Minggu, 23 Juni 2013

Cerita Bersambung : Player (Bag.4)

Sambungan dari bagian 3

Waktu sudah menunjuk pukul 12 malam. Film yang diputar di laptop Angga sudah selesai sejak tadi. Suasana rumah Rafi semakin sepi. Hanya suara-suara cicak di eternit yang sedikit menghidupkan suasana tengah malam. Semua pintu tertutup. Pintu depan dan belakang bahkan sudah dikunci. Namun rumah tersebut bukan tanpa penghuni. Setidaknya masih terdengar ‘suara manusia’ dalam kamar tidur Rafi dan Sandra.
Sebagaimana telah diketahui, Sandra memang tidak sendiri sedari tadi. Bahkan hingga larut malam pun Angga masih setia menemaninya, tak terkecuali ketika Sandra masuk kamar untuk menutup hari. Keduanya tengah berbaring dalam satu ranjang, tapi masih terjaga.
“Kalau nanti suamimu telpon gimana?” tanya Angga.
“Ya jawab aja, yang penting bersikap sewajarnya.”
“Kapan terakhir dia telpon?”
“Tadi sore, abis aku mandi.”
“Tanya apa?”
“Mau tau aja.”
Angga tertawa jahil mendengar respon Sandra. Kemudian sejenak pandangannya mengelilingi seisi kamar. Tiba-tiba ia mendapati sebuah benda yang membuatnya mengernyitkan dahi. Dilihatnya sebatang tongkat bisbol (Baseball Bat) berbahan kayu yang dicat cokelat.
“Lho, itu tongkat bisbol siapa?” tanya Angga.
“Oh, ya punya dia...” jawab Sandra.
“Rafi?”
“Iya.”
Mereka sudah seperti layaknya pasangan yang sah. Berbaring berdua dalam satu ranjang. Sandra hanya mengenakan pakaian tidur minim berbahan satin berwarna silver. Mata Angga seperti mendapat tarikan daya magnet yang kuat dari sosok yang disebelahnya. Tak henti-hentinya mata Angga menatap bagian-bagian milik Sandra yang seharusnya diperuntukkan khusus suaminya.
“San, kamu tahu bedanya laba-laba kawin sama orang selingkuh?” tanya Angga seraya membelai rambut Sandra.
“Kok gitu sih pertanyaanmu?” Sandra sedikit kesal.
“Tenang San.. kan ngga ada siapa-siapa selain kita disini.”
“Emang apa jawabannya?”
“Kalau laba-laba abis kawin pejantannya dimangsa yang betina, kalau orang abis selingkuh cowoknya dimangsa suaminya si cewek. Hihihihi…
Sandra sama sekali tidak terhibur mendengarnya. Ekspresi wajahnya malah tampak termenung. Kemudian ia mencoba rileks dan membalas candaan Angga.
“Giliran kamu tebak, apa yang dilakukan perempuan selingkuh sebelum ketahuan suaminya?”
“Wow, berat juga pertanyaanmu.”
Sejenak Angga berpikir mencari jawaban, namun akhirnya menyerah begitu saja.
“Hmm, apa jawabannya?” tanya Angga.
Seketika itu pula mimik wajah Sandra berubah begitu dingin. Dengan tajam ia menatap teman tidurnya, lalu bertanya sekali lagi dengan nada lebih serius.
“Pingin tahu jawabannya?”
“Apa?”
Angga mulai menyadari perubahan sikap yang ditunjukkan Sandra, namun mencoba tetap tenang. Akan tetapi suasana benar-benar berubah 180 derajat ketika Sandra mendekatkan mulutnya ke telinga Angga, lalu membisikkan jawaban pertanyaan tebakan darinya, secara putus-putus.
“Menjadi… laba-laba… betina…”
“Maksudmu?” tanya Angga sekali lagi dengan raut waswas.
Sandra beranjak dari posisi tidurnya. Perlahan ia merangkak mendekati Angga, hingga sampailah pada posisi Sandra merangkak diam diatas tubuh Angga yang masih berbaring. Masih dengan mimik yang begitu serius, kedua matanya tajam menatap wajah Angga yang hanya diam tertegun beralas bantal.
“Tadi kamu bilang apa soal laba-laba betina?” tanya Sandra begitu pelannya.
“Memangsa pejantan setelah kawin?” respon Angga sedikit terbata-bata.
“Tuh benar..”
Perlahan kedua tangan Sandra mulai mencengkeram leher Angga seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Angga .
 “San, kamu serius?!”
Mulai panik, Angga langsung melepaskan cengkeraman Sandra dengan kedua tangannya. Sandra kemudian melepas tangan kanannya yang dipegang erat oleh Angga, lalu memasang jari telunjuknya di bibir.
Sssttt… diam dodol..” perintah Sandra.
Angga pun menurut saja apa yang diminta Sandra. Dengan rasa takut bercampur bingung, kembali Angga terdiam dengan wajah pucat. Sandra melepas jari telunjuk di bibirnya, lalu mendekatkan jari tersebut ke wajah Angga.
“Satu pertanyaan lagi.” kata Sandra dengan tersenyum, tapi matanya masih tajam menatap lawannya. 
Posisi mereka sedikit berubah. Sandra menduduki pinggang bawah perut Angga dengan tubuh membungkuk, kedua tangannya bersandar di masing-masing lutut kakinya.
“Apa kesimpulan dari rangkaian kejadian tadi. Dimulai dari tebakan yang kutanya padamu, sampai kamu yang nyaris aku cekik?” tanya Sandra.
Angga mulai tenang dan tersadar. Dengan berbesar hati, Angga menjawabnya dengan nada datar.
“Oke, aku minta maaf kalau kata-kataku menyinggung kamu. Aku sama sekali nggak bermaksud untuk itu.”
“Hmm, bagus jawabannya. Tapi bukan itu jawaban yang benar.” imbuh Sandra.
“Terus, jawaban apa yang kamu inginkan?” Angga balas bertanya.
“Tadi apa jawaban tebakanku tadi?” tanya Sandra meyakinkan.
“Menjadi laba-laba betina.” jawab Angga.
“Terus apa yang aku lakukan tadi?”
“Kamu mau bunuh aku?”
“Nah, coba cari apa kesimpulannya?” pertanyaan terakhir Sandra.
“Hmm, aku melakukan kesalahan?” Angga masih menebak.
“Salah…”
“Terus apa?”
“Kamu ketipu...”
Bukannya menjadi laba-laba betina yang memangsa pasangannya, Sandra malah menyerang pasangannya dengan cumbuan bertubi-tubi…

