Source: https://beritagar.id/ |
Rabu, 30 Desember 2015
Kumpulan Harapan dalam Kapsul Impian
Selasa, 17 November 2015
La Cita (12.1.q)
"Jangan sengaja pergi agar dicari, jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu."- Sudjiwo Tedjo -
Senin, 02 November 2015
Sajak Materi Kehidupan
Pixabay |
Jikalau tuan belajar fisika
Pastilah faham konsepsi materi
Materi terbentuk dari partikel-partikel
Bisa atom, molekul, juga ion
Pun begitu di kehidupan
Jika kehidupan itu sebuah materi
Maka partikelnya bernama "pilihan"
Kerna hidup terdiri atas pilihan-pilihan
Mulai dari pilihan sederhana
Seperti pilihan tuan membaca sajak ini
Hingga pilihan-pilihan rumit
Yang mana kompleksitasnya
Hanya tuan yang mengerti
Karena tuan-tuan
Adalah tuan atas kehidupannya sendiri
Anda bebas memilih, tuan...
Dengan segala konsekuensi
Asal jangan diintimidasi
Bukan begitu, Aristoteles?
Jakarta, 31 Oktober 2015
Written by: ali-aliyonk
Minggu, 01 November 2015
Sajak Cokelat Kacang
Pixabay |
Malam minggu, malam panjang
Bercengkerama dengan kawan
Menikmati kacang badam
Dilapisi cokelat
Manis di awal
Gurih nan renyah di akhir
Lidahku manja malam ini
Butir demi butir ku lahap
Tanpa terasa habislah sekantong
Mereka menyebutnya cokelat kacang
Atau kadang kacang cokelat?
Suka-suka mereka...
Cokelatnya mahal
Kerna diimpor dari Eropa
Sejenak hati bertanya
Dari mana orang Eropa dapat cokelat?
Jawabnya bisa dari Ghana
Atau Pantai Gading
Atau jangan-jangan Sulawesi?
Ah, masa bodoh dari mana
Yang penting enak, halal
Dan aku suka...
Jakarta, 31 Oktober 2015
Written by: ali-aliyonk
Jumat, 30 Oktober 2015
Sajak Kenangan Rumah Tiga Lantai
Apa kabarmu disana
Ya, sudah tiga bulan terlewat
Sejak terakhir kita bersua
Saat liburan hari raya
Kau sudah tahu bukan...
Apa yang kusampaikan kala itu
Ya, semua tentang aku dan kau
Dan ternyata pun kau sama saja
Meski sedikit berat, tak mengapa
Pikirku kala itu
Dan kembalilah aku, momen pun berlalu
Tapi, setiba aku di ibukota
Inilah kenyataan yang harus ku kabarkan
Semuanya benar-benar lenyap kawan...
Dan semakinlah nyata
Setelah segenap upaya ku jalankan
Nampaknya
Kita memang harus merelakan
Maafkan kelengahanku kawan
Semua tentang kita
Dari kita, oleh kita, untuk kita
Tapi ternyata, tidak untuk selamanya...
Entah seberapa banyak
Waktu yang kita lalui bersama
Entah seberapa besar
Nilai kenangan yang terbingkai
Ruangan itu...
Saksi bisu rangkaian kisah kita
Dari malam yang masih muda
Hingga menjelang dini hari
Hari berganti tanpa kita hiraukan!
Adanya hanya tawa, heran,
Takjub, alunan nada
Plus kadang sedikit ketakutan
Ya, aku belum lupa!
Kita kumpulkan alunan-alunan nada itu
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit!
Sesekali kita amati mereka
Luar biasa juga ternyata
Kita berhasil kumpulkan sebanyak itu!
Dan hey, jangan lupakan pula
Sepanjang waktu itu kita susun bersama
Onggokan-onggokan besi baja
Menjadi sebuah kerangka
Di atas pondasi yang telah diperkuat
Dari yang kosong menjadi isi
Dari yang belum ada menjadi ada
Yang kosong kita isi
Yang rendah kita tinggikan
Yang kecil kita besarkan
Yang kurang kita tambahkan
Hasilnya memang tak sempurna
Tapi seperti ku bilang sebelumnya
Dari kita, oleh kita, untuk kita!
Belum pula aku lupa
Sore hari pukul setengah lima
Dengan sepatu ala kadarnya
Kita menuju Mandala Krida
Larilah kita disana
Empat hingga lima putaran
Kita rasakan peluh menyertai lelah
Rasa lelah yang kelak 'kan kita kenang
Dan malam ini,
We are doing it, mate...
Ya, aku ingat
Sajak yang aku buat
Bulan April 2013...
