Sambungan dari bagian
8
“Ya sekitar..
jam 10-an.” kata Sandra masih dengan ponselnya.
“Wah malam amat, padahal Papa mau nitip.”
“Nitip apa emangnya?”
“Martabak, hehehe...”
“Oh.. ya lain
kali aja Pah, Mama beliin.”
“Event dimana Mah, emangnya?”
“Di..
Wanitatama, jalan solo.” jawab Sandra melirik ke pria di sampingnya.
“Oh gitu, okay Mah, good luck ya...”
“Thank you honey..”
“I love you Mah..”
“I love you too. .”
Pembicaraan berakhir.
Sebagaimana yang telah terbaca, Sandra tidak sedang berada di gedung event,
melainkan di rumah mantan pacarnya yang kini menjadi selingkuhannya, Angga.
Namun upaya Rafi tak berhenti sampai situ. Ia kemudian mencoba hubungi Pak
Marwan Sutrisna, owner Taruna
Catering sekaligus atasan Sandra di kantornya. Rupanya rekomendasi dari Pandu
tadi telah terkonversi menjadi sebuah komando yang wajib untuk segera
dijalankan.
“Selamat
malam Pak Marwan..” sapa Rafi membuka pembicaraan telpon.
“Ya halo..” jawab Pak Marwan yang tengah
berada di rumahnya.
“Saya Rafi
Pak, suami Bu Sandra.”
“Oh.. Pak Rafi, ada apa ya Pak?”
“Haha.. Begini Pak, saya cuma ingin
tanya, apa benar hari ini ada event malam di Gedung Wanitatama?”
“Hmm, ngga ada tuh Pak. Minggu ini kami tidak
meng-handle event malam.”
“Terus
terakhir ada event malam itu kapan ya Pak?”
“Hm.. terakhir sekitar dua minggu yang lalu.”
“Di gedung
mana Pak, event malam yang dua minggu lalu itu?”
“Gedung... Balai Pamungkas.”
“Hm.. kalau
hari-hari atau minggu berikutnya ada event malam ngga Pak?”
“Kalau.. hari-hari besok tidak ada. Tapi ngga
tahu kalo minggu-minggu depan, schedule kami sementara sampai besok senin.”
“Berarti
sampai besok senin ngga ada acara event malam ya Pak.”
“Iya, ngga ada. Bu Sandra ada kan di rumah?”
“Oh, sedang
ngga ada Pak. Ini saya juga sedang nunggu orangnya.”
“Hm.. sendirian donk di rumah..”
“Iya Pak, hahaha… Ya udah Pak, sekedar konfimasi
aja ke Pak Marwan.”
“Oke, salam buat keluarga.”
“Ya pak,
terima kasih, maaf mengganggu.”
“Ah ngga papa, santai saja.”
“Oke Pak,
selamat malam..”
“Malam..”
Seketika itu pula perasaan Rafi berubah menjadi waswas. Tetesan rasa penasaran mulai membasahi alam pikirannya.
Bagaimana tidak, ia merasakan adanya kontradiksi yang kental antara apa yang ia
ketahui selama ini dari Sandra dengan keterangan yang baru saja ia perloleh
dari Pak Marwan. Beberapa hari belakangan Rafi mengetahui setidaknya Sandra
pulang larut malam 3 kali, termasuk malam itu. Namun berdasarkan keterangan
dari Pak Marwan tadi, beberapa hari terakhir dan beberapa hari ke depan tidak
ada satu pun event malam yang di-handle
Taruna Catering. Kemudian ia teringat bahwa Sandra biasa pulang kantor
menumpang motor Widya, rekan kantornya sesama marketing. Maka kembali Rafi
mengutak-atik ponsel guna mengirim pesan singkat ke nomor Widya.
“Mbak Widya, Sandra sekarang lagi sama mbak?”
Begitulah isi pesan singkat yang
dikirim Rafi ke nomor Widya. Tak perlu menunggu lama, pesan itu segera dibalas
oleh yang dikirimi.
“Ngga mas, aku lagi di rumah.”
Rasa waswas Rafi berubah menjadi
kecurigaan. Benarkah Sandra membohonginya? Lantas bila benar demikian, apa
motivasi Sandra melakukan demikian? Kembali ia harus keluarkan pulsa teleponnya
untuk menghubungi Pandu.
“Halo
Pandu..”
“Hello Mister Worldwide..”
“Hei, saya
bukan Pitbull..”
“Hahaha.. What’s up mate?”
“Gini bro,
tadi aku telpon istriku, katanya sekarang ia lagi ada event di jalan solo..”
“Okay?”
“Nah, terus
aku coba konfirm ke bos istriku. Tapi ternyata dibilang hari ini tidak ada
event malam. Hari-hari sebelumnya juga tidak ada…”
“At all?”
“Yeah, sama
sekali tak ada event malam kata bosnya.”
“Gosh.. so what would you do?”
“I dunno.. Ini jelas ada something yang ngga beres, you know..”
“You have to do something.”
“Yeah. But I dunno what to do right now.
Bingung aku..”
“Okay, calm down bro. Besok kita bertemu
di workshopmu bahas masalah ini.”
“Oke sip, that’s all I need..”
“Nah sekarang istirahatlah, hari sudah malam.”
“Okay, thank
you mate..”
“Anytime.”
****
Sesuai yang dijanjikan via
telepon semalam, keesokan harinya Pandu datang menemui Rafi di workshopnya.
Rafi pun menceritakan apa yang baru ia ketahui tentang istrinya semalam.
Meskipun akhirnya Sandra menepati janjinya pulang jam 10 malam tadi, tetap saja
tak menghapus noda kebohongan yang tengah ia sembunyikan dari suaminya.
“Dan begitu
ia pulang, saya tanya apakah besok ada event malam lagi? Jawabnya ya. Jelaslah ia
sedang bermain petak umpet dengan saya.” kata Rafi mengakhiri ceritanya tentang
Sandra.
“Hmm..” respon Pandu.
Seraya berpikir Pandu menyeruput
teh melati yang disuguhkan Rafi kepadanya. Tegukan teh yang membasahi
kerongkongan Pandu seolah-olah bagaikan minyak tanah yang mengguyur percikan
api karena ia mendapatkan ide begitu selesai meminum beberapa tegukan tersebut.
“Hmm, pukul
berapa besok ia pulang kantor?” tanya Pandu.
“Jam 5 sore.”
“Nice..”
“What would you do?” Rafi balik bertanya.
“Hmm, I don’t know. I confuse nak sebut
ni espionage or paparazzi..”
“Maksudmu kau
mau memata-matai?”
“That’s more like it.” jawab Pandu.
“Dengan cara
gimana?”
“Yang jelas
dengan caraku.”
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar