Dunia Sastra Jawa mengenal Tembang Macapat, yaitu istilah untuk
puisi tradisional. Situs Wikipedia berbahasa Indonesia menjelaskan bahwa
tembang macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra dan pada masing-masing
gatra mempunyai sejumlah suku kata tertentu (guru wilangan), dan berakhir pada bunyi sajak terakhir yang disebut
guru lagu.
Salah satu tembang macapat yang termasyur adalah Serat
Kalatidha karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita, seorang Sastrawan Jawa yang
hidup pada abad ke-19. Serat kalatidha merupakan curahan hati seorang Rangga
Warsita karena beliau menulis tembang ini setelah kecewa pangkatnya tidak
dinaikkan sebagaimana mestinya. Namun hal yang menarik dari Serat Kalatidha adalah, pesan-pesan
yang disampaikan sangat relevan dengan kondisi zaman modern sekarang. Gambaran tentang
problematika kehidupan sosial, dan persaingan merebut tahta / jabatan, sehingga sang pengarang menyebutnya jaman edan. Di dalamnya juga mengajarkan pembacanya untuk jangan terlalu terbawa nafsu
untuk kesenangan duniawi, serta mengajak untuk berikhtiar memohon petunjuk dari
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segalanya.
Hmm.. mengenai sisi lain Rangga Warsita yang banyak diyakini punya kemampuan meramal masa depan, saya tidak akan membahas sampai sana. Yang pasti, R.Ng. Rangga Warsita adalah pujangga terakhir Keraton Surakarta Hadiningrat karena sepeninggal beliau tidak ada pujangga yang menggantikan posisinya.
Okay, berikut
adalah Serat Kalatidha lengkap dengan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia di
barisan setelah versi bahasa jawa asli. Semoga bermanfaat, here we go...
Serat Kalatidha
Mangkarya
darajating praja
Kawuryan
wus sunyaturi
Rurah
pangrehing ukara
Karana
tanpa palupi
Atilar
silastuti
Sujana
sarjana kelu
Kalulun
kala tida
Tidhem
tandhaning dumadi
Ardayengrat
dene karoban rubeda
Retune
ratu utama
Patihe
patih linuwih
Pra
nayaka tyas raharja
Panekarane
becik-becik
Paranedene
tan dadi
Paliyasing
Kala Bendhu
Mandara
mangkin andadra
Beda-beda
ardaning wong saknegara
Katetangi
tangisira
Sira
sang paramengkawi
Kawileting
tyas duhkita
Katamen
ing ren wirangi
Dening
upaya sandi
Samaruna
angrawung
Mangimur
manuhara
Met
pamrih melik pakolih
Temah
suka ing karsa tanpa wiweka
Dasar
karoban pawarta
Berbaratun
ujar lamis
Pinudya
dadya pangarsa
Wekasan
malah kawuri
Yan
pinikirin sayekti
Mundhak
apa aneng ngayun
Andhedher
kaluputan
Siniraman
banyu lali
Lamun
tuwuh dadi kekembangin beka
Ujaring
panitisastra
Awewarah
asung peling
Ing
jaman keneng musibat
Wong
ambeg jatmika kontit
Mengkono
yen niteni
Pedah
apa amituhu
Pawarta
lolawara
Munduk
angreranta ati
Angurbaya
angiket cariteng kuna
Keni
kinarta darsana
Panglimbang
ala lan becik
Sayekti
akeh kewala
Lelakon
kang dadi tamsil
Masalahing
ngaurip
Wahaninira
tinemu
Temahan
anarima
Mupus
pepesthening takdir
Puluh-puluh
anglakoning kaelokan
Amenangi
jaman edan
Ewuh
aya ing pambudi
Milu
edan nora tahan
Yen
tan milu anglakoni
Boya
kaduman melik
Kaliren
wekasanipun
Ndilalah
karsa Allah
Begja-begjane
kang lali
Luwih
begja kang eling lawan waspada
Semono
iku bebasan
Padu-padune
kepengin
Enggih
mekoten man doblang
Bener
ingkang angarani
Nanging
sajroning batin
Sejatine
nyamut-nyamut
Wis
tuwa are papa
Muhung
mahas ing asepi
Supaya
pangaksamaning Hyang Sukma
Beda
lan kang wus santosa
Kanarilah
ing Hyang Widhi
Satiba
malanganeya
Tan
susah ngupaya kasil
Saking
mangunah prapti
Pangeran
paring pitulung
Marga
samaning titah
Rupa
sabarang pakolih
Parandene
maksih taberi ikhtiyar
Sakadare
linakonan
Mung
tumindak mara ati
Angger
tan dadi prakara
Karana
riwayat muni
Ikhtiyar
iku yekti
Pamilihing
reh rahayu
Sinambi
budidaya
Kanthi
awas lawan eling
Kanthi
kaesthi antuka parmaning Sukma
Ya
Allah ya Rasulullah
Kang
sipat murah lan asih
Mugi-mugi