Kita goreskan tinta bersama
Tuangkan apa yang dirasakan bersama
Dan kala itu pula
Kita berjanji untuk mengenangnya
Masa-masa pergulatan itu kawan...
Senja di Mandala Krida
Itulah judulnya
Tapi, ku rasa kau juga tahu soal ini
Ketika misi harus melenceng dari visi
Kau turut merasakannya bukan?
Berkompromi dengan kondisi
Berdamai dengan situasi
Ah, itu sudah lewat
Sudah tak relevan bung...
Garis-garis besar haluan Tuhan
Sungguh sempurna tiada cela
Hari ini
Aku menulis khusus untuk kita
Ihwal sesuatu yang hanya kita
Dan juga Tuhan yang tahu
Rangkaian kisah semu
Di rumah tiga lantai itu
Saksi bisu selama empat tahun
Dan separuh dari sesuatu itu
Kini telah tiada...
Melalui sajak ini pula
Aku mengabarimu
Akan ku kunjungi rumah itu
Barang untuk sejenak
Mengenang masa-masa itu
Yang telah berakhir tahun lalu
Menyisakan kenangan yang kini hilang
Kendati hanya sebagian
Tunggulah saja,
El otro me
Moga tiada aral melintang
See you on december!
Written by: ali-aliyonk
Rabu, 21 Oktober 2015
La Cita (12.1.p)
"Kehidupan lebih nyata daripada pendapat orang-orang tentang kenyataan."- Pramoedya Ananta Toer -
Minggu, 18 Oktober 2015
Mendukung Kebangkitan Industri Dirgantara
Source: http://jakartagreater.com/ |
Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Sebagai bangsa yang 70 tahun merdeka, maka sepatutnya dinding yang bernama inferiority complex itu dihancurkan, lalu dibangun benteng kokoh bernama Kedaulatan Nasional.
Selasa, 13 Oktober 2015
Asa Mengubah Dunia (Sebuah puisi di Westminster Abbey)
When I was young and free
and my imagination had no limits,
I dreamed of changing the world
As I grew older and wiser,
I discovered the world would not change,
so I shortened my sights somewhat
and decided to change only my country
But it too seemed immovable
As I grew into my twilight years,
in one last desperate attempt,
I settled for changing my family,
those closest to me,
but alas they would have none of it
And now as I lay on my deathbed,
I realize,
If I had only changed myself first,
then by example I might have changed my family
From their inspiration and encouragement,
I would then have been able to better my country
And who knows,
I may have even changed the world
Terjemahan:
Ketika aku masih muda dan bebas
Dan imajinasiku pun tanpa batas,
aku bermimpi mengubah dunia
Ketika aku bertambah tua dan bijaksana,
Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah,
Maka cita-citaku kupersempit
Dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
Namun tampaknya itupun tak berhasil
Ketika usia senja mulai kujelang,
Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,
Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku
Namun sayangnya,
Mereka pun tak kunjung berubah
Dan sekarang,
Ketika aku berbaring menjelang kematianku,
Tiba-tiba kusadari
Jika pertama-tama
Yang kuubah adalah diriku sendiri,
Maka teladan yang kuberikan
Mungkin dapat mengubah keluargaku
Dan mungkin inspirasi dan dorongan mereka
Membuat negeriku menjadi lebih baik
Dan siapa tahu,
Pada waktu itu aku telah mengubah dunia
(taken from the Anglican Bishop's Tomb at Westminster Abbey, 1100 AD)
Kamis, 24 September 2015
La Cita (12.1.o)
"Jagalah LBH/YLBHI, teruskan pemikiran dan perjuangan untuk masyarakat miskin dan tertindas."
(Pesan terakhir Alm. Adnan Buyung Nasution kepada Todung Mulya Lubis)
Senin, 21 September 2015
Siklus Sepakbola Jerman dan Italia
Rekor Jerman di Piala Eropa sejak 1996 Source: Wikipedia |
Senin, 17 Agustus 2015
Kemajemukan Nusantara, Warisan Abadi Bangsa (Catatan Hari Kemerdekaan)
Source: https://blogbiografi.wordpress.com/ |
Sederet fakta historis telah menunjukkan bahwa kerukunan dalam kehidupan masyarakat majemuk Nusantara telah ada sejak lama. Toleransi di tengah kemajemukan merupakan suatu yang lazim di negeri ini. Hal itu pula yang berhasil "dimonumenkan" oleh Bung Karno pada era awal kemedekaan. Beliau menginisiasi pembangunan Masjid Istiqlal yang berdekatan dengan Katedral Jakarta. Tujuannya untuk dijadikan simbol kerukunan umat beragama yang saling hidup berdampingan di Republik ini. Uniknya, Masjid Istiqlal yang notabene rumah ibadah umat Islam termegah di Asia Tenggara, konstruksinya dirancang oleh seorang arsitek Nasrani bernama Frederich Silaban.
