Sabtu, 22 Juni 2013

Cerita Bersambung : Player (Bag.3)

Sambungan dari bagian 2

Pagi hari di kediaman Pandu.
Mentari pagi hangat menyinari bumi. Pagi sudah semakin terang saat ini. Terdengar suara hentakan, lalu disusul suara benda menggelinding. Suara-suara itu tak lain berasal dari dalam sebuah ruangan di rumah Pandu. Ya, seperti yang diceritakan sebelumnya, Pandu memang sangat sering melancong ke Jogja. Karena begitu seringnya ia datang ke wilayah bekas Kerajaan Mataram itu, ia sampai memutuskan untuk mengontrak rumah di daerah Sleman agar tak perlu repot memesan dan membayar penginapan di hotel tiap kali berkunjung.
Yiah… ikut masuk cue ball-nya. You turn.” kata Pandu memegang stik hitam nan panjang.
Hehe.. sekarang giliran masternya..” kelakar Rafi. 
Tiba-tiba terdengar bunyi ringtone ponsel Pandu, yang diletakkan di meja kecil tak jauh dari meja billiard yang kini tengah mereka mainkan.
Okay, carry on..” kata Pandu kepada Rafi sebelum menuju ponselnya untuk menjawab panggilan. 
Rafi pun memainkan gilirannya. Di hadapannya tersusun pool balls dengan beragam warna membentuk formasi segi tiga. Kemudian ada satu bola putih yang diletakkan terpisah di depan formasi segi tiga itu. Maka dengan stik hitamya, Rafi menyodok bola putih ke arah formasi bola tadi. “PRAK!” 
Seketika itu pula formasi bola yang terbentuk rapi langsung tercerai berai tak beraturan. Masing-masing bola menggelinding cepat ke segala arah. Hampir semua bola-bola itu masuk ke lubang-lubang (pocket) yang terdapat di keempat sudut meja. Hanya 4 bola yang gagal menemui lubangnya dan berhenti di pinggiran meja dengan jarak yang berjauhan. Satu diantara 4 bola itu adalah bola putih yang berfungsi sebagai cue ball.
Sementara itu Pandu tampak sibuk menjawab panggilan di ponselnya. Namun ia terdengar tidak sedang berbicara dengan Bahasa Indonesia, melainkan berbahasa Tamil. Cukup lama ia berbicara dengan seseorang yang menelponnya. Selama itu pula Rafi asyik memainkan billiard seorang diri, sampai semua bola warna yang tersisa berhasil ia masukkan ke lubang. Rafi pun duduk lesehan di pojok dinding ruangan. Ia mengambil ponsel di kantung celananya dan didapatinya pesan singkat dari Sandra.
“Sarapan apa pah disana?”
Ia balas kiriman sms itu, “Cereal Mah, nothing special.. :)”
                Pandu pun selesai menutup pembicaraan ponselnya. Ia menengok ke arah Rafi yang juga tengah sibuk memainkan poselnya di pojokan.
“Hey, sudah finish kah?” tanya Pandu.
You turn.” jawab Rafi seraya tangannya mempersilakan Pandu ambil alih permainan.
“Sorry lama sangat, ada telpon dari my employee.”
It’s okay, no problem.”
Seraya menyusun formasi object ball, Pandu memperhatikan rekannya yang tengah sibuk dengan bendanya yang berfungsi sebaga alat komunikasi.
Message dari siapa?" tanya Pandu.
My spouse.”
“Cakap apa dia?”
“Yah, sekedar basa-basi. Just say hello..”
“Macam lagunya Shontelle ya, say hello to goodbye…” canda Pandu dengan jahilnya.
“Diam kau, hahahaha…”
PRAK! Cue ball Pandu memecah formasi object ball ke segala penjuru meja. Namun hanya sebagian kecil yang masuk ke pocket.
“So, kau sudah siap untuk rencana nanti malam?” tanya Pandu seraya fokus menyodok salah satu object ball yang hanya 6 cm di depan pocket.
“Oh jelas, tak perlu dipertanyakan lagi.” jawab Rafi mantap.
“Macam mana if orangnya tak ada.”
“Setidaknya kita bisa memeriksa kendaraannya dulu sebelum beraksi.”
Okay...” ujar Pandu datar.

