya harus buru-buru bersiap, nanti malam  sudah take off ke Singapura.” kata Pandu tiba-tiba hendak berpamit.
“Oh, buru-buru sekali. Okelah, terima kasih sudah menengok.”
Hoho, any time..
Pandu pun kembali menyalami tangan Angga untuk berpamit meninggalkan rumah sakit.
Get well soon..”kata Pandu menepuk pundak Angga.
“Oke, thanks.”
Pandu pun bergegas keluar kamar dan meninggalkan rumah sakit.

****

Malam harinya.
Seorang suster menemui dokter di ruangnya dengan wajah yang sangat cemas.
“Dok, pasien yang bernama Angga Hendrawan…”
“Kenapa Pak Angga Hendrawan??”
Di waktu yang bersamaan, di Bandara Adi Sucipto, sebuah pesawat maskapai swasta ternama bersiap meluncur di landasan pacu. Tampak roda-roda kecil nan hitam berputar menjalankan pesawat yang hendak memulai perjalanan ke udara. Tak lama kemudian roda-roda itu tertelan menghilang dan pesawat pun lepas landas meninggalkan runway. Terbanglah pesawat itu ke angkasa, membelah langit malam Kota Yogyakarta.

****

Tujuh hari kemudian, di sebuah resort pantai di Maladewa.
Gulungan ombak beriringan menyisir pantai. Airnya yang jernih berkilauan bagai kristal. Angin bertiup sepoy-sepoy. Diatasnya terhampar langit maha luas, membiru tanpa awan. Dua gelas berisi Lemon Tea saling bertempel, lalu diminumlah isinya oleh masing-masing orang yang membawa. Dua sejoli itu tengah hanyut dalam indahnya suasana laut, duduk bersebelah di teras sebuah floating cottage yang konstruksinya berbahan kayu eboni. Diantara keduanya hanya dipisah meja kecil sebagai tempat ditaruhnya minuman dan ponsel mereka, serta cerutu dan korek milik sang pria.
Masing-masing mereka mengenakan kaca mata hitam. Yang perempuan mengenakan pakaian renang one-piece yang begitu jelas menampakkan lekuk tubuh indahnya. Kulitnya putih mulus, bibir merah berlapis lipstick, hidung mancung dan rambut hitam panjang sebahu dikucir dengan rapinya. Satunya lagi seorang pria yang hanya mengenakan boxer. Tubuhnya gempal, kulitnya gelap. Hidungnya mancung dengan rambut ikal berwarna hitam.
“Indah bukan?” tanya pria.
Gorgeous..” jawab pasangannya.
“Pernah terlintas bakal datang ke tempat ini?”
“Tidak, sebelum aku mengenalmu.”
“Ke mana saja Rafi mengajakmu saat honeymoon dulu?” kembali pria itu bertanya.
“Kami tidak berbulan madu setelah menikah.”
Ya, kedua pasangan sejoli itu adalah Pandu Mohana dan Sandra Permata Sari. Jalinan kasih antara keduanya telah dirajut sejak 5 bulan yang lalu, tapi baru kali ini mereka bisa berjalan bersama.
"Do you like your Watch?" tanya Pandu melirik ke jam tangan mewah yang melingkar di tangan Sandra.
"Yeah. Ini pertama kalinya aku pakai setelah 5 bulan." 
"Hahaha... finally ya..." tawa Pandu. 
Pandangan Pandu tertuju pada indahnya pemandangan laut yang terhampar di depan matanya. Kemudian ia teringat sesuatu dan berkata, 
“Saya sudah mengurus semua dokumen-dokumen administrasi di Singapura. Kita hanya tinggal menghitung mundur 10 hari menuju pernikahan yang kita idamkan.”
Okay...” jawab singkat Sandra.
Diambilnya sebatang cerutu oleh Pandu, lalu dipotonglah salah satu ujungnya menggunakan gunting sebelum dimasukkan ujung itu ke mulutnya. Korek gas membakar ujung luarnya dan ditiuplah asapnya ke atas dari dalam mulut Pandu.
Please say something nice untuk wedding kita.” pinta Pandu.
Sejenak Sandra berpikir, lalu berkatalah ia sambil tersenyum,
I will be your Kate.”
Pandu tertawa.
“… and I hope you can be my William. Will you?” lanjut Sandra.
“I do..” jawab Pandu.
Mereka lalu saling medekatkan wajahnya satu sama lain dan kecupan bibir penuh hasrat pun tak terelakkan. Namun di tengah suasana itu, tiba-tiba ponsel Pandu berbunyi tanda ada panggilan telpon. Diangkatlah oleh Pandu untuk menjawabnya.
“Ya, hello..”
Beberapa detik Pandu diam menggenggam ponsel di telinganya, kemudian ekspresi wajah berubah sedikit pucat.
Okay, wait..” kata Pandu memotong percakapan telpon sejenak, lalu berkata pada Sandra,
“Stay here.”
Sandra hanya mengangguk lalu pandu masuk ke cottage melanjutkan pembicaraan seriusnya di telpon dengan Bahasa Tamil. Tiba-tiba perasaan tak enak mulai menerpa Sandra. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dialami Pandu kala menerima telpon. Namun ia berusaha membuang jauh perasaan itu. Diminumnya lemon Tea miliknya yang masih tersisa dalam gelas. 
Cukup lama Pandu sibuk menjawab telpon. Suaranya terdengar seperti orang yang sangat cemas. Wajahnya pun tampak semakin pucat pasi. Setelah kurang lebih 10 menit ia berbicara sambil mondar-mandir keliling cottage dengan penuh kegelisahan, akhirnya berakhir juga pembicaraan itu. Pandu keluar ke teras untuk kembali menemui Sandra.
Are you alright?” tanya Sandra menoleh ke Pandu.
I was..” jawab Pandu tertunduk lesu.
Something wrong?” tanya Sandra lagi.
Sejenak Pandu terdiam, lalu menjawab,
We gotta go.”
Sandra mengernyitkan dahi dan perasaannya pun kian cemas. Bertanyalah ia sekali lagi,
Wa, What just happened?”
Kembali Pandu terdiam sejenak membisu. Ia tarik nafas dalam-dalam, lalu mencoba jelaskan apa yang terjadi pada Sandra.