Source: http://www.crystalbae.com/travels/indonesia/ |
Hingga sampailah kita pada tahun ke-70 berdirinya republik ini. Sebagaimana kita ketahui, telah terjadi beberapa peristiwa yang bertentangan nilai-nilai toleransi dan berujung konflik. Tak perlu saya sebut peristiwa dan dimana saja terjadinya, yang jelas kondisi dan potensi ke arah itu memang harus dieliminasi.
Nilai-nilai kebangsaan kiranya perlu direaktualisasi dalam kehidupan masyarakat, terlebih guna mencegah konflik horizontal bernuansa SARA. Gagasan Majelis Permusyawaratan Rakyat mengenai "Sekolah Konstitusi" kiranya perlu segera ditindaklanjuti untuk direalisasikan. Sudah cukup lama sejak Orde Baru, kita tidak ada lagi penataran nilai-nilai kebangsaan semacam P4. Padahal kegiatan semacam itu memang diperlukan untuk memperkuat rasa kebangsaan dan mereduksi paham-paham radikal yang mengancam eksistensi ideologi nasional.
Sebut saja potensi konflik yang ditebar kelompok-kelompok fundamentalis yang mengatasnamakan agama. Bergabungnya segelintir orang ke organisasi ekstrim fundamentalis adalah buah dari minimnya nasionalisme dalam diri yang bersangkutan.
Meski demikian, hal serupa juga dapat berlaku sebaliknya. Jika Nasionalisme yang ditanam tanpa "siraman" pengetahuan agama yang cukup, bisa mengarahkan kepada Sekularisme. Oleh karena itulah, perlu keseimbangan dalam memahami dua ajaran tersebut, dan Pancasila telah mengarahkan keseimbangan itu sejak lama.
Demikian sekelumit pikiran dan pendapat yang saya tuangkan dalam tulisan ini. Semoga setelah memasuki dekade yang ketujuh, republik ini semakin matang dalam berdemokrasi, semakin adil dalam penegakan hukum, semakin makmur rakyatnya, serta berdaulat dan bermartabat di mata dunia. Dirgahayu Indonesia...
Referensi:
https://hurahura.wordpress.com/2010/09/14/toleransi-beragama-di-masa-lampau/
http://www.sejarah-negara.com/2013/10/kerukunan-umat-hindu-dan-budha-masa.html
http://news.detik.com/berita/2930109/gandeng-lemhannas-mpr-ingin-buat-sekolah-konstitusi
http://www.leimena.org/id/page/v/314/indonesia-bukan-negara-agama-dan-bukan-negara-sekuler
Selasa, 11 Agustus 2015
La Cita (12.1.n)
"Biarlah pengalaman masa lalu kita menjadi tonggak petunjuk, dan bukan menjadi tonggak yang membelenggu kita."
"Membaca tanpa merenungkan itu bagaikan makan tanpa dicerna."
"Selama dengan buku, kalian boleh memenjarakanku dimana saja, karena dengan buku aku merasa bebas."
"Keberanian bukan berarti tidak takut, keberanian berarti menaklukkan ketakutan."
"Betul, banyak orang yang bertukar haluankarena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan dimana semangat terlalu tertindas,tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh dari godaan iblis itu."
"Pahlawan yang setia itu berkorban bukan untuk dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita."
(Muhammad Hatta, 1902-1980)
Minggu, 02 Agustus 2015
Tips bagi Pemudik/Pulang Kampung
Source: https://www.flickr.com/photos/alancleaver/5577108264 |
Sabtu, 04 Juli 2015
La Cita (12.1.m)
"Cintailah kekasihmu dengan tidak berlebihan, siapa tahu kelak ia akan menjadi musuhmu... Bencilah musuhmu dengan tidak berlebihan, siapa tahu kelak ia akan menjadi kekasihmu..."
- Ali bin Abi Thalib -
Minggu, 28 Juni 2015
Olahraga Indonesia Masih Butuh "Hambalang"?
Source: http://energitoday.com |
Hari Minggu, 28 Juni 2015. Dua belas hari lalu Kontingen Indonesia baru saja mengakhiri kiprahnya di SEA Games Singapura 2015. Sebuah event olahraga yang menempatkan kontingen kita berada di peringkat 5 dari 11 negara yang berpartisipasi, dengan torehan 47 medali emas, 61 perak dan 74 perunggu. Catatan tersebut terbilang jauh dari harapan mengingat target yang dicanangkan Kemenpora adalah 72 medali emas dan bertengger di peringkat 2 daftar perolehan medali.[1]
Salam olahraga...