aparinga
Pitulung
ingkang martini
Ing
alam awal akhir
Dumununging
gesang ulun
Mangkya
sampun awredha
Ing
wekasan kadi pundi
Mula
mugi wontena pitulung Tuwan
Sageda
sabar santosa
Mati
sajeroning ngaurip
Kalis
ing reh aruraha
Murka
angkara sumingkir
Terlen
meleng malat sih
Sanityaseng
tyas mematuh
Badharing
sapudendha
Antuk
mayar sawetawis
Borong
angsa sawarga mesi martaya
Translate Bahasa Indonesia (dengan penyesuaian)
Keadaan
negara waktu sekarang
Sudah
semakin merosot
Situasi
telah rusak
Karena
sudah tak ada yang dapat diikuti lagi
Sudah
banyak yang meninggalkan aturan-aturan lama
Orang
cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (zaman penuh keraguan)
Suasana
mencekam
Karena
dunia penuh dengan kerepotan
Sebetulnya
rajanya tergolong baik
Patihnya
juga cerdik
Anak
buahnya baik
Pemuka-pemuka
masyarakat baik
Namun
semua itu tidak menciptakan kebaikan
Oleh
karena daya zaman Kala Bendu
Bahkan
kerepotan semakin menjadi-hadi
Lain
orang, lain pikiran dan maksudnya
Waktu
itulah perasaan sang Pujangga menangis
Penuh
kesedihan
Mendapat
hinaan dan malu
Akibat
perbuatan seseorang
Tampaknya
orang itu memberi harapan menghibur
Sehingga
sang pujangga karena gembira hatinya
Dan
tidak waspada
Persoalannya
hanyalah karena kabar angin yang tidak pasti
Akan
ditempatkan sebagai pemuka
Tetapi
akhirnya sama sekali tidak benar
Bahkan
tidak diperhatikan sama sekali
Sebenarnya
bila direnungkan
Apa
gunanya menjadi pemimpin?
Hanya
akan membuat kesalahan saja
Terlebih
bila sampai lupa diri
Hasilnya
tidak lain hanya kerepotan
Menurut
buku Panitisastra (ahli sastra)
Sebenarnya
sudah ada peringatan
Dalam
zaman yang penuh kerepotan dan kebatilan ini
Orang
berbudi tidak terpakai
Demikianlah
jika kita meneliti
Apa
gunanya meyakini kabar angin
Akibatnya
hanya kan menyusahkan hati saja
Lebih
baik membuat karya-karya
Kisah
zaman dulu kala
Membuat
kisah lama ini
Dapat
dipakai kaca benggala
Guna
membandingkan
Perbuatan
yang salah dan yang benar
Sebenarnya
banyak sekali
Contoh-contoh
dalam kisah lama
Mengenai
kehidupan yang mendinginkan hati
Akhirnya
pasrah dan menyerahkan diri
Kepada
kehendak Tuhan
Segalanya
itu karena sedang mengalami kejadian aneh-aneh
Hidup
di zaman edan
Memanglah
repot
Mau
mengikuti tidak sampai hati
Tapi
jika tidak mengikuti zaman
Tidak
mendapat apa-apa
Akhirnya
menderita kelaparan
Namun
sudah kehendak Tuhan
Meskipun
orang yang lupa itu bahagia
Namun
lebih bahagia lagi
Orang yang selalu ingat dan waspada
Semua
itu sebetulnya
Hanya
karena keinginan semata
Benar
demikian?
Memang
benar jika ada yang meyakini
Tapi
di dalam hati repot juga
Di
usia tua, mau apa?
Lebih
baik menyepi diri
Agar
mendapat ampunan dari Tuhan
Lain
pula bagi yang sudah makmur
Mendapat
rahmat Tuhan
Bagaimanapun
nasibnya selalu baik
Tak
perlu susah payah
Tiba-tiba
mendapat anugerah
Namun
tetap masih beriktiar
Apapun
dilaksanakan
Hanya
membuat kesenangan
Pokoknya
tak menimbulkan persoalan
Agaknya
ini sesuai dengan petuah
Bahwa
manusia wajib berikhtiar
Harus
memilih jalan yang baik
Bersamaan
dengan usaha tersebut
Juga
harus awas dan waspada
Agar
mendapat rahmat-Nya
Ya
Allah ya Rasulullah
Yang
bersfat pemutah dan pengasih
Berikanlah
pertolongan kepada hambamu
Di
saat-saat menjelang akhir ini
Sekarang
kami sudah tua
Bagaimana
nantinya
Hanya
Tuhan yang mampu menolong
Semoga
kami tetap sabar dan sentosa
Selah
mati dalam hidup
Lepas
dari kerepotan
Jauh
dari angkara murka
Biarkan
kami memohon hanya pada-Mu
Agar
mendapat pengampunan
Dan
kami serahkan segenap jiwa dan raga
senang sekali menjumpai blog ini. sangant memperkaya khasanah hikmah maupun wawasan
BalasHapusterima kasih, semoga bermanfaat juga bagi pembaca lainnya :)
HapusSaya mendengarkan lagu "Serat Kalatidha" Ki Narna, apakah bisa ditulis liriknya dan diartikan dalam bahasa Indonesia?
BalasHapusTerima kasih.