****  
Pukul 1 malam.
Mobil sedan Pandu berhenti di dekat rumah Rafi. Duduk di dalam mobil itu, Pandu selaku sopir dan penumpangnya, yaitu Rafi. Begitu mobil berhenti, keduanya saling berjabat tangan.
Good luck friend.” kata Pandu.
Thanks.”
Rafi berjalan memutari rumahnya menuju pintu belakang. Dikeluarkannya kunci dari kantong lalu dimasukkan ke lubang gagang pintu. Rafi pun membuka pintu belakang rumah dengan perlahan, lalu berjalan masuk dengan cara yang sama. Seisi ruangan gelap gulita. Lampu-lampu sudah dimatikan sejak lama. Meski berusaha berjalan dengan tenang dan penuh kehati-hatian, Rafi tetap tak mampu membendung rasa tegang yang menghinggapi dirinya.
Seorang diri ia berjalan menelusuri ruang-ruang dalam rumah, akhirnya sampailah Rafi di depan pintu kamar tempat biasa ia tidur bersama Sandra. Diam sejenak, Rafi mencoba mendengar seksama bila ada suara-suara di dalam kamar, guna memastikan keadaan.
Di lain pihak, di dalam kamar ternyata Sandra dan Angga masih terjaga. Keduanya tampak baru saja melakukan sebuah kegiatan yang cukup menguras tenaga.
“Kamu mau minum ngga San, aku ambilkan di kulkas.” tawar Angga seraya mengenakan pakaian.
“Boleh.” jawab Sandra merapikan pakaiannya di ranjang.
“Di kulkas masih ada sisa kacang ijo kan?” tanya Angga berjalan menuju pintu.
“Masih kok, habisin aja.”
Dibukanya gagang pintu oleh Angga sambil menoleh ke Sandra dan berkata,
“Aku ambilkan sekalian ya.”
Begitu menoleh ke depan,
“Sekalian, eh sekalian!!!”
Angga mendadak latah, kaget setengah mati melihat sosok yang berdiri di depannya. 
“Sekalian apa?” tanya sosok di depan pintu, yang tak lain adalah Rafi.
“Eh, su, sudah pulang toh..” Angga tergagap-gagap berjalan ke samping, menjauh tingalkan kamar.
“Kenapa Ga??” tanya Sandra dari dalam kamar.
“Jawab ada apa disini.” tegas Rafi.
Sandra pun terkejut mendengar suara terakhir, sadar bahwa orang yang sedang meninggalkannya tiba-tiba datang.
“Apa hakmu disini?” tanya Rafi berjalan mendekati Angga.
“Em, Sandra tadi minta tolong.” jawab Angga semakin ketakutan. 
PLAK! Bogem mentah Rafi tanpa ampun menghantam pipi kiri Angga dengan kerasnya. Seketika itu Sandra keluar dari kamar memeriksa apa yang terjadi. Ia sangat terkejut dan mendadak ketakutan melihat apa yang di depan matanya. Sandra menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Belum puas memukul, Rafi menyerang Angga dengan tendangan kerasnya tepat ke perut Angga hingga tersungkur di lantai ruang tamu. Dihidupkanlah saklar lampu ruang itu oleh Sandra. 
“Sorry Raf, ini bukan murni dari aku.” Angga memohon dalam kesakitan di lantai.

BERSAMBUNG...
Lanjutannya klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Surat untuk sang Waktu

Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...