Kamis, 25 Juni 2015
Makna Sebuah Titipan (puisi alm. W.S. Rendra)
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
“aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku,
beribadah…
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja.”
Senin, 01 Juni 2015
La Cita (12.1.l)
“Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan 'gotong-royong'. Alangkah hebatnya Negara Gotong-Royong!”(Penggalan pidato Bung Karno tentang Pancasila pada Sidang BPUPKI, 1 Juni 1945)
Sabtu, 30 Mei 2015
Video Renungan untuk para Ibu (dan Calon Ibu...)
Source: Youtube
Senin, 18 Mei 2015
La Cita (12.1.k)
"Winning or losing is a dynamic proccess of being a world class champion. Winning is an attitude, and keeping it is a commitment."-Taufik Hidayat-
Senin, 27 April 2015
Dilatasi Rasa
Sungguh kau tak tampak olehku
Di puncak Gunung Es ku
Namun siluet bayangmu
Samar terpampang di depanku
Dalam temaram mata kalbu
Berpikir aku dibuatnya
Bagaimana bisa ku beranjak
Dari kursi realita
Di kala cipta
Tersapu oleh rasa
Pesona Dewi Sriwijaya
Cantikmu laksana alga
Tersemai subur dalam samudera
Sejukkan bumi seisinya
Tersembunyi di balik jelita
Daya pikirmu istimewa
Datang dari swarna dwipa
Mengabdi karya di ibukota
Bagai Saturnus yang menyapa
Di langit Jayakarta
Tidak, itu berlebihan
Kata ciptaku
Tapi aku perlu menerokanya
Itu bisik rasaku
Dan kala itulah
Dilatasi dimulai
Terbayang
Ketika kau menatap
Ketika kau bercakap
Ketika kau tersenyum
Ketika kau bergurau
Magis
Ini jauh dari logis
Sungguh kita jarang bersenda
Namun, bagaimana bisa?
Kelu aku yang berlidah
Bersamaan dengan...
Luminositasku yang terpacu
Oleh rona magismu
Adakah waktu 'kan menjawab
Enigma yang kini berubah
Menjadi senarai tanda tanya
Dalam peti esoterika?
Untunglah buatku
Belum surut upaya ciptaku
Ia pun terus menahanku
Membisikkan kata-kata untukmu
Actually, I can do anything for you
But literally, friendship is everything for us
Written by: Ali-aliyonk
Rabu, 22 April 2015
Pidato Jokowi pada Pembukaan Konferensi Asia-Afrika (22/4/2015)
Kini 60 tahun kemudian kita bertemu kembali di negeri ini di Indonesia dengan suasana berbeda, bangsa-bangsa telah merdeka namun perjuangan kita belum selesai. Dunia yang kita warisi ini masih sarat dengan ketidakadilan dan kesenjangan. Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh.
Ketidakseimbangan global masih terpampang. Ketika negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, mengkonsumsi sekitar 70 persen sumber daya dunia, maka ketidakseimbangan global tidak dapat dihindari.
Ketika banyak orang di belahan dunia sebelah utara (negara maju) menikmati hidup mewah, sementara 1,2 miliar negara di wilayah selatan (negara berkembang) hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan global menjadi jelas.
Di saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan niatnya sendiri, maka ketidakseimbangan global telah menghancurkan kita semua. semantara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan apa-apa.
Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, telah memperlihatkan bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional itu. Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi sesemua bangsa.
Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka.
Ketidakadilan global juga tampak jelas ketika seklompok negara menolak perubahan realitas yang ada. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang.
Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global. Saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerjasama dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu.
Hari ini dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita.
Pertama kesejahteraan, kita harus mempererat kerjasama menghapuskan kemiskinan, mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja. Kedua, solidaritas, kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas.
Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. OKI dan Indonesia memprakarsai pertemuan informal organisasi kerjasama Islam. Kita juga harus bekerja keras menciptakan.
Kita menuntut sengketa antarnegara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekuatan dan kita rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini.
Melalui forum ini saya ingin sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar equator, di tangan kita bangsa Asia Afrika yang ada di dua benua.
Dengan mengucap Bismilahirrahmanirrahim, Konferensi Asia Afrika tahun 2015 dibuka.
(Sumber: www.merdeka.com)
Selasa, 14 April 2015
Sepenggal cerita inspiratif (4)
(Cerita didapat dari kiriman teman)
Jumat, 10 April 2015
Sepenggal Cerita Inspiratif (3)
Postingan Terbaru
Surat untuk sang Waktu
Dear waktu, Ijinkan aku 'tuk memutar kembali rodamu Rengekan intuisi tak henti-hentinya menagihiku Menagihku akan hutang kepada diriku d...