****

Malam pun tiba. Malam yang orang menyebutnya malam yang panjang karena malam ini merupakan malam menjelang hari minggu.  Dan sama seperti malam sebelumnya, Sandra tidak sendirian di rumah karena ada sosok Angga bersamanya. Keduanya tengah asyik bercengkerama di dapur. Sandra menunggui masakan di kompor, sedangkan Angga di meja bumbu.
Kompor gas menyala. Apinya yang berwarna biru membakar panci teflon berwarna merah. Panci itu dalam kondisi tertutup. Dari dalam panci terdengar suara semacam dentuman-dentuman kecil yang saling beriringan. Beberapa saat kemudian penutup panci terangkat dan tampak butiran-butiran putih kecil yang merupakan puncak dari sekumpulan yang terdapat dalam panci itu.
“Sudah matang tuh popocorn-nya” kata Angga.
“Okay.” Sandra merespon dengan segera mematikan kompor.
“Wadahnya nih.”ujar Angga menyerahkan mangkok besar ke Sandra.
“Sip.” jawab Sandra dan segera memindahkan seisi panci ke dalam mangkok yang diberikan.
Finish…
Sandra dan Angga memang hendak menjadikan malam itu sebagai malam yang istimewa bagi keduanya. Mereka hendak mengawali malam panjangnya dengan menonton sebuah film di laptop Angga. Ya, sesuai dengan konsep yang mereka canangkan : melakukan hal-hal sederhana yang menghasilkan kepuasan bintang lima. Wow, ada-ada saja mereka membuat istilah itu.
Adapun film yang mereka putar adalah sebuah film romantic comedy yang dibintangi oleh Adam Sandler dan Jennifer Aniston. Mereka memang sengaja memilih film seperti itu tidak lain karena cerita romansa yang dipadu dengan bumbu humor yang kuat,  sehingga menghasilkan tontonan yang sangat menghibur. Berbeda dengan film romantis biasa yang hanya mengandalkan kisah-kisah konvensional nan membosankan, bahkan tak menarik sama sekali. Bagi Sandra, Angga dan juga Rafi, jenis film yang disebut terakhir lebih cocok untuk pasangan-pasangan ABG labil…
Hahaha… preman banget ya anak-anaknya.” tawa Sandra mengomentari adegan film.
“Kecil-kecil sudah penuh obsesi.” imbuh Angga.
“Anak cewek memang sering gitu sih.”
“Curcol kamu ya.”
Hehehe…” Sandra hanya terkekeh. 
Film itu berdurasi 117 menit. Selama itu pula keduanya hanyut dalam alur cerita. Ada kalanya mereka tertawa lepas saat adegan konyol, ada pula momen keduanya tampak serius. Namun gelak tawa lebih mendominasi ekspresi mereka. Namun di sela-sela kegiatan itu, tak jarang pula Angga mencuri pandang ke paras rekan nontonnya.
Sandra memang dianugerahi wajah yang elok rupawan. Kulitnya putih mulus, bibirnya tipis merekah merah, hidungnya mancung layaknya ras Arya, rambutnya yang hitam terurai dengan panjang sebahu, tatapan matanya tajam seperti siap menghipnosis kaum adam yang menatapnya. Orang yang belum mengenalnya tidak jarang mengira Sandra adalah keturunan Arab, meski sebenarnya bukan demikian. Dalam benaknya Angga tak dapat menampik betapa beruntungnya Rafi mendapat perempuan secantik Sandra.
Sandra pun bukan tidak menyadari bahwa rekan nontonnya sering diam-diam melirik ke wajahnya. Dengan sikap seolah-oleh acuh dengan keadaan, matanya tetap tertuju ke film, tapi sengaja ia pasang senyum manis di bibirnya yang menggoda. Sikap Sandra itu membuat Angga semakin tergoda untuk membelai paras cantiknya dengan penuh rasa sayang.
Di tengah-tengah suasana, terdengar suara mobil lewat di depan rumah Sadra dan Rafi. Sandra menoleh ke luar pintu yang memang sengaja tidak ditutup. Tampak olehnya mobil sedan hitam melintas di depan rumah. Kecepatan mobil itu sempat berkurang, lalu kembali dipercepat oleh sopirnya setelah melewati rumah itu. Sandra pun kembali fokus dengan kegiatannya bersama Angga. Begitu hanyutnya mereka dalam suasana itu hingga melupakan popcorn yang sedianya disajikan untuk teman nonton…

****

Kembali ke rumah kontrakan Pandu.
Rafi tampak asyik menonton pertandingan Liga Inggris di layar kaca televisi. Ia menonton seorang diri tanpa ada Pandu atau orang lain di sampingnya. Tak lama kemudian datang mobil sedan hitam, persis seperti yang baru saja melintasi rumah Rafi tadi. Mobil itu masuk ke garasi rumah Pandu, lalu dimatikanlah mesinnya. Sang pengendara mobil pun turun. Diketahuilah bahwa sopir mobil itu adalah Pandu Mohana.
Fokus Rafi ke pertandingan pecah seketika saat mendengar suara pintu dibuka. Dilihatnya Pandu berjalan memasuki ruang TV dengan wajah serius.
“Gimana bro?” tanya Rafi penuh harap.
“Sesuai prediksi. Mereka sedang bersama-sama, sekarang bola kuoper padamu.”
Thank you so much bro, bersiaplah untuk memulai pertunjukan.”
“Seperti yang ku katakan tadi, your wife, your business. Do it your self…”
Yeah, of course.”


****
BERSAMBUNG...
Lanjutannya klik disini




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...