****

Tak lama setelah itu Sandra dan Pandu bergegas segera balik ke Singapura. Malapetaka tengah menimpa Pandu di negeri asalnya itu. Usaha tekstil dan butiknya di Singapura yang terintegrasi dalam satu gedung, mengalami kebakaran parah akibat arus pendek listrik. Kain-kain, produk-produk butik, berikut aset-aset usaha lainnya, semua ludes dilalap jago merah bersama bangunan yang menaunginya. Beberapa karyawannya mengalami luka bakar, bahkan dilaporkan ada 3 karyawan yang ditemukan tewas di lokasi.
Pandu pun mengalami kerugian super besar akibat musibah tersebut. mulai dari kerugian materi produk-produk dan bahan-bahan sandang yang hilang, gedung tempat bernaungnya butik dan usaha tekstilnya, termasuk pula biaya asuransi kematian ketiga karyawannya tentu jauh dari kata sedikit. Belum masih ditambah lagi dengan hutang-hutang usaha Pandu ke berbagai pihak, baik kepada Bank maupun rekan bisnisnya. Semua Pandu tanggung seorang diri mengingat dialah owner dan pemilik modal tunggal usaha tersebut.
Uang dan harta yang dimiliki Pandu tidak cukup untuk menutup semua kerugian yang dibebankan. Pengadilan setempat pun akhirnya memvonis pailit. Harta benda Pandu disita, kecuali apartemen tempat tinggalnya. Alhasil, Pandu resmi bangkrut pasca serangkaian kejadian itu.

****

Kondisi Pandu kini sangat tak menentu. Ia selalu tampak murung tanpa harapan. Sendirian ia duduk di teras, menghisap batang terakhir cerutunya. Disampingnya Sandra yang berusaha tetap tegar mencoba terus membangkitkan semangat Pandu untuk segera bangkit dari keterpurukan.
“Dalam kehidupan, memang sulit untuk menghindari yang namanya cobaan. Sama halnya kapal yang berlayar mengarungi samudera, pasti ada saja gelombang besar atau hujan badai yang mengombang-ambingkan. Tapi satu-satunya hal yang pasti muncul pasca semua itu adalah, keadaan bakal kembali normal dan kapal akan kembali berlayar seperti sedia kala. So, mau tidak mau kapal itu harus berusaha bertahan, jangan sampai tenggelam sebelum gelombang dan badainya reda.” ujar Sandra membelai rambut Pandu.
“Begitu juga denganmu, don’t give up and just do your best.” lanjut Sandra.
“Sangat berat, bahkan sangat menakutkan. Aku harap ini semua hanya mimpi dan aku boleh bangun segera dari tidur panjangku.” kata Pandu berbahasa Melayu.
“Pandu, you are a strongman. Kau punya cukup kemampuan untuk mengatasi cobaan ini. Kau memang dilahirkan untuk mengatasi semua ini, karena Tuhan tahu kau bisa melakukannya.”
Support dan nasehat dari Sandra sama sekali tak berarti bagi Pandu. Hati dan perasaannya sudah begitu hancur. Usahanya yang dirintis sejak usia remaja, seolah-olah menguap begitu saja bersama asap api yang membakar toko dan butik besarnya. Ia kini jatuh miskin dan tiada lagi hal yang bisa dibanggakannya.
Setali tiga uang dengan Pandu, kondisi Sandra pun sama buruknya. Dalam hatinya timbul sebuah penyesalan yang amat mendalam. Semula ia berharap akan menemui jodoh yang sesungguhnya dan menikmati taraf kehidupan yang lebih tinggi, namun realita yang ia temui kini jauh panggang dari api. Ia merasa seperti kalah dalam sebuah perjudian yang mempertaruhkan hidupnya.
Semula mereka berencana menikah dan tinggal di Singapura. Keduanya bahkan juga telah merancanakan sebuah romantic honeymoon di Alaska, tepatnya di Gates of the Arctic National Park and Preserve, sebuah kawasan konservasi alam yang sangat indah dan terbesar di Amerika Serikat. Namun apa daya, segalanya buyar setelah bangkrutnya seorang Pandu Mohana.

****
BERSAMBUNG...
Lanjutannya klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...